(Disusun untuk memenuhi Tugas Mid Etika dan Tanggung Jawab Profesi)
OLEH :
DERISKI DEDY
H1A120025
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Fungsi Kode Etik
Profesi Polisi Dalam Penegakan Hukum Berkeadilan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Dan Tanggung Jawab
Profesi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang fungsi kode
etik profesi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Muh. Jufri Dewa,
S.H., MS. selaku Dosen Mata Kuliah Etika dan Tanggung Jawab Profesi. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1) Etik kepribadian.
2) Etik kenegaraan.
3) Etik kelembagaan.
Melaksanakan kode etik dengan baik, tentu tidak terlepas dari adanya
loyalitas kepada organisasi, disiplin yang ketat oleh pimpinan dimaksudkan untuk
meningkatkan loyalitas bawahan.
Polisi adalah aparat penegakan hukum tetapi dalam kenyataan yang terjadi
Sebagai anggota itu bertindak sebaliknya dan tidak sesuai dengan etika profesi
kepolisian, atau dalam arti kata ada sebagai polisi melakukan pelanggaran
terhadap kode etik profesi kepolisian, pelanggaran ataupun perbuatan pidana
anggota kepolisian yang tidak sesuai dengan kode etik profesi kepolisian ini
ternyata berakibat, hukum.
Sejauh ini Polri telah menjalani berbagai reformasi, baik itu yang
dijalankan karena suatu mandati politik dari inisiatif eksternal, baik merupakan
produk tekanan politik publik maupun konsekuensi reformasi legislasi yang di
produksi parlemen, maupun inisiatif internal. Hal ini biasa terlihat dari reformasi
aturan-aturan internal Polri (misalnya perkap-perkap). Namun Polri juga masih
mempunyai problem akut tentang makelar kasus (korupsi), rekening perwira
tinggi yang mencurigakan, brutalitas aparat kepolisian, kegagalan menghadapi
kelompok masa dengan simbol-simbol komunisme, hingga minimnya
akuntabilitas dalam merespons dugaan praktek-praktek penyalahgunaan
kekuasaan aparaturnya. Yang terakhir ini diafirmasi oleh kenyataan minimnya
respons dari pejabat Polri terkait pengaduan yang di transmisikan oleh komisi
kepolisian nasional (KOMPOLNAS), komnas HAM dan dari korban (pengadu)
terkait dugaan praktek penyalahgunaan kekuasaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja kategori tindakan pelanggaran kode etik profesi yang di lakukan oleh
anggota kepolisian?
BAB II
Wabprof Bid Propam Polda Jambi, Bapak IPDA Adri Sukam S.Pd.,
Menjelaskan bahwa:
Dari hasil wawancara dengan Bapak IPDA Adri Sukam S.Pd., dapat
diketahui jika norma-norma yang terdapat dalam Kode Etik Profesi Kepolisian
merupakan norma-norma yang harus diketahui oleh semua anggota Polri.
Pelanggaran terhadap Kode Etik akan dapat berakibat hukum sesuai dengan hasil
Putusan Pelaksana Sidang Kode Etik Profesi Kepolisian yang di selenggarakan
oleh jajaran Propam Polda Jambi.
“Sedikit janggal memang jika tidak meneliti dengan baik tentang dasar pasal yang
dilanggar dengan nomor peraturan yang ada, misalnya pada tahun 2011 sudah ada
peraturan baru, tetapi peraturan yang digunakan adalah peraturan pada tahun
2006, hal ini sebenarnya dikarenakan peraturan kapolri tentang kode etik
kepolisian nomor 14 tahun 2011. Baru di tetapkan tanggal 1 Oktober 2011. Hal ini
membuat efektif penggunaannya juga memakan waktu, belum lagi dalam berkas
pelanggaran yang sudah masuk, tertera pelanggaran yang di lakukan masih
berdasarkan pada peraturan kapolri nomor 7 tahun 2006. Sebenarnya ini tidak jadi
masalah yang berarti karena isinya tidak banyak mengalami perubahan.”
1. Pungutan Liar, pelanggaran pasal 5 huruf (a) Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun
2006
5. Narkoba, pelanggaran pasal 5 huruf (a), pasal 10 ayat (1) huruf (c) Peraturan
Kapolri Nomor 7 Tahun 2006
“Anggota Polri yang melakukan yang melakukan tindakan pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri akan diperiksa, diaudit, diinvestigasi, setelah itu akan dilakukan
pemberkasan perkara, untuk mendokumentasikan perkara secara tertulis, setelah
pemberkasan perkara selesai, maka akan ditentukan waktu untuk melaksanakan
sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri, dalam sidang ini lah akan diputuskan
sanksi yang diterima oleh pelanggar. Jika terdapat keberatan, atau merasa bahwa
pelanggaran tersebut adalah untuk kebenaran, maka anggota Polri yang melanggar
tersebut dapat melakukan banding, seperti sidang-sidang hukum pada umumnya.”
