Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang Masalah

Menjadi manusia adalah tentang berkeyakinan. Kemampuan manusia berfikir dan


mengingat mengantarkan manusia kepada sifat identik yakni yakin akan sesuatu. Keyakinan
menjadi tidak lepas dan menjadi pengiring perjalanan manusia dalam mengidupi hidupnya.
Keyakinan sangatlah beragam bentuknya, menjadi tidak yakin terhadap apapun sesungguhnya
adalah sebuah keyakinan. Satu yang dekat dengan keyakinan adalah agama, Kenyataan bahwa
agama sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia adalah sesuatu yang tidak bisa
terelakan, sedikit melihat kebelakang, ke era abad pertengahan, kita akan sadar bagaimana
pernyataan itu terbentuk, sejarah abad pertengahan memperlihatkan bagaimana kemudian agama
sebegitu mengikat hidup manusia.

Lahir, hidup, berfikir, dan berkembagnya manusia didasarkan kepada agama. Di negara
Indonesia, bahkan beragama menjadi kewajiban dengan enam agama yang diakui kedudukannya
secara hukum, hal ini merupakan turunan dari sila pertama pancasila sebagai ideologi negara
yang mengatakan “ketuhanan yang maha esa” .

Perumusan Masalah

Sila pertama dalam Pancasila yang merupakan dasar ideologi bangsa Indonesia, menuntut
setiap warga negaranya harus ber-Tuhan dan sekaligus beragama. Dalam penelitian ini, kami
akan berusaha menjelasakn korelasi antara budaya dan agama dari sudut pandang Cliford Geertz
dengan interpretasi budaya.

Rumusan masalah yang akan kami rangcang;

1. Mana yang lebih dulu, agama atau budaya?


2. Apa yang memengaruhi lebih awal? Agama yang memengaruhi budaya ataukah budaya yang
memengaruhi agama?
3. Apa korelasi yang terjadi antara agama dan budaya?
4. Apakah benar bahwa agama adalah suatu bentuk produk budaya?

Tujuan Penelitian

Marx yang menyatakan bahwa agama telah menjadi candu bagi manusia, Nietzsche yang
menganggap agama adalah sesuatu yang melemahkan dan membawa kita pada apa yang dia
sebut sebagai moralitas budak, atau Freud yang berpendapat bahwa agama hanyalah ilusi yang
mengekspresikan harapan seseorang akan adanya seorang ‘penolong’, ‘pahlawan’, father-God.
Berbagai macam agama muncul di berbagai belahan dunia dengan ajarannya masing-masing, dan
masing-masing dari mereka pun mengklaim (atau paling tidak merasa) bahwa merekalah yang
paling benar, bahkan beberapa agama memiliki para pengikut dengan level fanatisme yang
mengerikan hingga melahirkan teroris.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan membawa dampak baik bagi kita semua mengenai kebermanfaatan dari
agama itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui, bahwa agama merupakan sebuah kata yang
dihasilkan sebagai makna ketidak kacauan. Sehingga kegunaan dari pada agama sendiri agar
manusia dapat memiliki keteraturan kehidupan. Keteraturan ini biasanya berlaku pada tiap-tiap
kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan tujuan.

Lebih lanjut, agama cenderung akan memberikan kita gambaran mengenai kata “baik” untuk
dilakukan dan “tidak” untuk dilakukan. Hal tersebut bermanfaat agar umat manusia memiliki
batasan-batasan dalam hidupnya, sehingga tidak menjadikan manusia serakah ataupun rusak
akibat keberlebihannya tersebut.

Tujuan Peneletitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Laode Monto Bauto, dengan judul Perspektif Agama dan
kebudayaan Dalam Masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mencari korelasi atau hubungan yang ada antara kebudayaan dan Agama.
2. Penelitian ini dilakukan oleh Amri Marzali, dengan judul Agama dan Kebudayaan. penelitian
ini menggunakan pendekatan Sosioantropoligis dalam pendekatan agama, peneliti tersebut
juga menggunakan pendekatan kultural antropologi, tujuan dari penelitian ini adalah
membahas agama dan kebudayaan melalui sosioantropologis dan kultural antropologi, yang
dimana didalam penelitian ini peneliti fokus membahas perdebatan antara agama diturunkan
langsung oleh tuhan dengan agama merupakan ritual dan kepercayaan manusia semata.

