Anda di halaman 1dari 5

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HUKUM ADAT

DIMAS SYAHPUTRA R / 19071010131 / HUKUM ADAT / KELAS C

Hidup sebagai makhluk sosial selalu ada masalah atau sengketa antar manusia,
masalah tersebut harus diselesaikan agar tidak berbuntut panjang dan
terciptanya kedamaian dalam masyarakat. Indonesia sebagai suatu negara yang
memiliki banyak suku budaya Sebelum Indonesia merdeka bahkan sebelum
penjajah datang di Indonesia, masyarakat adat menyelesaikan masalah sesuai
cara masing - masing kelompok adat. Yang mana pastinya berbeda - beda serta
mengikuti nilai - nilai yang ada pada masyarakat tersebut. Cara penyelesaian
adat tersebut masih di lestarikan oleh masyarakat sampai saat ini. mereka
beranggapan bahwa penyelesaian adat merupakan jalan terbaik dalam mencari
titik temu.

Negara mengakui atas masyarakat hukum adat diakui melalui Pasal 18B ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Persengketaan di satu sisi merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan
masyarakat, tetapi di sisi lain menciptakan ketidakharmonisan dan ketidak
seimbangan kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat yang
komunal dan dan didasari pada prinsip-prinsip kebersamaan maka
keharmonisan, dan keseimbangan hidup merupakan tatanan ideal yang selalu
ingin dipertahankan.

Dalam kehidupan bernegara sekarang ini terdapat beberapa alternative cara


penyelesaian sengketa, melalui lembaga peradilan formal (litigasi) dan juga
dapat diselesaiakan di luar pengadilan (no-litigasi). Dalam realitas kehidupan
masyarakat sering ditemui penyelesian sengketa atau perkara diluar pengadilan.
Salah satu mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah melelui
pendekatan adat. Penyelesaian melalui pendekatan adat dimaksud kan adalah
penyelesian sengketa dengan mekanisme adat dan oleh lembaga adat.

Melalui penyelesaian sengeketa secara adat ingin dicapai adalah penyelesaian


perkara, peengakhiran sengketa dengan tanpa terlalu memperhatikan benar atau
salah, kalah atau menang. Tujuan akhir yang diharapkan akan tercapai
kedamaian masyarakat. Setelah suatu perselesihan diselesaikan , masyarakat
tetap dalam damai dan harmonis, para pihak yang bersengketa akan kembali
rukun , akan mengakhiri permusuhan dan akan saling menerima. Penentuan
benar atau salah bukanlah menjadi tujuan utama, sekalipun itu dipertimbangkan
dalam pemberian kewajiban tertentu sebagai suatu sanksi.

Penyelesaian sengketa melalui pendekatan adat merupaka alternatif


penyelesaian sengekta yang terjadi dalam masayarakat, khusunya dalam
masyarakat tradisional dan merupakan bentuk penyelesaian sengketa secara
damai yang diperankan oleh lembaga adat. Tujuan utamanya adalah
mengembalikan kerukunan, keharmonisan dan keseimbangan kehidupan
masyarakat. Contohnya dalam realitas kehidupan masyarakat di Aceh telah
banyak sengketa diselesaikan secara adat dan ini efektif merukunkan kehidupan
masyarakat. Kalau ini bisa lebih efektif dilakasanakan diperkirakan akan bisa
mengurangi beban kerja peradilan formal. Untuk ini perlu dibangun
kesepahaman dan kebersamaan untuk mendorong lebih berfungsinya lembaga
adat dalam penyelesaian sengketa.
Di dalam Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, wewenang
desa adat untuk menyelesaikan permasalahan hukum warganya diakui oleh
negara melalui Pasal 103 huruf d dan e UU Desa sebagai berikut:

Kewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 19 huruf a meliputi:
a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;
b. pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat;
c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;
d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di
Desa Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi
manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah;
e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat
berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat; dan
g. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa Adat.

Penyelesaian sengketa secara adat disitilahkan dengan Peradilan Adat.


Prinsip-prinsip dalam peradilan tersebut adalah :
1. Terpercaya atau Amanah Peradilannya didasari pada kepercayan
masyarakat karena itu fungsionarisnya adalah tokoh adat yang terpercaya.
2. Tanggungjawab Pelaksanaan Peradilan adat didasari pada tangung jawab
pelaksanaannya kepada para pihak, masyarakat dan ALLAH SWT.
3. Kesetaraan Di Depan Hukum Peradilan tidak boleh membeda-bedakan,
jenis kelamin, status sosial, umur. Semua orang semua orang mempunyai
kedudukan dan hak yang sama didepan adat.
4. Cepat, Murah dan Mudah Proses peradilan dilaksanakan secara cepat,
tidak boleh dilarut-larutkan, dan mudah. Putusannya harus terjangkau
untuk dilaksanakan oleh masyarakat.
5. Ikhlas dan Sukarela Tidak boleh memaksa para pihak untuk
menyelesaikan perkaranya melalui peradilan adat.
6. Penyelesaian Damai Dalam Bahasa Aceh prinsip ini dikenal dengan
ungkapan “Uleue bek matee ranteng bek patah”. Peradilan adat ini
dimaksudkan untuk benarbenar menyelesaikan masalah, guna
mengembalikan keseimbangan dan kerukunan hidup masyarakat.
7. Musyawarah/Mufakat Keputusan yang dibuat dalam peradilan adat
didasari pada hasil musyawarah mufakat yang berlandaskan hukum adat.
8. Keterbukaan Untuk Umum Semua proses peradilan (kecuali kasus-kasus
tertentu, seperti perkara keluarga) dijalankan secara terbuka.
9. Jujur Pelaksanaan Peradilan Adat dilakukan secara jujur. Setiap pemimpin
adat tidak boleh mengambil keuntungan dalam bentuk apapun baik materil
maupun non materil dalam penanganan perkara.
10.Keberagaman Peradilan adat menghargai keberagaman ketentuan adat
dalam berbagai sub sistem hukum adat yang berlaku dalam masyarakat.
11.Praduga Tidak Bersalah Hukum adat tidak membenarkan adanya tindakan
main hakim sendiri. Dalam proses peradilan, para pihak harus dianggap
tidak bersalah sampai adanya putusan.
12.Berkeadilan Putusan peradilan Adat harus bersifat adil dan putusannya
diterapkan sesuai dengan kualitas perkara dan tingkat ekonomi para pihak.

Menurut hukum adat penyelesaian sengketa secara adat tetap memperhatikan


hak-hak dari para pihak yang bersengeta. Para fungsionaris Peradiloan Adat
haru selalu menjamin perlindungan hak-hak para pihak yang
bersenketa/berperkara. Perlindungan hak ini diimplimentasikan dalam
mekanisme pemnyelesaian sengketanya. Mekanismenya mengakomodir
prinsip Thesa, Anti Thesa dan Sinthesa, sebagaimana lazimnya digunakan
dalam peradilan formal, dengan langkah-lagkah penyelesaiannya, secara
singkat sebagai berikut:
 Pengaduan/laporan (bisa juga atas inisiaif fungsionaris adat) - Rapat
Persiapan dan Pengamanan kalau diperlukan
 Penelusuran duduk sengketa - Sidang persiapan keputusan
 Penawaran alternatif penyelesaian (yg bukan pelanggaran adat/tidak
menyangkut dua pihak) Rapat pengambilan keputusan/Pengumuman
 Pelaksanaan Putusan
 Sayam dan Pesijuek

Anda mungkin juga menyukai