Anda di halaman 1dari 7

EKSEPSI (KEBERATAN ATAS DAKWAAN)

Batam, 13 Mei 2014

Kepada Yth.
Majelis Hakim
Dalam Perkara No.250 /Pid. B/ 2014 / PN.BTM
Pengadilan Negeri Batam
Di Batam Centre - Kota Batam.

Dengan hormat,

Kami yang bertandatangan di bawah ini :


HARTO HALOMOAN, SH , ABUL HAKIM RIJAL, SH dan ZAKIS SYAMSIL BAHYA,
SH, Advokat & berkantor pada LAW OFFICE HARTO HALOMOAN, SH REKAN,
beralamat di, Gedung Graha Nagoya Mas (Gedung Jamsostek) Lt. III/ West Cluster 04
Nagoya Batam, Telp. 0778- 431227. berdasarkan Surat Kuasa Khusus , No. 030/SK-
Pid/LO-HH/IV/2014/BTM, bertindak untuk dan atas nama :
RUDI YULI ASRI , tempat /tgl lahir : Kantarok 3 Mei 1987 , laki-laki, Islam , Swasta
Alamat : Kp. Bumi Indah Permai RT. 03 RW. 016 Kec. Batu Aji – Batam. sebagai
terdakwa dalam perkara No 250 /Pid.B/2014 /PN.BTM
Dengan ini hendak mengajukan Keberatan atas Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Nomor : Reg. Perkara: PDM.112/TPUL/BATAM/03/2014, Tgl. 15 April 2014..

Majelis Hakim yang Kami Muliakan,


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang Terhormat,
Para Hadirin yang kami hormati,

Dengan segala kerendahan hati, izinkan kami mengajukan Keberatan (Eksepsi) atas
Dakwaan Jaksa penuntut umum No. Reg. Perkara: PDM -
250/TPUL/BATAM/03/2014, tgl 15 April 2014;

1
Bahwa Keberatan (Eksepsi) ini kami ajukan semata-mata hanya untuk menunjukkan
proses hukum/peradilan yang sebenarnya, dan mencoba mencari keadilan yang seadil
adilnya;
Bahwa Keberatan ini kami ajukan dikarenakan adanya ketidak seimbangan dalam
pemeriksaan pendahuluan;
Bahwa Keberatan (Eksepsi) ini dapat digunakan sebagai awal dari penjelasan betapa
ketidak seimbangan telah tejadi dalam pemeriksaan pendahuluan, tentunya
diharapkan dapat menolong keadaan dalam meyakinkan Pengadilan yang telah
mendapatkan BAP dan Surat Dakwaan.

MENYANGKUT HAK ASASI MANUSIA .

Bahwa setelah diundangkannya Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada


tahun 1981, telah diberikan perhatian khusus terhadap Hak Asasi Manusia dari seorang
tersangka/terdakwa dan hak-hak Penasehat Hukum dalam suatu proses pidana seperti
halnya perkara yang kita hadapi sekarang ini, dengan bertitik tolak pada konsep
Negara Hukum “ Rule Of Law’
Terhadap Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang telah memberikan Jaminan dan
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia (Human Dignity)

SURAT DAKWAAN KABUR (OBSCURUM LIBELLIUM)

DAKWAAN PERTAMA.
Perbuatan Terdakwa di dakwa dengan pasal 44 ayat (1) UU RI Nomor : 23 tahun 2004.
Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut umum tidak menguraikan secara jelas dan tegas
perbuatan yang di lakukan oleh Terdakwa adalah suatu perbuatan yang melanggar
ketentuan pasal 44 ayat (1) UU RI. No. 23 tahun 2004 .

Bahwa memperhatikan pasal 44 ayat (1) UU RI. NO. 23 tahun 2004 yang berbunyi
sebagai beriku T : “ setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000.- (lima belas juta rupiah)”
Bahwa sesuai dengan dalil Jaksa Penuntut umum pada dakwaannya yang
menerangkan sebagai berikut : “ Tiba-tiba korban diam, kemudian secara tiba-tiba
membuka pintu mobil lalu melompat keluar terguling-guling di aspal. Terdakwapun
menghentikan mobil yang di kendarainya lalu mengangkat dan membawa korban
masuk ke dalam mobil menuju Rumah sakit Otorita untuk memperoleh perawatan
medis, pada hari rabu tanggal 22 Januari 2014 sekira pukul 17 .00 Wib, akhirnya korban
meninggal dunia di RS Otorita Batam.
2
Bahwa dari dalil Jaksa penuntut Umum tersebut tidak teruraikan secara secara jelas
kekerasan Fisik yang di lakukan oleh Terdakwa dan mengakibatkan luka-luka seperti
yang tertera pada fakta –fakta ;