Landasan Teori dan Metode Penelitian


Landasan teori yang digunakan adalah teori interpretasi budaya Clifford Geertz, yaitu
melakukan pendekatan kebudayaan melalui perspektif dari pelaku budaya itu sendiri. Menurut
saya teori Clifford Geertz sangat cocok digunakan dalam analisis budaya agama, mengapa?
Karena agama sebagai produk kebudayaan ciptaan manusia, yaitu manusia yang menghasilkan
agama, menciptakan sistem-sistemnya, memproyeksikan Tuhan-Tuhannya, mengarang cerita-
ceritanya tetapi kemudian manusia lupa bahwa agama adalah ciptaannya sendiri, ia terperangkap
dalam simbol-simbol makna agama yang ia ciptakan sendiri, ia menganggap agama sebagai
suatu kebenaran objektif tersendiri.

“Agama, sekurang-kurangnya agama Kristiani, adalah kelakuan manusia terhadap dirinya


sendiri, atau lebih tepat: terhadap hakekatnya sendiri, akan tetapi kelakuan terhadap hakekatnya
seperti terhadap makhluk lain. Jadi disini saya akan menyelami pemikiran manusia saat masih
primitif, saya akan berusaha memposisikan dari perspektif manusia primitif, bagaimana manusia
primitif ini melihat alam, dan dunia sekelilingnya sehingga ia memproyeksikan Tuhan dan
menghasilkan sistem makna kebudayaan agama.

Pembahasan

Kontradiksi Dalam Kitab Suci


Kitab suci pada masa sekarang masih menjadi salah satu rujukan bagi umat manusia
untuk menilai baik atau tidaknya perilaku seseorang terhadap masyarakat dan bisa juga diri
sendiri. Didalam kitab suci masih ada beberapa hal yang menjadi kontradiksi pada zaman
sekarang yang dapat berakibat fatal bagi umat yang salah menafsirkan isi dari kitab suci, yang
dimana dalam isi kitab suci tidak tidak sesuai dengan nilai yang diajarkan dan tidak sesuai
dengan kehidupan pada zaman sekarang.
- “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-
Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang
diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk.”(QS.At-Taubah:29)
Dalam ayat tersebut menunjukan bahwa membunuh orang selain orang muslim dapat
dihalalkan yang dimana berbanding terbalik dengan yang dijelaskan dalam surah berikut. Banyak
hukum dalam berbagai kitab suci tidak sesuai dengan keadaan pada zaman sekarang, apa yang
diajarkan dalam agama, sulit untuk dilakukan dan bahkan tidak dapat dilakukan pada zaman
sekarang, hukum – hukum tersebut yang menjadi penghalang bagi kehidupan manusia sosial,
yang dimana manusia tidak dapat terlepas dengan manusia lainnya.

