Anda di halaman 1dari 6

NAMA : 1.

SYIFA NABILA (1910104012)


2. PUTRI SEPTIANI (1930104180)
3. RIRIS MARKALINA (1930104181)

MEDIASI ADR CDR KASUS WANPRESTASI HUTANG PIUTANG

Mediator : Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama izinkan saya untuk
memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Putri Septiani. Saya disini selaku mediator
yang telah dipilih oleh ibu-ibu sekalian. Selanjutnya kepada para pihak, saya berikan
kesempatan untuk untuk memperkenalkan diri masing-masing. Silahkan kepada penggugat
untuk memulai terlebih dahulu.

Penggugat : Perkenalkan nama saya Syifa Nabila, dalam kasus ini saya sebagai penggugat.

Mediator : Untuk selanjutnya silahkan kepada pihak tergugat untuk memperkenalkan diri.

Tergugat : Perkenalkan nama saya Riris Markalina, dalam kasus ini saya sebagai tergugat.

Mediator : Baiklah, karena para pihak sudah bersedia mengikuti proses mediasi ini. Maka
pertama-tama saya ingin menjelaskan bahwa mediasi yang ibu tempuh saat ini tidak lain dan
tidak bukan merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak. Kemudian dalam kesempatan ini, saya ingin membantu
sebagai mediator, ini selaras sesuai dengan pasal 14 ayat (7) Peraturan Mahkamah Agung No.
1 Tahun 2016 Tentang Mediasi.

Mediator : Adapun saya sebagai mediator merupakan pihak netral yang membantu para pihak
di dalam proses perundingan ini guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
tanpa menggunakan cara yang memutus dan memaksakan sebuah penyelesaian. Bisa
dipahami ya?

Penggugat & Tergugat : Bisa bu.

Mediator : Di dalam pelaksanaan mediasi ini, kita juga mengenal adanya prinsip-prinsip
mediasi yaitu yang pertama tidak memihak atau netral, yang kedua tidak mempunyai hak
memutus karena keputusan diambil oleh para pihak, yang ketiga prinsip kerahasiaan bahwa
seluruh yang terjadi dalam proses mediasi ini bersifat rahasia, yang terakhir adalah kaukus,
jika diperlukan mediator dapat melakukan pertemuan yang terpisah dengan para pihak.
Mediator : Baiklah untuk mempersingkat waktu, saya akan membacakan tata tertib mediasi
atau perundingan pada kesempatan pagi hari ini. Yang pertama para pihak harus berbicara
bergantian setelah saya selaku mediator mempersilahkan. Kemudian yang kedua, para pihak
tidak boleh memotong pembicaraan. Yang ketiga, para pihak tidak boleh saling menyerang
baik melalui kata-kata ataupun fisik. Yang keempat, tidak boleh merokok. Yang kelima, tidak
boleh menggunakan handphone. Yang keenam, tidak merekam isi pembicaraan.

Mediator : Baiklah, saya kira dengan tata tertib ini bisa disepakati dan dimengerti?

Penggugat dan Tergugat : Bisa bu.

Mediator : Untuk selanjutnya, bagaimana kita mulai dengan mendengar keterangan dari
pemohon terlebih dahulu. Kepada tergugat, apakah menyetujui untuk bisa mendengar
keterangan dari pemohon?

Tergugat : Iya bu.

Mediator : Silahkan.

Penggugat : Iya terima kasih atas kesempatan yang telah ibu berikan. Jadi begini awalnya bu,
Ibu Riris mengajukan hutang kepada saya sebesar 500 juta. Saya meminta kepada ibu Riris
pengembalian uang 500 juta itu dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, pada tanggal 12
Februari 2021 sebesar 250 juta. Dan tahap kedua, tanggal 1 Januari 2022 sebesar 250 juta.

Penggugat : Disini ibu Riris selaku pengajuan hutang, maka saya menagih hutang tersebut
kepada ibu Riris. Dalam kesepakatan awal, hutang ini harus diselesaikan pada tanggal 1
Januari 2022. Tapi pada kenyataannya, sampai saat ini hutang yang ibu Riris ajukan sama
sekali belum diselesaikan. Oleh karena itu, saya sudah berusaha untuk ke rumah ibu Riris tapi
ibu Riris susah ditemui. Saya tanya kepada keluarga ibu Riris, dan ibu Riris beralasan sedang
berada di luar kota. Sampai pada akhirnya, saya mengajukan somasi kepada ibu Riris. Seperti
itu bu.

