Nim : 170104051
SOAL FINAL
Kelebihan:
a. prosedur penyelesaian sengketa sangat fleksibel tanpa ketentuan ketat serta proses
yang bisa sangat cepat berbiaya murah.
b. Menjaga hubungan baik para pihak
c. Hasil mediasi merupakan kesepakatan
d. Berkekuatan hukum tetap
e. Akses yang luas bagi para pihak yang bersengketa untuk memperoleh rasa
keadilan
f. kesepakatan dibuat sendiri oleh para pihak. Tidak ada putusan yang dibuat oleh
pihak ketiga sebagai penentu.
g. penyelesaian sengketa dapat dihentikan kapanpun oleh para pihak. Jika terjadi
kegagalan, tidak ada yang mengalami kerugian dan para pihak pun masih dapat
melanjutkan upaya penyelesaian dengan arbitrase atau litigasi.
Kekurangan :
a. tidak semua sengketa cocok diterapkan mediasi, karena semua tergantung dengan
itikad mediatornya.
b. dari pihak mediatornya sendiri, mediasi ini merupakan tugas yang melelahkan dan
sering tidak memberikan penghargaan yang cukup, serta memerlukan kesabaran
ekstra untuk menghadapi para pihak yang bersengketa.
c. tidak dapat dipaksakan jika para pihak atau salah satu pihak tidak mau
melakukannya.
2. Coba berikan analisa sebuah konflik dengan membuat sebuah kasus dengan
memberikan langkah-langkah penananan konflik tersebut!
Jawaban :
Kasus perzinahan
Kasus mesum ini terjadi pada tahun 2020 dan kasus mesum ini berawal dari
laporan korban yang berinisial D yang pergi di dampingi salah satu kakaknya yang
berinisial P untuk menghadap kepada Imem Kampung untuk melaporkan bahwa dia
sudah melakukan perbuatan mesum itu dengan salah seorang pemuda berinisial A yang
ada di dalam kampung tersebut berkali-kali hingga hamil dan meminta pertanggung
jawaban dari si lelaki untuk menikahinya. Setelah menceritakan semuanya kepada
Imem Kampung dan menuntut pelaku untuk bertanggung jawab menikahinya, korban
dan kakanya di suruh pulang dan menunggu penyelesaian dari pihak adat kampung.
Setelah menerima dan mendengar laporan dari korban dan keluarganya Imem
Kampung langsung memberitahukan kepada Reje kampung atau Geucik kampung agar
diselesaikan dengan cepat sehingga tidak mengganggu keharmonisan dalam
masyarakat, setelah itu kemudian Reje Kampung memanggil fungsionaris adat dan
melakukan musyawarah dan memanggil para pihak yang diperlukan seperti korban
beserta keluarganya dan pelaku beserta keluarganya untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Bentuk penyelesaian yang dilakukan sama seperti sebelumnya melalui tahap-
tahap yang nanti akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Setelah fungsionaris
peradilan adat kampung perdamaian melakukan musyawarah secara internal kemudian
memanggil kedua belah pihak untuk memutuskan penyelesaian yang sudah ditetapkan
oleh peradilan adat kampung dalam musyawarah. Fungsionaris Sarakopat kampung
Perdamaian berdasarkan hasil musyawarah terkait kasus mesum tersebut
memutuskan dan memberikan sanksi adat yaitu, antara pihak pertama berinisial D dan
pihak kedua berinisial A harus dinikahkan karna sudah melakukan perbuatan mesum
atas dasar suka sama suka dan membayar denda adat berupa uang sebesar Rp 3.000.000
dan seekor kambing untuk pembersih kampung yang dibebankan kepada kedua belah
pihak yang bermasalah.
Ada beberapa langkah penyelesaian melalui peradilan adat (Sarakopat)di
kampung perdamaian dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap pertama bermula dari adanya laporan yang diterima oleh kepala dusun dari
pihak korban atau orang tua walinya, namun tidak hanya kepada kepala dusun boleh
juga kepada kepala lorong atau melalui ketua pemuda kampung agar segera
diselesaikan. Setelah menerima laporan tersebut kepala dusun, kepala lorong atau
ketua pemuda langsung melaporkan kepada pihak fungsionaris peradilan adat yaitu
BPK (badan pengawas kampung) atau Petue (bahasa Gayo), agar kasus tersebut
segera diselesaikan.
b. Tahap kedua setelah pejabat peradilan adat yaitu petue menerima laporan dari kepala
dusun, kepala lorong atau ketua pemuda, maka petue memanggil tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda lalu mereka mengadakan musyawarah
secara internal serta pembagian tugas untuk melakukan pendekatan kepada pihak
yang bersengketa.
c. Tahap ketiga setelah mengadakan pendekatan dan memperoleh cukup informasi yang
diperlukan, maka pihak fungsionaris peradilan adat mengadakan sidang perkara,
dalam sidang ini pihak fungsionaris atau pejabat peradilan adat menawarkan
alternatif penyelesaian sengketa, serta mengambil keputusan sanksi hukum adat
secara musyawarah.
3. Berikan analisa terhadap kasus yang anda kumpul sebagai tugas dalam mata kuliah
ini!
Jawaban :
Dengan adanya sistem yang telah terbentuk di kabupaten Bener Meriah bahwa
penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan wewenang dari lembaga
adat maka mau tidak mau masyarakat harus memilih lembaga adat dalam
menyelesaikan perkara-perkara yang sudah menjadi wewenang lembaga adat termasuk
kekerasan dalam Rumah Tangga.
Untuk dapat dijatuhkan sanksi adat terhadap pelaku maka harus dilakukan
proses adat untuk dapat dibuktikan suatu perbuatan pidana maka harus dilakukan suatu
proses pembuktian melalui proses peradilan terhadap perbuatan tersebut, begitu juga
dalam pelaksanaan pidana adat di Kabupaten Bener Meriah. Berdasarkan Qanun Nomor
5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong dalam Provinsi Nanggoro Aceh
Darussalam menyatakan bahwa peradilan adat pada tingkat kampung dilakukan oleh
keuchik sebagai ketua sidang; Sekretaris Gampong sebagai penitera; ulee jorong sebagai
penerima laporan awal; tuha peuet, Imeum Meunasah, Ulama, Cendikiawan, dan tokoh
adat sebagai anggota. Penjatuhan pidana adat di kabupaten Bener Meriah yang
dilakukan oleh sarak opat, dilakukan dengan cara musyawarah.