Bahwa terdakwa tidak di jelaskan melakukan tindakan kekerasan fisik kepada korban
sebelum korban melompat dari mobil dan atau tidak ada suatu perbuatan fisik yang di
lakukan terdakwa terhadap korban yang mengakibatkan luka-luka dan matinya orang .
Bahwa kalaulah Jaksa Penuntut Umum mendalilkan Terdakwa menampar Korban
pada saat melerai pertengkaran antara Korban dengan saksi YUSRA LAINI alias NIA
apakah mungkin berakibat luka seperti yang di maksud oleh Jaksa Penuntut umum
dan mengakibatkan matinya korban (Visum Et Repertum Nomor R/2?I/2014/
Biddokes yang di buat dan di tandatangani oleh Dr. M. FAISAL ZULKARNAEN SpKF,
MH Kes selaku Doter yang memeriksa)

Bahwa tidak jelas terurai perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dan atau unsur
kesalahan (schuld)dari pasal 44 ayat 1 UU RI No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan rumah tangga, pada hakikatnya tidak terpenuhi, maka perbuatan yang di
tuduhkan kepada terdakwa tidak jelas;

Bahwa oleh karena itu dakwaan Jaksa Penuntut umum tidak teruraikan dengan cermat
dan jelas mengakibatkan terdakwa tidak mengerti dan memahami maksud surat
Dakwaan . Perbuatan Terdakwa di dakwa dengan pasal 44 ayat (1) UU RI Nomor : 23
tahun 2004. Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Bahwa oleh karena itu dakwaan Jaksa Penuntut umum adalah kabur ( Abscurr
libellium).

DAKWAAN KEDUA.

Perbuatan Terdakwa di dakwa dengan pasal 45 UU RI Nomor : 23 tahun 2004.


Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut umum tidak menguraikan secara jelas dan tegas
perbuatan yang di lakukan oleh Terdakwa adalah suatu perbuatan yang melanggar
ketentuan pasal 45 UU RI. No. 23 tahun 2004 .

Bahwa memperhatikan pasal 45 UU RI. NO. 23 tahun 2004 yang berbunyi sebagai
berikut : ayat .
1 . setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga ) tahun atau denda paling banyak Rp. 9.000.000.- (sembilan juta
rupiah).
3
2 . dalam perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (10 dilakukan oleh suami
terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari ,
dipidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.-
(tiga juta Rupiah)
Bahwa sesuai dengan dalil Jaksa Penuntut umum pada dakwaannya yang
menerangkan sebagai berikut : “ Tiba-tiba korban diam, kemudian secara tiba-tiba
membuka pintu mobil lalu melompat keluar terguling-guling di aspal. Terdakwapun
menghentikan mobil yang di kendarainya lalu mengangkat dan membawa korban
masuk ke dalam mobil menuju Rumah sakit Otorita untuk memperoleh perawatan
medis, pada hari rabu tanggal 22 Januari 2014 sekira pukul 17 .00 Wib, akhirnya korban
meninggal dunia di RS Otorita Batam.

Bahwa dari dalil Jaksa penuntut Umum tersebut tidak teruraikan secara secara jelas
kekerasan psikis yang di maksud oleh Jakwa Penuntut Umum di lakukan oleh
Terdakwa dan mengakibatkan luka-luka seperti yang tertera pada fakta –fakta ( Visum
Et revertum Nomor R/2/I/2014/Biddokkes )

Bahwa kalaulah Jaksa Penuntut Umum mendalilkan Terdakwa menampar Korban


pada saat melerai pertengkaran antara Korban dengan saksi YUSRA LAINI alias NIA
apakah mungkin berakibat luka seperti yang di maksud oleh Jaksa Penuntut umum
dan mengakibatkan matinya korban (Visum Et Repertum Nomor R/2?I/2014/
Biddokes yang di buat dan di tandatangani oleh Dr. M. FAISAL ZULKARNAEN SpKF,
MH Kes selaku Doter yang mmeriksa);
Bahwa dalil Jaksa penuntut umum sangat rancu tidak bersesuaian antara fakta-fakta
luka-luka yang di alami korban dengan pasal yang di terapkan pada dakwaan kedua
ini , karena kekerasan Fsikis tidak mungkin mengalami luka-luka fisik dan kekerasan
Fsikis tidak di atur di dalam Undang- Undang R.I No. 23 tahun 2004 , mengenai akibat
matinya korban .