Mediator : Apakah dengan kejadian ini ibu kecewa?

Penggugat : Iya, saya sangat kecewa bu. Karena saya ingin, hutang ini segera terselesaikan.

Mediator : Ibu Riris, sudah mendengar keterangan yang disampaikan oleh pemohon, ibu
Syifa. Silahkan, saya berikan kesempatan untuk memberikan tanggapannya.
Tergugat : Terus terang saja bu, saya kecewa dengan ibu Syifa atas tindakan mereka
menggugat saya. Kan masih banyak jalan alternatif lain yang bisa kita tempuh tanpa harus
melakukan gugatan. Kita sudah sama-sama dewasa harusnya kita bisa cari jalan keluar yang
baik dulu. Kita sudah menjadi teman akrab sedari lama, saya ingin untuk permasalahan ini
diselesaikan secara baik-baik, secara kekeluargaan tanpa harus mengajukan gugatan. Tapi ibu
Syifa mengajukan somasi kepada saya.

Mediator : Jadi dengan sikap pemohon, ibu Riris merasa kurang dihargai ya?

Tergugat : Iya bu.

Mediator : Dan menginginkan kedua belah pihak mestinya bisa menjaga nama baik masing-
masing ya?

Tergugat : Iya betul bu.

Mediator : Setelah saya mendengar keterangan dari pemohon dan termohon, dalam hal ini ibu
Syifa dan ibu Riris. Ada beberapa kesepahaman yang dapat saya simpulkan, yang pertama
ibu Syifa ataupun ibu Riris menginginkan adanya hubungan baik. Kedua ibu Syifa ataupun
ibu Riris juga menginginkan agar masalah hutang piutang ini cepat terselesaikan. Bukankah
begitu?

Penggugat dan Tergugat : Iya betul bu.

Mediator : Selanjutnya, seperti yang diungkapkan para pihak bahwa sebelum perselisihan ini
terjadi, ibu Syifa ataupun ibu Riris sudah kenal lama, mungkin juga sering bareng di media
sosial atau saling membantu dalam hal ini. Cuma ada sedikit perselisihan terkait masalah
hutang piutang yang mungkin memang ada sedikit kendala dari termohon.

Mediator : Saya kira untuk kelanjutan hutang piutang, bagaimana untuk pihak penggugat?

Penggugat : Kalau bagi saya, karena saya sudah memberikan kelonggaran waktu. Itu waktu
sudah cukup lama ya bu dari tahun 2021 dan sekarang sudah lewat dari tanggal jatuh tempo
yang pada awalnya akan dikembalikan pada 1 Januari 2022. Sekarang sudah bulan Februari
belum dikembalikan juga. Saya berikan waktu 3 bulan untuk pelunasan hutang ini.

Mediator : Berarti ibu tetap menginginkan hutang tersebut dibayarkan?

Penggugat : Iya bu, dalam waktu 3 bulan.


Mediator : Mengenai penjelasan ibu Syifa selaku Pemohon, apakah ibu Riris selaku
Termohon akan menyampaikan tanggapannya silahkan.

Tergugat : Jadi begini bu, saya menyadari betul atas keterlambatan pembayaran hutang saya
akan tetapi ini menyangkut nama baik saya bu. Ini sudah tidak hanya menyangkut hutang tapi
nama baik saya juga ikut tercoreng bu. Jadi gimana ini bu penyelesaian nama baik saya?

Mediator : Dari penjelasan ibu Syifa dan ibu Riris, saya dapat menyimpulkan bahwa jika
masalah hutang piutang cepat terselesaikan maka hubungan baik ibu Syifa dan ibu Riris pun
akan kembali baik. Saya kira begitu.

Mediator : Jika demikian, ada itikad baik dari kedua belah pihak untuk bisa menyelesaikan
masalah ini. Izinkan saya menulis definisi permasalahan yang dapat saya simpulkan. Yang
pertama adalah bagaimana menjaga hubungan baik ataupun nama baik kedua belah pihak.
Yang kedua, bagaimana menyelesaikan pembayaran tersebut. Dari kedua pola tersebut, yang
mana ingin ibu bahas terlebih dahulu? Dari pihak tergugat, silahkan bicara terlebih dahulu.