Sidang Komisi Kode Etik Polri adalah sidang yang digelar dengan tujuan
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran kode etik profesi kepolisian
yang dilakukan oleh anggota Polri. sidang ini dipimpin oleh anggota komisi kode
etik yang sudah mengetahui dengan baik, dan mengerti setiap kode etik profesi
yang harus dijaga dan diterapkan oleh setiap anggota Polri.
Kode Etik Profesi Kepolisian yang harus ditegakkan, dan penegakan Kode
Etik Profesi Polri ini dilakukan oleh pejabat berwenang menurut peraturan Kode
Etik Profesi Polri. Sistem penanganan kasus pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
ini diawali dengan pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan pada saat menjalani
sidang KKEP, pemeriksaan Sidang Komisi Banding Kode Etik Profesi Polri
terhadap anggota Polri yang dinyatakan sebagai pelanggar atau tidak terbukti
sebagai pelanggar.
Anggota Polisi adalah Pegawai Negeri pada Polri dari pangkat terendah
sampai dengan pangkat tertinggi yang berdasarkan undang-undang memiliki
tugas, fungsi dan kewenangan kepolisian. Profesi Polri adalah profesi yang
berkaitan dengan tugas Polri baik di bidang operasional maupun di bidang
pembinaan. Etika Profesi Polri adalah Kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan Catur
Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri
setiap Anggota Polri dalam wujud komitmen moral yang meliputi etika
kenegaraan, etika kelembagaan, kemasyarakatan, dan kepribadian. Kode Etik
Profesi Polri yang selanjutnya disingkat dengan KEPP adalah norma-norma atau
aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau Filosofis yang
berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan,
dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh Anggota Polri dalam melakukan
tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan.
Pada Pasal 34 ayat (1) ini mengamanatkan agar setiap anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus
dapat mencerminkan kepribadian Bhayangkara Negara seutuhnya, yaitu pejuang
pengawal dan pengaman Negara Republik Indonesia. Selain itu, untuk
mengabdikan diri sebagai alat negara penegak hukum, yang tugas dan
wewenangnya bersangkut paut dengan hak dan kewajiban warga negara secara
langsung, diperlukan kesadaran dan kecakapan teknis yang tinggi, oleh karena itu
setiap Anggota Kepolisian Republik Indonesia harus menghayati dan menjiwai
etika profesi kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya. Etika profesi
kepolisian tersebut dirumuskan dalam kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata
dan Catur Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila.
a. Tegaknya Pancasila,
c. Kebhinekatunggalikaan.
hubungan:
b. Penegakan hukum,
a. Kehidupan beragama,
2. Etika Kelembagaan,
kehormatan Polri;
profesionalisme Kepolisian;
kewenangan;
dan santun pada saat pelaksanaan rapat, sidang, atau pertemuan yang
bersifat kedinasan;
13) Mematuhi dan menaati hasil keputusan yang telah disepakati dalam
tugas; dan
pelaksanaan tugas;
dan kewenangan;
pemberi perintah.
yang dilakukan oleh Anggota Polri, yang dilihat atau diketahui secara
e. Pejabat Polri yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c,
asasi manusia;
hukum;
perundang-undangan;
tugas;
pidana; dan
dan pengaduan dari masyarakat yang menjadi lingkup tugas, fungsi dan
kewenangannya;
peraturan perundang-undangan;
pelayanan masyarakat;
dan pelayanan;
pemerintah;
b. Mempengaruhi atau memaksa sesama Anggota Polri untuk mengikuti cara-
Komisi Banding Kode Etik Polri inilah yang bertugas melaksanakan pemeriksaan
pada tingkat banding. Setelah pemeriksaan selesai, Komisi Banding Kode Etik
Polri inilah yang akan melaksanakan sidang banding, untuk memeriksa, memutus,
menguatkan, mengubah, atau membatalkan putusan KKEP yang dianggap tidak
sesuai dengan fakta dan kenyataan yang ada dan ditemukan.
PENUTUP
Kesimpulan
2. Bentuk penyelesaian tindakan pelanggaran kode etik profesi polri polda jambi
adalah melalui pemeriksaan anggota polri yang di duga atau di laporkan
melakukan tindakan pelanggaran kode etik profesi kepolisian, selanjutnya akan di
lakukan audit investigasi untuk menganalisa duduk perkara, pemberkasan dan
atau mendokumentasikan dan pelaksanaan siding komisi kode etik polri untuk
memutuskan perkara, jika keberatan pelanggaran juga melakukan banding.
Saran
2. Setiap tindakan yang dilarang oleh peraturan tentang kode etik profesi
kepolisian adalah tentu merupakan tindakan tercela dan merugikan, dan juga
dilarang agama, jadi dasar agama dan peraturan kapolri adalah dua dasar yang
cukup kuat dalam menjadi pagar dalam menjalankan tugas baik dan hendaknya
menjadi bagian penting dalam mempertimbangkan dan melakukan sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nisa (4):58.