Bahwa tidak jelas terurai perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dan atau unsur
kesalahan (schuld) dari pasal 45 UU RI No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan rumah tangga, tidak terurai secara jelas ada pada diri terdakwa , maka
perbuatan yang di tuduhkan kepada terdakwa tidak jelas (kabur);

Bahwa oleh karena itu dakwaan Jaksa Penuntut umum pada dakwaan Kedua ini
adalah tidak teruraikan dengan cermat dan jelas mengakibatkan terdakwa tidak
mengerti dan memahami maksud surat Dakwaan . Perbuatan Terdakwa di dakwa
dengan pasal 45 UU RI Nomor : 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga.

4
DAKWAAN KETIGA.
Bahwa Dakwaan Jaksa Penuntut umum tidak menguraikan secara jelas dan tegas
perbuatan yang di lakukan oleh Terdakwa adalah suatu perbuatan yang melanggar
ketentuan pasal 359 KUHPidana.

Bahwa memperhatikan pasal 359 KUHPidana yang berbunyi sebagai berikut :” Barang
siapa karena keslahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana krungan paling lama satu
tahun.”
Bahwa sesuai dengan dalil Jaksa Penuntut umum pada dakwaannya yang
menerangkan sebagai berikut : Tiba-tiba korban diam, kemudian secara tiba-tiba
membuka pintu mobil lalu melompat keluar terguling-guling di aspal. Terdakwapun
menghentikan mobil yang di kendarainya lalu mengangkat dan membawa korban
masuk ke dalam mobil menuju Rumah sakit Otorita untuk memperoleh perawatan
medis, pada hari rabu tanggal 22 Januari 2014 sekira pukul 17 .00 Wib, akhirnya korban
meninggal dunia di RS Otorita Batam.

Bahwa dari dalil Jaksa penuntut Umum tersebut tidak teruraikan secara secara jelas
perbuatan atau kesalahan (kealpaan) yang di lakukan oleh Terdakwa yang
mengakibatkan korban melompat dari mobil mengakibatkan luka-luka dan matinya
korban seperti yang tertera pada fakta –fakta ;
(Visum Et Repertum Nomor R/2?I/2014/ Biddokes yang di buat dan di tandatangani
oleh Dr. M. FAISAL ZULKARNAEN SpKF, MH Kes selaku Doter yang mmeriksa)

Bahwa tidak jelas terurai perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dan atau unsur
kesalahan (schuld) dari pasal 359 KUHPidana tidak terdapat pada Terdakwa , pada
hakikatnya Kealpaan unsurnya adalah kesalahan , ternyata perbuatan Terdakwa tidak
merupakan kejahatan atau pelanggaran maka unsur kesalahan pada diri terdakwa
tidak perpenuhi, maka perbuatan yang di tuduhkan kepada terdakwa tidak jelas;

Bahwa oleh karena itu dakwaan Jaksa Penuntut umum tidak teruraikan dengan cermat
dan jelas (Obscurr Libelliium) mengakibatkan terdakwa tidak mengerti dan tidak
memahami maksud surat Dakwaan .

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas kami berpendapat Dakwaan Jaksa


Penuntut Umum secara keseluruhan tidak terurai dengan tegas dan jelas, maka oleh
karena itu dakwaan jaksa penuntut umum secara keseluruhan adalah Kabur (Obscurr
libelium).

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas mohon Majelis Hakim yang Mulia


memutuskan :

1. Mengabulkan Eksepsi Terdakwa seluruhnya;


2. Menyatakan Dakwaan Jaksa penuntut umum Dakwaan No. Reg. Perk: PDM-
112/TPUL/BATAM/03/2014 , tertanggal 15 April 2014 adalah Kabur tidak jelas
(Obscurr Libellium);
3. Melepaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum;
4. Membebaskan terdakwa dari tahanan Negara.

Hormat kami,
Penasehat Hukum Terdakwa.

Harto Halomoan, SH
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas mohon kepada Majelis hakim
memutuskan:

1. Menerima Keberatan (Eksepsi) atas surat dakwaan jaksa Penuntut Umum ;

2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg.Perkara : PDM-285.


KAMTIBUM/BATAM/10/2011 tidak sah;

3. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penunutut Umum No. Reg. Perkara : PDM
285. KAMTIBUM/BATAM/10/2011 Kabur dan atau Tidak Jelas (Obscurr
Libellium)
4. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No.reg.perkara : PDM
25.KAMTIBUM//BATAM/10/2011 tidak diterima .

5. Memerintahkan Jaksa Penuntut Umum untuk melepaskan Terdakwa Hermanto


Bin Paino dan Terdakwa Amri Bin Nasir dari segala tuntutan hukum;

Hormat kami,
Penasehat Hukum

HARTO HALOMOAN, SH

Anda mungkin juga menyukai