(EKSEPSI)
TIM PENASIHAT HUKUM
Terhadap
DAKWAAN
PRIMAIR: Pasal 82 Ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindangan Anak
Menjadi Undang-Undang Jo Pasal 76e Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
1
DAFTAR ISTILAH
2
Makassar, 18 Oktober 2023
Kepada Yth.
Majelis Hakim Perkara No. 67/Pid.sus/2023/PN.Jnp
Pengadilan Negeri Jeneponto
Jl. Pahlawan No. 14, Empoang, Binamu, Jeneponto
Dengan hormat,
Perkenankan kami yang bertanda-tangan di bawah ini, para advokat yang saat ini
memilih domisili pada Kantor Hukum BOHARI, S.H,M.H beralamat di Jalan Andi
Tonro II No. 27, Pa’baeng-baeng, Tamalate, Kota Makassar dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama TERDAKWA:
NOTA KEBERATAN ini kami ajukan juga dengan pertimbangan adanya hal-hal
prinsipil yang perlu kami sampaikan demi tegaknya kepastian hukum, kebenaran,
keadilan, dan demi memastikan terpenuhinya rasa keadilan yang menjadi hak asasi
setiap manusia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia, Pasal 14 ayat (1) Kovenan Hak Sipil dan Politik yang telah
diratifikasi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 D ayat
(1) UUD NRI 1945, Pasal 7 dan Pasal 8 TAP MPR Nomor XVII Tahun 1998 tentang
Hak Asasi Manusia, Pasal 17 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
yang menyataka semua orang adalah sama di muka hukum dan tanpa diskriminasi
3
apapun serta berhak atas perlindungan hukum yang sama. Sebagaimana diketahui,
kedudukan SURAT DAKWAAN merupakan titik tolak terpenting atau dasar
pemeriksaan hakim dalam mencari kebenaran materiil, sehingga Yang Mulia
Majelis Hakim hanya dapat memutus dalam batas-batas peristiwa yang
disampaikan dalam SURAT DAKWAAN atau tidak menyimpang dari hal-hal yang
dikemukakan. TERDAKWA hanya dapat dipidana jika terbukti telah melakukan
delik yang disebut dalam dakwaan, sebagaimana yang juga menjadi Yurisprudensi
Mahkamah Agung Nomor 68 K/KR/1973 tanggal 16 Desember 1976. Dengan
demikian, jika TERDAKWA terbukti melakukan delik tetapi tidak disebut dalam
dakwaan, maka ia tidak dapat dipidana.
Dalam kesempatan ini, Nota Keberatan (Eksepsi) yang kami susun akan
menguraikan beberapa poin krusial atas keberatan kami terhadap kekeliruan Surat
Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum, antara lain
A. Jaksa Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Menyusun Surat Dakwaan Karena
Hanya Berdasarkan Asumsi Serta Membuat Kesimpulan Sendiri terhadap waktu
a. ....pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat diingat lagi di bulan Mei 2023,
sekitar pukul 14.00 Wita dan pada hari Selasa tanggal 30 Mei 2023, antara pukul
17.15 Wita sampai dengan pukul 17.30 Wita atau setidaknya pada satu waktu
dalam bulan Mei 2023, bertempat masing-masing dikios milik Terdakwa yang
terletak di Tolo kel. Tolo Kec. Kelara Kab. Jeneponto atau setidak-tidaknya pada
tempqaat-tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Jeneponto dst..........
b. ... Awalnya pada hari dan tangal yang sudah tidak tidak dapat diingat lagi, di
bulan Mei 2023, sekitar pukul 14.00 Wita, Anak Korban Risti Nurmala Binti
Muh. Saing yang sesuai foto copy dst...
Bahwa Menyusun surat dakwaan harus dilakukan secara serius dan hati-hati. Surat
dakwaan yang menyimpang dari hasil penyidikan dan/atau yang tidak memenuhi
syarat materiil, merupakan dakwaan yang harus dinyatakan batal demi hukum
menurut pasal 143 kuhap
Berdasarkan Pasal 143 KUHAP, dakwaan juga harus memenuhi syarat, baik
formil maupun materiil. Pasal 143 ayat (2) merupakan ketentuan syarat materiil
dari sebuah dakwaan. Sesuai dengan Pasal 143 ayat (3), maka tidak dipenuhinya
syarat materiil mengakibatkan surat dakwaan batal demi hukum.
Ketentuan Pasal 143 ayat (2) dan ayat (3) menyatakan sebagai berikut:
“(2) Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
serta berisi (b) uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan.
(3) Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
huruf (b) batal demi hukum.”
4
Berdasarkan Pasal 143 ayat (2) tersebut, agar syarat materiil terpenuhi, maka ada 2
(dua) unsur yang tidak boleh dilalaikan, yakni (a) uraian cermat, jelas, dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dan menyebut (b) waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan.
5
1. Bahwa yang dimaksud dengan “cermat” adalah menuntut ketelitian
Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan yang
akan diterapkan bagi Terdakwa. Dengan menempatkan kata “cermat”
paling depan dari rumusan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, pembuat
undang-undang menghendaki agar Jaksa Penuntut Umum dalam
membuat surat dakwaan selalu bersifat korek dan teliti.
2. Bahwa yang dimaksud dengan “jelas” adalah uraian kejadian atau fakta
kejadian yang jelas dalam Surat Dakwaan, sehingga terdakwa dengan
mudah memahami apa yang didakwakan terhadap dirinya dan dapat
mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.
3. Bahwa yang dimaksud dengan “lengkap” adalah Surat Dakwaan itu
memuat semua unsur (elemen) Tindak Pidana yang didakwakan. Unsur-
unsur tersebut harus terlukis di dalam uraian fakta kejadian yang
dituangkan dalam surat dakwaan.
4. Ketentuan Pasal 143 KUHAP tersebut dikukuhkan oleh Mahkamah
Agung RI melalui putusan-putusannya yang menyatakan bahwa surat
dakwaan yang disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak
lengkap dan oleh karenanya harus dinyatakan BATAL DEMI HUKUM:
6
1. Jaksa Penuntut Umum Tidak Jelas, Tidak Cermat, Dan Tidak Lengkap Dalam
Menguraikan Rangkaian Peristiwa Dalam Surat Dakwaan
2. Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan tidak jelas, tidak cermat,
dan tidak lengkap dalam menguraikan rangkaian peristiwa sebagaimana
mestinya. dengan uraian sebagai berikut:
3. Penuntut Umum dalam menguraikan fakta di Surat Dakwaan hanya
berdasarkan asumsi belaka dan tidak berdasarkan fakta.
Atau setidak-tidaknya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.
Demikianlah Nota Keberatan ini kami ajukan kehadapan yang mulia Majelis Hakim
pemeriksa perkara. Atas perhatiannya, kami menyampaikan terima kasih.
HORMAT KAMI,
KUASA HUKUM/PENASEHAT HUKUM
TERDAKWA
ANDI SUDIRMAN PUANG TOBA BIN H PETTA WAWO