Kemampuan otak manusia dalam hal Proyeksi


OTAK DUALIS
Seleksi alamiah pada dasarnya sangat mendukung otak manusia untuk berfikir secara
teologis, hal tersebut terjadi karena merupakan dampak sampingan dari pikiran dualistis yang
diprogram di otak manusia. Pandangan dualistis ini jugalah yang mendukung pandangan tentang
kehidupan setelah kematian, bahwa setelah manusia mati, ada semacam entitas lembut yang
keluar melayang dari tubuh untuk pergi ke dunia lain yaitu akhirat. Berbeda dengan seorang
monis yang menganggap bahwa makhluk hidup hanya terdiri dari materi-materi semata, otak
manusia hanya seperti sebuah komputer dan setelah kematian tidak ada jiwa yang keluar dari
tubuh, setelah mati yang terjadi hanyalah penguraian atom-atom dalam tubuh kita.
Analisis Sejarah Politeisme
Salah satu aliran dalam problem ketuhanan adalah politeisme, atau keyakinan akan
adanya banyak tuhan atau dewa dan untuk menganalisa poiteisme tidaklah salah jika kita
berangkat dari salah satu bangsa yang terkenal akan dewa-dewa dalam mitologinya, yaitu
Yunani, yangmana bahkan berkembangnya tradisi filsafat disana pun tak bisa dilepaskan dari
pengaruh mitologi (tentu saja filsafat hadir dalam upaya pembantahan mitos-mitos tersebut).
Semenjak kemunculan seseorang yang disebut filsuf pertama, yaitu Thales, yang
mempertanyakan apakah asal-usul dari segala sesuatu dan mencoba menjawabnya dengan nalar,
memulai adanya peralihan tradisi dari mitos ke logos. Kisah dewa-dewi Yunani yang
menjelaskan berbagai fenomena di dunia mulai tampak sebagai bentuk upaya sementara untuk
menjelaskan ketidaktahuan dan ketidakmampuan manusia dalam menjelaskan dunia yang dia
tinggali.
Analisa Sejarah Monoteisme
Monoteisme dikenal di masa yang sangat awal. The Egyptian Book of the Dead
menunjukkan bahwa bangsa Mesir mulanya meyakini satu Tuhan agung dan bukan banyak
tuhan. Seiring berjalannya waktu, masing-masing atribut Tuhan sejati itu dipersonifikasikan
sebagai dewa baru dan tersendiri – dan begitulah politeisme berkembang. Wallis Budge
memandang monotesime sebagai keyakinan asli Mesir yang terkorupsi menjadi politeisme. Dia
berargumen secara meyakinkan bahwa berbagai atribut satu Tuhan agung diubah menjadi dewa-
dewa lain yang lebih rendah. Budge menyatakan bahwa agama Mesir tak pernah sama sekali
kehilangan unsur monoteistis yang pernah dimilikinya. Dia menyatakan kemiripan dengan
monoteisme bangsa Hebrew.
Analisis Historis Agama Cargo Cults
Historis Cargo Cults
Di dalam dunia modern, istilah Cargo cult bisa digunakan di banyak bidang untuk
menunjukkan fenomena yang sama saat orang hanya membebek sebuah perilaku tetapi tidak bisa
menarik alasannya dan esensi di dalamnya. Pada masa perang dunia kedua, adalah seorang
tentara sekutu bernama John Frum yang membangun markasnya di salah satu kepulauan Asia
Pasifik. Di pulau tersebut, sudah ada warga lokal yang tinggal dan berbaik hati membiarkan si
tentara ini sibuk dengan urusan perangnya sendiri. Setiap beberapa minggu sekali, si John naik
ke menara pemancar radio untuk mengirimkan pesan minta kiriman logistik. Tidak beberapa
lama, akan datang pesawat yang menjatuhkan kargo dari langit. Warga lokal terkesima melihat
ini dan John yang baik hati berinisiatif membagikan kirimannya kepada penduduk lokal. Hal ini
berlangsung terus hingga akhirnya si John disuruh pulang ke negaranya karena perang sudah
selesai.

Historis Agama Cargo Cults

Agama merupakan produk budaya yang dianalogikan seperti histori dalam Cargo Cult.
Sebagai mana kultus kargo ini dijadikan pedoman bagi manusia zaman dahulu akibat pengaruh
orang-orang yang telah maju. bagi orang-orang primitif menerima suatu hal untuk menenangkan,
akan menjadi pegangan kuat. Salah satunya agama, tidak adanya ilmu pengetahuan yang
memadai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa mukjizat yang diceritakan dalam kitab suci
dijadikan sebagai titik berangkat budaya ini kemudian berkembang. Dalam historinya cargo cult
sendiri merupakan agama hasil penyembahan sekelompok masyarakat yang berharap sebuah
kebajikan datang. Secara umum cargo cult berarti semua gerakan yang mendambakan
kedatangan kekayaan baik materi maupun rohani dengan cara apapun walau caranya tidak
memenuhi kriteria pandangan barat (logika), begitu penjelasaan

REFERENSI

Dawkins, Richard. 2013. “The God Delusion”. Terjemahan: Zaim Rofiqi. Ebook Banana.

Dawkins, Richard. 2017. “The Selfish Gene”. Terjemahan: K. El-Kazhiem. Jakarta: KPG.

___. (2013). Agama Ibrahim dalam Pendekatan Studi Agama-Agama. UIN Sunan Gunung Jati,
13.

Patsun. (___). Sejarah Perkembangan Agama dan Konsep Ketuhanan dalam Masyarakat dari Masa
Ke masa. Jurnal Lentera, 5-8.

Utami, R. V. (2017). Mengenal Jejak Agama Monoteisme Tertua dari Kuil Api Ateshgah. CNN
Indonesia, 5.

Anda mungkin juga menyukai