Penggugat : Kalau saya, sudah pasti otomatis ingin segera menyelesaikan hutang-hutang dari
pihak tergugat.

Mediator : Bagaimana tanggapan pihak Termohon terkait keinginan dari pihak Pemohon?

Tergugat : Memang benar apa yang telah disampaikan oleh ibu Syifa, saya memang punya
hutang pada ibu Syifa dan saya siap untuk mengembalikan uang tersebut akan tetapi di
perusahaan saya ini sedang mengalami kesulitan. Terus terang mengenai nama baik saya
sudah tercoreng.

Mediator : Dari Pemohon bisa mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh Tergugat tadi,
yang jelas merasa tercoreng nama baiknya. Apakah ada pertimbangan lain dari ibu Syifa?
Dipersilahkan.

Penggugat : Saya setuju untuk membahas perihal nama baik dulu.

Mediator : Baiklah pembahasan pertama kita akan mulai dari hubungan baik dan nama baik
dari kedua belah pihak, setelahnya kita akan membahas mengenai pembayaran hutang
tersebut, apakah para pihak setuju?

Penggugat & Tergugat : Setuju bu.


Mediator : Setelah kedua belah pihak setuju untuk membicarakan soal nama baik terlebih
dahulu saya berikan kesempatan untuk ibu mengajukan usulan-usulan mengenai hal ini. Kira-
kira siapa yang terlebih dahulu mau mengemukakan usulannya, apakah ibu Syifa atau ibu
Riris untuk menyelesaikan masalah ini? Silahkan kepada ibu Syifa.

Penggugat : Seperti yang tadi saya katakan bahwa pelunasan hutang ini harus segera
diselesaikan, mengingat hutang tersebut tergolong sangat besar bu. Jadi sesuai perjanjian
awal, itu jangka waktunya sudah terlalu jauh sampai saat ini, saya memberikan waktu kepada
ibu Riris selama 3 bulan untuk membayar hutang tersebut.

Penggugat : Saya dengan ibu Riris ini memamg memiliki hubungan baik yang sudah terjalin
seperti saudara, maka dari itu saya memberikan kepercayaan saya pada ibu Riris dengan
meminjamkan uang sebesar 500 juta untuk keperluan usahanya tetapi kalau seperti ini ibu
Riris seakan-akan memanfaatkan kebaikan saya.

Mediator : Bagaimana ibu Riris tanggapan anda?

Tergugat : Tenang saja bu, pada dasarnya saya tidak akan lari dari hutang tersebut. Saya pasti
membayar hutang itu, akan tetapi perusahaan saya sedang mengalami kepailitan. Saya
memohon kepada ibu Syifa untuk memberikan waktu yang lama untuk melunasi uang
tersebut.

Mediator : Apakah kepada ibu Riris bisa memberikan kepastian pembayaran kepada ibu Syifa
terkait pelunasan hutang tersebut?

Tergugat : Saya akan melunasi hutang tersebut dalam kurun waktu 4 bulan setelah mediasi ini
dilakukan.

Mediator : Apakah dari pihak ibu Syifa menerima hal ini?

Penggugat : Saya menerimanya bu.

Mediator : Kepastian waktu sudah diberikan dan ibu Syifa juga menerimanya yang artinya
ada sebuah kesepakatan yang bisa dijalankan, untuk bisa menjaga hubungan baik kembali
antara ibu Syifa dan juga ibu Riris. Sehingga dalam kelanjutannya nanti betul-betul sudah
seperti saudara kembali. Bisa diterima? Bisa disepakati?

Penggugat & Tergugat : Iya bu


Mediator : Baiklah, itu yang bisa kita lakukan pada pagi hari ini, saya ucapkan terima kasih
atas kepercayaan ibu Syifa dan Ibu Riris sehingga mediasi ini dapat berjalan dengan damai,
sejuk dan adanya kesepakatan yang bisa diambil oleh para pihak sekalian. Terima kasih, saya
mohon pamit.

Penggugat : Terima kasih bu (sambil menjabat tangan mediator).

Tergugat : Terima kasih bu (sambil menjabat tangan mediator).

Mediator : Silahkan kedua belah pihak berjabat tangan dan menjalin hubungan baik kembali.

Anda mungkin juga menyukai