Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENGAMATAN SIDANG PIDANA

PENGADILAN NEGERI TANGERANG

Disusun Oleh :

Muhamad Triaji Giodani

Kelas 2-34 absen 21

1302180121

MAHASISWA PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI

MATA KULIAH HUKUM PERDATA

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
penulis menghantarkan puji dan syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
mengerjakan laporan pengamatan siding ini dalam rengka memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Perdata dalam program studi Diploma III Akuntansi di Politeknik
Keuangan Negara STAN yang dijalani oleh penulis.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Luthfi Surkalam


selaku dosen mata kuliah hukum perdata yang telah membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dalam rengka memenuhi kewajiban
penulis untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Hukum
Perdata.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan laporan ini. Akan
tetapi selaku manusia yang tidak lepas dari kesalahan, penulis menyadari laporan
ini jauh dari kata sempurna sehingga meminta maaf atas segala kekurangan dari
laporan pengamatan persidangan ini.

Tangerang Selatan, 10 Maret 2019]


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengamatan Persidangan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas yang


diberikan oleh Bapak Luthfi Surkalam dalam mata kuliah Hukum Perdata yang
dibimbingnya. Pada awalnya pengataman yang dilakukan direncanakan pada
siding kasus perdata. Tetapi, karena factor jadwal kuliah kelas 2-34 yang tidak
memungkinkan untuk menghadiri sdiang perdata yang terjadwal, maka kelompok
penulis menghadiri sidang kasus pidana

Tugas ini tidak lain bertujuan untuk membantu nilai para mahasiswa program
studi Diploma III Akuntansi khususnya kelas 2-34 – kelas dimana penulis
menjalankan studinya di Politeknik Keuangan Negara STAN. Selain itu, Melalui
tugas ini juga para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah hukum perdata bisa
mendapat pengalaman serta kompetensi tentang jalannya sebuah sidang yang
berkaitan erat dengan masalah hukum yang menjadi objek dalan mata kuliah
hukum perdata sendiri.

B. Rumusan Masalah

Melalui pengamatan yang dilakukan, masalah yang dirumuskan antara lain


1. Bagaimana sidang dan perkara yang diamati ?
2. Apa saja dasar-dasar hukum yang berkaitan denngan kasus ?
3. Bagaimana Analisis perkara dengan hukum yang terkait ?
C. Tujuan

Melalui laporan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami proses jalannya


persidangan serta dapat menganalisis kasus-kasus yang ada dengan hukum-hukum
positif yang ada
BAB II
PEMBAHASAN

D. Perkara dan Persidangan


Pada hari selasa, 6 Maret 2019, telah dilaksanakan pesidangan terbuka atas
perkara pidana di Pengadilan Negeri Tangerang dengan data umum sebagai
berikut:

Nomor Perkara : 81/Pid.Sus/2019/PN Tng


Klasifikasi Perkara : Narkotika
Tanggal Pendaftaran : Selasa, 22 Januari 2019

Persidangan dilaksanakan dengan peserta sebagai berikut :


Penuntut Umum : GORUT PERTHIKA, SH
Terdakwa : MAHMUD BOAN Alias BOAY Bin MUHAYAT
Hakim Ketua : SRI SUHARINI, SH, MH
Hakim Anggota 1 : EDY PURWANTO, SH
Hakim Anggota 2 : GATOT SARWADI, SH
Panitera Pengganti : HERA AMALIA, SH
Jurusita : ELMIRNI

Persidangan tersebut telah diselenggarkan sejak hari Rabu, 30 Januari


2019 hingga hari Rabu, 6 Maret 2019—sidang yang dihadiri penulis dan
kelompoknya, dan terjadwal akan diadakan kembali minggu setelahnya yaitu
Rabu, 13 Maret 2019. Setiap sidang diselenggarakan di Ruang Sidang 7,
Pengadilan Negeri Tangerang.

Alur persidangan secara rinci yaitu sebagai berikut :


No TANGGAL SIDANG AGENDA
1 Rabu, 30 Januari 2019 Sidang Pertama
2 Rabu, 06 Februari 2019 Untuk Keterangan Saksi Lainnya
3 Rabu. 13 Februari 2019 Untuk Keterangan Saksi Lainnya
4 Rabu. 20 Februari 2019 Untuk Keterangan Terdakwa
5 Rabu, 27 Februari 2019 Untuk Pembacaan Tuntutan
6 Rabu, 06 Maret 2019 Untuk Pembacaan Tuntutan
7 Rabu. 13 Maret 2019 Untuk Pmebelaan

Persidangan keenam pada hari Rabu, 6 Februari 2019 beragendakan


pembacaan tuntutan yaitu :

Agar majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang yang mengadili perkara ini
memutuskan:

1. Menyatakan terdakwa MAHMUD BOAN Alias BOAY Bin MUHAYAT


{Alm) terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan
tindak pidana "menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram " sebagaimana
diatur dalam Dakwaan Pertama : Pasal 114 ayat (2) UU RI No. 35 Tahon
2009 tentang Narkotika ;
2. Menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa MAHMUD BOAN Alias
BOAY Bin MUHAYAT (Alm) selama 10 (Sepuluh) Tahun dikurangi
selama terdakwa berada dalam tahanan dan denda sebesar Rp.
1.000.000_000,- (satu milyar rupiah) subsidair 6 (Enam) bulan penjara.

