Anda di halaman 1dari 5

UTS LOGPEN C

Abdillah Bari’ I’tishom

195010100111046

Absen 04

Analisis Kasus Putusan MA nomor 574 K/Pid.Sus/2018

FAKTA/ Facts

Dalam Kasus ini di sebutkan bahwa terdakwa adalah Baiq Nuril Maknun yang merupakan
seorang pegawai kerja honorer di di SMAN 7 Mataram, yang di gugat oleh Haji muslim yang
merupakan kepala sekolah SMAN 7 Mataram ke pengadilan negri mataram atas tindakannnya
berupa menyebarkan rekaman yang mengandung asusila . pada Putusan Nomor
265/Pid.Sus/2017/PN.Mtr menyatakan bahwa terdakwa tidak bersalah dan dinyatakan sebagai
saksi atas tindakan asusila yang di lakukan oleh Haji Imam .

Namun Jaksa pada pengadilan negeri mataram melakukan permohonan kasasi kepada
Mahkamah Agung dan menemukan fakta yang lebih rinci yaitu

- Terdakwa, landriati (bendahara SMAN 7) pernah di ajak untuk bekerja lembur di luar
kantor sekolah yaitu di Hotel puri sanggon, senggigi. Saat saksi korban haji muslim
bersama terdakwa dan landriati masuk ke hotel, saksi korban haji muslim menyuruh
terdakwa bersama anaknya yang masih kecil untuk bermain di kolam renang sementara
saksi korban bersama landriati berada di kamar hotel. Beberapa waktu kemudian
terdakwa kembali ke kamar dan saksi korban menyesalkan terdakwa dating terlalu cepat.
- keesokan harinya setelah peristiwa di hotel puri sanggon sanggini, saksi korban
menelepon dan menceritakan peristiwa persetubuhan antara saksi korban dengan
landriati,
- percakapan telepon tersebut di rekam oleh terdakwa tanpa di ketahui oleh saksi korban ,
isi rekamann percakapan tersebut tersimpan di handphone terdakwa selama satu tahun.
- saksi haji imam mudawin meminta isi rekaman telepon tersebut dengan alasan untuk
laporan kepada DPRD mataram , meskipun pada awalnya terdakwa tidak setuju yang
pada akhirnya terdakwa menyerahkannya secara sadar dan melihat haji imam mudawin
mentransfer lewat kabel data dari handphone ke laptop miliknya .
- setelah itu ternyata haji imam mudawin menyebarkan isi rekaman telelpon tersebut
kepada muhadjidin, lalu muhadjidin mendistribusikan nya ke muhalim dan seterusnya.
- Mahkamah agung memutuskan bahwa mengabulkan permohonan kasasi dari Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Mataram dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri
Mataram sebelumnya yang memvonis bebas Nuril. Dalam putusan kasasi tersebut, Nuril
dinyatakan telahterbukti bersalah melakukan tindak pidana ITE dan terancam pidana
penjara enam bulan kurungan serta denda Rp 500 juta. Dengan ketentuan apabila pidana
denda tidakdibayar, diganti dengan pidana kurungan selama tiga bulan. Salah satu tim
kuasa hokum Nuril, Yan Manggandar Putra, pun menyesalkan putusan MA tersebut.
Dengan putusan ini, Nuril mau tidak mau harus masuk lagi ke penjara. Yan mengatakan,
ia bersama tim kuasa hukum Nuril akan mempelajari lebih lanjut putusan kasasi tersebut
dan berencana mengajukan peninjauan kembali (PK).

Issue(s) Presented

Dalam Kasus ini yang menjadi masalah hokum ialah tindakan terdakwa yang merekam
percakapan tersebut yang merupakan rahasia pribadi saksi korban haji muslim lalu pada tahun
2014 memberikan nya secara sadar kepada Haji Imam Mudawin dengan alasan akan digunkan
sebagai laporan terhadap DPRD mataram. Awalnya terdakwa tidak setuju tapi akhirnya di
serahkan dengan syarat tidak akan di sebar oleh saksi haji muwadin tapi pada akhirnya menyebar
ke seluruh sekolah dimana terdakwa bekerja dan menyebar ke banyak orang di Kota Mataram,
sehingga Haji Muslim merasa nama baiknya tercemar, kehormatannya dilanggar, mengganggu
karirnya, dan merendahkan martabatnya.lalu saksi korban menggugat terdakwa di PN Mataram
yang awalnya di nyatakan Bebas, tapi dalam kasasi yang berujung pada putusan MA Nomor 574
K/Pid.Sus/2018 tanggal 26 September 2018. Mahkamah memberikan putusan Baiq Nuril
Maknun dengan menyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan”.

Rule

Aturan hukum atau dasar hukum yang dipakai dalam kasus atau isu ini yaitu :

- Pasal 27 ayat 1 juncto pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
- Perma No. 3 Tahun 2017
- Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
- Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman

Analysis

Dalam kasus ini terlihat perbedaan tafsiran dan pertimbangan dalam penerapan Pasal 27 ayat (1)
juncto Pasal 45 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Perbedaan tersebut terutamadalam hal memberikan makna “kesengajaan” (unsur subjektif) dan
“mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya” (unsur
objektif).Kesengajaan yang dimaksudkan dalam Pasal 27 ayat (1), secara doktrinal meliputi
sikap batin yang jahat dari pelaku tindak pidana untuk melakukan perbuatan yang tercela.
Mengukur sikap batin yang tercela ini tidak mudah, karena ada dalam fikiran seseorang atau
alam yang abstrak. Oleh karena itu dalam doktrin sikap batin yang tercela ditafsirkan terdiri dari
tiga model : sengaja dengan maksud, sengaja dengan insyaf kepastian dan sengaja dengan insyaf
kemungkinan. Di halaman ke 7 putusan MA No. 574 K/Pid.Sus/2018 dinyatakan bahwa pada
awalnya terdakwa tidak mau untuk memberikan rekaman, akan tetapi pada akhirnya
menyerahkan rekaman, sehingga terdakwa telah menyadari sepenuhnya bahwa pengiriman
kepada Imam Mudawin dapat dipastikan ditransmisikan kembali dan diaksesnya dokumen
elektronik yang bermuatan kesusilaan tersebut. pernyataan ini merupakan bentuk penafsiran
hakim yang mencari kesengajaan pada terdakwa. tetapi penafsiran ini kurang tepat,karena lebih
tepat apabila dinilai sebagai ketidaksengajaan atau kealpaan. Terdakwa dalam hal menyadari
bahwa Imam Mudawin yang telah berjanji kepada terdakwa akan menyebarluaskan rekaman
tersebut. dari sini, dapat dikatakan bahwa Terdakwa telah percaya bahwa Imam Mudawin hanya
akan menggunakan sebagai bukti laporan, bukan untuk menyebarkan secara luas kepada guru-
guru sekolah. Hal ini terlihat dalam perkataan terdakwa yang mengatakan ”Pak haji saja yang
saya kasih rekaman ini, orang lain tidak ada saya kasih”. Mengingat pula bahwa Imam Mudawin
menyatakan bahwa transfer atas rekaman tersebut hanya akan digunakan untuk pembuktian atas
laporan mengenai kesusilaan yang dilakukan Haji Muslim ke DPRD Mataram, dapat diketahui
bahwa DPRD merupakan lembaga resmi dan memiliki hak untuk melakukan koordinasi dengan
pemerintah dan kepolisian atas kasus kesusilaan. Berdasarkan analisis ini pertimbangan hakim
PN Mataram lebih tepat dalam hal ini dibandingkan dengan Hakim Mahkamah Agung dalam
putusannya tersebut. Unsur yang menjadi pertimbangan hukum hakim di MA adalah perbuatan
“mendistribusikan dan/atau menstranmisikan dan/atau membuat dapat diakesnya”. Terjadi
peerbedaan penafsiran antara Majelis Hakim PN Mataram dan Majelis Hakim MA. Tafsir
Majelis Hakim PN Mataram menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan salah satu
dari perbuatan tersebut, karena yang mentranmisikan/memindahkan bukanlah terdakwa, dan
yang menditribusikan juga bukan terdakwa. Terdakwa hanya meminjamkan HP miliknya yang di
dalamnya ada rekaman pembicaraan, namun proses transmisi sepenuhnya dilakukan oleh Haji
Imam Mudawin. Demikian juga yang melakukan pendistribusian, bukanlah terdakwa tetapi Haji
Imam Mudawin. Denngan demikian, menurut Majelsi Hakim PN Mataram salah satu atau lebih
dari perbuatan tersebut tidak terbukti dilakukan oleh terdakwa. Sementara itu, Majelis Hakim
MA berpendapat berbeda. Majelis MA berpendapat bahwa, meksipun yang memindahkan
tersebut adalah Haji Imam Mudawin, namun terdakwa seharusnya “besar kemungkinan dan atau
dapat dipastikan atau setidak-tidaknya” Haji ImamMudawin mendistribusikan isi rekaman
tersebut kepada pihak lain. Padahal Hukum bertujuan untuk melindungi penduduk Indonesia
oleh hukum di negara ini, tanpa pengecualian, tidak ada yang namanya perbedaan penerapan
hukuman. “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”, kutipan itu merupakan
isi Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945, atau disebut juga Equality Before The Law. Berdasarkan
prinsip ini, negara Indonesia bertujuan memberikan kepastian hukum, keadilan serta
kemanfaatan hukum bagi setiap masyarakat. Namun dalam Putusan MA NO.
574K/Pid.Sus/2018, penulis menilai bahwa Makamah tidak memuat nilai kemanfaatan hukum
bagi Baiq Nuril Maknun selaku terdakwa..lalu Mahkamah tidak mengindahkan Pasal 5 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dimana pasal ini
mengamanatkan kepada hakim untuk menggali nilai-nilai hukum serta rasa keadilan, tetapi
dalam kasus yang menimpa Baiq Nuril Maknun hakim tidak megamanatkan pasal ini. Padahal isi
daripada rekaman percakapan itu mengandung muatan asusila, yang diucapkan oleh Haji
Muslim. Sebab ucapan seperti demikian diucapkan kepada seorang wanita yang bukan istrinya,
dipandang sebagai suatu perbuatan yang tidak pantas dilakukan, tentunya hal ini sangat
mencederai norma kesusilaan.. Dan juga Mahkamah tidak mempertimbangkan niat baik ]
menjaga harkat marabat perempuan yang sudah bersuami dan mempunyai anak yang dilecehkan
secara verbal dan asusila oleh Haji Muslim, sebagai atasannya. Majelis Hakim dengan tegas
tidak menjadikan Perma No. 3 Tahun 2017 sebagai pedoman saat mengadili Baiq Nuril.
sebagaimana diatur dalam Perma No. 3 Tahun 2017 dan nilai-nilai hukum yang ada dalam
masyarakat, Putusan MA Nomor 574 K/Pid.Sus/2018 tanggal 26 September 2018 tidak
mencerminkan rasa keadilan khususnya perlindungan hak perempuan.

Conclussion

Dalam kasus ini dapat dilihat terdapat kekhilafan hakim atau kekliruan yang nyata yang tidak
dapat di benarkan dalam pertimbangan judex juris . harusnya perbuatan terdakwa harus
dibuktikan bersama haji mudawin yang mana dia lah yang aktif dalam mendistribusikan kepada
orang lain , sedangkan awal nya terdakwa hanya memberikan rekaman tersebut untuk digunakan
sebagai laporan saja. Lalu putusan MA tersebut juga menyalahi hokum perlindungan perempuan
dan korban atas kekerasan seksual secara verbal , majelis hakim di harapkan harus
memperhatikan terlebih dahulu kronologis awal dan fakta bahwa rekaman tersebut di simpan
sebagai perlindungan diri bagi terdakwa.

Anda mungkin juga menyukai