3. Menyatakan barang bukti berupa :

 1 {satu) bungkus plastik klip bening yang didalamnya berisikan kristal


warna putih dengan berat brutto 7,04 (tujuh koma nol empat) gram dan 1
(satu) buah Handphone Samsung

Dirampas untuk dimusnahkan.


4. Membebankan kepada terdakwa MAHMUD BOAN Alias BOAY Bin
MUHAYAT {Alm) untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-
(dua ribu rupiah).

Saudara Mahmud Boan didakwa atas kasus narkoba dengan barang bukti
berupa 1 bungkus plastic klip bening yang didalamnya terdapat narkotika jenis
sabu dengan berat brutto 7,04 gram (setelah disishkan tersisa 1 gram) serta 1
buah HP Samsung J5 berwarna gold.

Sebelum perkara ini, Mahmud Boan juga pernah terjerat dengan perkara
serupa tentang narkotika pada bulan May 2015 dengan nomor perkara
942/Pid.Sus/2015/PN Tng dengan putusan akhir berupa hukuman penjara 4 tahun
dan denda Rp 800.000.000,00.

E. Teori Hukum

UU nomor 35 tahun 2009 merupakan UU narkotika yang disahkan pada 14


September 2009 merupakan revisi dari UU No. 22/1997 tentang narkotika.
Pemerintah menilai UU No. 22/1997 tidak dapat mencegah tindak pidana
narkotika yang semakin meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif serta
bentuk kejahatannya yang terorganisir. Namun secara substansial, UU Narkotika
yang baru tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan UU
terdahulu, kecuali penekanan pada ketentuan kewajiban rehabilitasi, penggunaan
pidana yang berlebihan, dan kewenangan BNN yang sangat besar.

UU No. 35/2009 menggunakan pendekatan pidana untuk melakukan


pengawasan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika. Penggunaan
pidana masih dianggap sebagai suatu upaya untuk menakut-nakuti agar tidak
terjadinya penggunaan narkotika. Hal tersebut didukung dengan diberikannya
suatu keweangan yang besar bagi BNN yang bermetafora menjadi institusi yang
berwenang untuk melakukan penyadaran kepda masyarakat, melakukan
penyelidikan, penyidikan, serta penuntutan dalam tindak pidana narkotika.

Dakwaan yang didakwakan kepada Mahmud Boan yaitu pertama : Perbuatan


terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal  114 ayat (2) UU
RI  No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau kedua : Perbuatan terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal  112 ayat (2) UU RI  No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika.

Pasal 114 ayat (2) UU No. 35 tahun 2009 berbunyi, “(2) Dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara
seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).”

Pasal 112 ayat (2) UU No.35 tahun 2009 berbunyi “Dalam hal perbuatan
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).”

BAB III
KESIMPULAN

Dalam Persidangan ini ada 2 jenis hukum yang dipakai yaitu pidana materil
dan pidana formal. Hukum pidana materil berupa Undang-undang yang
didakawakan kepada terdakwa yaitu Undang-Undang nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika –pasal 114 ayat (2) dan pasal 112 ayat (2). Sedangkan untuk
hukum formal yang digunakan mengacu pada Undang-Undang nomor 8 tahun
1981, tentang hukum acara pidana. Sesuai dengan pasal 2 yang berbunyi,
“Undang-undang ini berlaku untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam
lingkungan peradilan umum pada semua tingkat peradilan.” Dan pasal 3 yang
berbunyi “Peradilan dilakukan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini.”

DAFTAR PUSTAKA

1. “Sistem Informasi Penelusuran Perkara”. 11 Maret 2019.


http://sipp.pn-tangerang.go.id/index.php/detil_perkara
2. TOTOKYULIANTO. “Catatan terhadap UU No 35 Tahun 2009
tentang Narkotika”. 11 Maret 2019.
https://totokyuliyanto.wordpress.com/2009/11/10/catatan-terhadap-uu-
no-35-tahun-2009-tentang-narkotika/
3. Ajeng Gandini Kamilah. “Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika”. 11 Maret 2019.
http://hukumanmati.web.id/undang-undang-no-35-tahun-2009-tentang-
narkotika/
4. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35
TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
5. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN
1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai