Dosen Pengampu:
Oleh:
NPM: 5220220021
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Negara yang berjudul “Konsep Polri Presisi Sebagai Acuan Etika Penyelenggara
Indonesia” dengan baik. Penyusunan Tugas Makalah bertujuan untuk memenuhi tugas
Universitas Pancasila.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
yang sudah membimbing penulis dalam mata kuliah Etika Penyelenggaraan Negara
pengalaman yang penulis miliki. Semoga segala keterbatasan dan kekurangan yang
penulis miliki dapat disempurnakan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
penulisan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Hormat
5220220021
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar Tabel………………………………………………………………………………………4
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..……….5
A. Latar Belakang………………………………………………………………………5
B. Pokok Permasalahan………………………………………………………...……10
E. Metode Penelitian………………………………………………………………….23
F. Sistematika Penulisan……………………………………………………………..26
A. Pelanggaran HAM………………………………………………………………….…28
B. Terlibat Narkoba………………………………………………………………………34
REFORMASI BIROKRASI…………………………………………………………………..44
BAB V Penutup………………………………………………………………..……………..55
Daftar Pustaka………………………………………………………………..……………..56
3
DAFTAR TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam satu bulan terakhir ini institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menjadi
sorotan dan juga perbincangan. Baik di media mainstream maupun media sosial, Polri
menjadi topik hangat yang menghiasi ruang diskusi publik. Ironisnya perbincangan yang
mencuat terhadap Polri mayoritas bernuansa kritik bahkan cenderung negatif. Kejadian
demi kejadian yang dilakukan oleh beberapa oknum Polri menjadi sorotan yang
masyarakat terhadap Polri. Delegetimasi Polri oleh masyarakat seharusnya tidak boleh
terjadi karena Polri merupakan institusi negara yang berfungsi untuk memelihara
juga mengutip pendapat Bitner menyatakan bahwa polisi adalah institusi yang
menentukan secara konkrit apa yang disebut sebagai penegak ketertiban, apabila hukum
Akan menjadi dilema tatkala lembaga yang diberikan amanah oleh undang-
undang untuk mewujudkan ketertiban masyarakat, tetapi di sisi lain masyarakat tidak
menjadi angan-angan semata. Padahal, ahli Hukum Pidana Barda Nawawi Arief pernah
1
Lihat Pasal 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
2
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2009), hlm 111.
5
menyatakan bahwa Polri dalam menjalankan tugasnya memiliki peranan ganda yakni
sebagai penegak hukum itu sendiri, maupun sebagai pekerja sosial pada aspek sosial
Salah satu kasus yang mencuat ke publik adalah perihal pelanggaran Prosedural
yang mengarah kepada kekerasan oknum Polri terhadap seorang mahasiswa yang
sudah meminta maaf secara langsung kepada korban, akan tetapi publik pelanggaran
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahkan secara tegas Surat Telegram No.
Sejatinya persoalan yang menerpa Polri adalah persoalan klasik yang dan umum
yang terjadi pada seluruh lembaga kepolisian di dunia. Persoalan tersebut adalah perihal
pembenahan Etika dan Profesiinalisme sebagai penegak hukum. Etika yang dimaksud
adalah Etika Pemerintahan, yakni suatu pedoman untuk berperilaku yang baik serta
benar agar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan hakikat manusia. Lebih sempitnya,
Sumaryadi menjelaskan bahwa Etika Pemerintahan adalah acuan terhadap kode etik
birokrat dengan kebutuhan tugas. Seorang aparat negara dapat dikatakan profesional
apabila mampu menghadirkan kecocokan diantara kedua nilai tersebut. Hal tersebut
dikarenakan keahlian dan kemampuan aparat negara dalam merefleksikan arah dan
3
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), hlm 5.
4
I Nyoman Sumaryadi, Sosiologi Pemerintahan, (Bogor: Ghalia, 2010,) hlm23.
6
tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi.5 Baik etika maupun nilai
profesionalisme adalah kedua nilai yang saling berkaitan dan menentukan citra Polri
mengenai kedua persoalan di atas. Mulai dari Surat Edaran Kapolri, Peraturan Kapolri
hingga Surat Telegram Kapolri sudah dikeluarkan guna memberikan pedoman bagi
seluruh jajaran Polri dalam menjalankan tugasnya. Salah satu yang paling terpenting
adalah Peraturan Kapolri No, 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar
Indonesia. Usia Peraturan Kapolri tersebut sudah mencapai 12 tahun akan tetapi sampai
saat ini kita masih bisa menjumpai kasus yang oknum Polri yang diduga melanggar hak
asasi manusia.
Polri menjadi institusi yang paling banyak diadukan melakukan pelanggaran HAM dengan
total 1.122 laporan dalam periode 2016-2020.6 Meskipun, Komnas HAM menyatakan
bahwa Polri begitu responsive dan terbuka dalam menerima aduan tersebut. Akan tetapi
penulis melihat masih terdapat sejumlah permasalahan yang perlu dibenahi baik dari hulu
Salah satu indikator penilaian publik adalah dengan diadakannya berbagai macam
survei yang mengukur kepercayaan publik terhadap suatu institusi, termasuk Polri. Kritik
yang mengarah kepada Polri serta berbagai kejadian penyimpangan yang dilakukan oleh
5
Kurniawan Agung, Transformasi Pelayanan Publik, (Yogyakarta: Pembaharuan, 2005), hlm 74.
6
Fey/Pris, “Komnas HAM: Polisi Paling Banyak Diadukan Langgar HAM”, CNN Indonesia, diakses melalui
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210407145521-12-627049/komnas-ham-polisi-paling-banyak-
diadukan-langgar-ham, pada 2 Oktober 2021.
7
segelintir oknum tentu mempengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap Polri. Berikut
penulis merangkum sejumlah survey tingkat kepercayan Publik terhadap Polri dalam
tahun 2021:7
Tabel 1.1
1 Indikator Politik 71 % 3
Penegak Hukum)
Lembaga Polri
6. Indostrategic 73,4 % 4
Lembaga Polri
7
Data Diperoleh dari Berbagai Sumber di Internet salah satunya , Kanda, “Syukuri Capaian Hasil Kinerja, Kapolri:
Kepercayaan Masyarakat Semakin Meningkat”, Kompolnas, diakses melalui
https://kompolnas.go.id/index.php/blog/syukuti-capaian-hasil-kinerja-kapolri-kepercayaan-masyarakat-semakin-
meningkat, pada 2 Oktober 2021.
8
Jika kita melihat dari sejumlah hasil survey di atas, sejatinya kita dapat menilai
bahwa masih terdapat sejumlah masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap Polri.
Fakta di atas menjadi harapan yang cukup cerah bagi citra Polri di mata masyarakat.
Meskipun begitu masih juga dapat ditemukan catatan minor dari beberapa lembaga
survey terhadap Polri. Sehingga menjadi kewajiban bagi Polri untuk menghilangkan
catatan minor tersebut dengan perbaikan internal Polri. Serta menghadirkan Polri yang
sejatinya semakin menguat tatkala Kapolri yang saat ini menjabat yakni Jenderal Listyo
Sigit Prabowo mengenalkan konsep Polri Presisi yang merupakan singkatan dari
secara gamblang dalam agenda fit & proper test beliau sebagai Calon Kapolri pada Rabu,
20 Januari 2021. Konsep Polri Presisi hadir menurut beliau melalui penekanan terhadap
situasi dan kondisi yang menjadi permasalahan serta potensi gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat.8
Konsep Polri Presisi hadir sebagai konsep yang segar dan memperbaharui konsep
Promoter yang dicetuskan oleh Jenderal Purnawirawan Tito Karnavian. Konsep Promoter
kemudian diteruskan oleh Jenderal Purnawirawan Idham Azis dengan tema “Penguatan
Polri yang Promoter Menuju Indonesia Maju”.9 Keterbaruan tidak dilakukan oleh Idham
8
Hinca IP Pandjaitan, Menguji Polri Presisi: Bukan Konsep Ilusi, Tapi Sebuah Revolusi, (Jakarta: RM Books, 2021),
hlm 146-147.
9
HInca IP Pandjaitan, 14 Bulan, Idham Azis Bisa Apa?, (Jakarta: RM Books, 2020), hlm 133.
9
Azis karena beliau hanya menjabar selama 14 bulan saja mendekati masa purna tugas
beliau. Banyak pihak menilai gagasan yang ditawarkan oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyelami permasalahan dalam tubuh Polri
melalui kacamata sebagai akademisi. Penulis tertarik untuk mendalami akar pikiran dari
konsep Polri Presisi guna menemukan solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam
tubuh Polri, Maka judul dalam Tugas Makalah Terstrukrut Mata Kuliah Etika
Penyelenggara Negara ini adalah Konsep Polri Presisi Sebagai Acuan Etika
Republik Indonesia.
B. POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka Tugas Makalah Terstruktur ini akan
Tubuh Polri?
Tubuh Polri?
10
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas makalah terstruktur
dalam mata kuliah Etika Penyelenggaraan Negara. Sedangkan tujuan dari penulisan
Serikat.
yang digunakan dalam penelitian ini maka penulis berfokus kepada beberapa teori dan
Dasar daripada Etika Penyelenggaraan Negara yang baik adalah nilai Etika itu
sendiri. Secara etimologi (bahasa) Etika bersumber dari bahasa Yunani kuno yakni ethos.
Ethos memiliki banyak makna antara lain: kebiasaan, adat, akhlak, kandang, watak,
perasaan, sikap, hingga cara berpikir. Arti tersebutlah yang kemudian menjadi latar
belakang terbentuknya istilah ‘etika’ yang sudah dipakai oleh Aristotele dalam mejelaskan
filsafat moral (384-322 SM). Oleh karena itu, etika dapat juga dimaknai sebagai sebuah
ilmu perigal adat kebiasaan.10 Istilah yang memiliki makna yang sama dengan etika
adalah ‘moral’, yang juga kita kenal bersama. Perbedaannya bahwa kata moral berasal
10
K. Bartens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2000), hlm. 5.
11
Bahasa Latin yakni dari kata Mos dan dalam bentuk jamak disebut Mores dengan arti
Menurut Franz Magnis-Suseno Etika terbagi ke dalam dua kategori, yakni Etika
Umum dan Etika Khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang
berlaku bagi segenap tindakan manusia, sedangkan etika khusus berbicara tentang
dan melalui suara hati terhadap yang ilahi. Etika sosial memiliki lingkup yang jauh lebih
luas dibandingkan dengan etika individual. Hal tersebut disebabkan karena hampir
Etika merupakan tentang moral dalam arti yang utama, yakni seluruh kaidah dan
nilai.14 Etika secara umum dapat dipahami sebagai sebuah pemikiran filosoif mengenai
segala seuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Setiap perilaku
manusia bersamaan denga norma serta prinsip-prinsip yang menjadi acuan itu sering
disebut dengan moralitas atau etika.15 Secara harfiah. Etika dapat diartikan sebagai
sebuah keilmuan yang mengacu kepada filsafat moral dan merupakan kajian kritis
11
Ibid.
12
Franz Magnis-Suseno, Etika Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2016), hlm 8.
13
Ibid.
14
Bruggink. Refleksi Tentang Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hlm 225.
15
M. Sastrapratedja, Etika dan Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 81.
12
Pada dasarnya Etika mendorong manusia untuk melakukan kebiasaan baik dalam
menjalani kehidupan sosial. Setidaknya terdapat empat unsur keutamaan yang pokok
dalam nilai kebaikan hidup manusia yang juga disebut sebagi (the four cardinal virtues)
yakni:16
- Keadilan (justice);
Ismail menjelaskan dari banyak pengertian dan definisi mengenai etika terdapat
beberapa pokok berbeda yang dapat ditarik kesimpulan dan dikelompokan menjadi
- Prinsip-Prinsip moral yang termasuk dalam ilmu tentang kebaikan dan sifat dari
hak (The Principles of morality, including the science of good and the nature of the
rights);
of human actions);
- Ilmu tentang watak manusia dalam tahapan ideal serta prinsip moral sebagai
individu (The science of human character in its ideal state, and moral principles
as of an individual);
16
Muhadam Labolo, Modul Etika Pemerintahan, (Jatinangor: IPDN, 2004) Hlm. 6-7
17
Ismail, Etika Pemerintahan: Norma, Konsep, dan Praktek Etika Pemerintahan, (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara
Books, 2017), hlm 2-3.
13
Berdasarkan seluruh pemahaman di atas maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa etika merupakan suatu nilai yang sangat dibutuhkan dalam pola kehidupan
berbangsa dan negara juga biasa disebut dengan Etika penyelenggaraan negara serta
satu hal yang wajib dipahami dan dijadikan pedoman oleh pemimpin pemerintahan.
Sepanjang sejarah manusia, sudah menjadi kodratnya untuk tidak terlepas dari etika.18
Etika pemerintahan adalah ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai
menelaah etika pemerintahaan akan selalu timbul pertanyaan: Apakah sebaiknya yang
saya lakukan sebagai aparat negara. Selain itu juga mencakup di dalamnya problematika
kesusilaan dan kesopanan dalam perilaku aparat lembaga negara.19 Etika pemerintahan
adalah etika terapan yang berfungsi dalam mengatur tata kelola pemerintahan. Etika
pemerintahan merupakan bagian dari yurisprudensi praktis atau filosofi hukum yang
seperti: penyuapan (bribery), korupsi politik (political corruption), korupsi polisi (police
corruption), etika legislatif (legislative ethics), etika peraturan (regulatory ethics), konflik
18
Muhadam Labolo, Op, Cit., hlm. 33.
19
Ibid. Hlm. 34.
20
Ismail, Op, Cit. hlm 12.
14
etika hukum.(legal ethics).21 Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara etika
pemerintahan menjadi sangat penting artinya. Karena hal tersebut senantiasa berkaitan
erat dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hak-hak dasar warga
dan negara dituangkan dalam Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa. Di dalam TAP MPR tersebut dijelaskan bahwa Etika Kehidupan
Berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang
bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila
sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa.22 Artinya, etika berbangsa tidak terlepas dari ajaran agama dan nilai-nilai
kehidupan berbangsa menjadi sangat vital guna mendorong terciptanya etos kerja,
kedisiplinan dan kepatuhan hukum yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi dan
kemajuan bangsa.
Adapun Pokok-Pokok Etika Kehidupan Berbangsa yang diatur dalam TAP MPR
Kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami dan saling menolong di
21
Ibid.
22
Hartati dan Firmansyah Putra, “Etika Politik dalam Politik Hukum di Indonesia (Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Etika), Jurnal Majelis MPR RI EDISI 6, Juni 2019, hlm 52.
23
Lihat Lampiran Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa
15
antara sesama manusia dan warga negara.
Dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan bisnis, baik oleh
kepada keadilan.
- Etika Keilmuan
- Etika Lingkungan
16
lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan
bertanggungjawab.
berbangsa dan bernegara. Beliau menyatakan penting bagi bangsa Indonesia untuk
membangun tata kehidupan masyarakat yang baik (good society), dan peradaban
bangsa yang unggul dan mulia (great civilization). Kedua kondisi tersebut perlu dimiliki
agar Indonesia agar benar-benar menjadi bangsa yang maju, bermartabat dan sejahtera
di abad XXI.24 Etika pemerintahan juga merupakan bagian dari agenda negara untuk
Reformasi secara tata Bahasa dapar diartikan sebagai sebuah perubahan yang
mengarah terhadap kebaikan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek untuk
birokrasi yang paling terkenal di kalangan akademisi adalah konsep yang ditawarkan oleh
Sosiolog asal Jerman yakni Maximilian Weber. Menurutnya birokrasi dipandang sebagai
keseluruhan organisasi penyelenggara negara dari tingkat tertinggi hinggat tingkat yang
24
Ahmad Basuki, Jalan Harus Terang: Sisi Religius SBY dalam Gaduhnya Politik, (Jakarta: Kompas, 2015), hlm. 376.
25
Samodra Wibawa, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm. 23.
17
Jadi secara harfiah kita dapat memaknai bahwa reformasi birokrasi bertujuan
berintegritas serta terbebas dari unsur-unsur korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga
dapat melayani publik secara netral dan sejahtera. Hasil akhir dari berjalannya reformasi
Konsep ini bahkan sudah dikenal sejak era pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh
Presiden pertama RI yakni Ir. Soekarno. Beliau pernah membentuk Panitia Retooling
Aparatur Negara yang ditugaskan untuk memaksimalkan fungsi birokrasi dalam sistem
pelayanan publik. Akan tetapi kebijakan tersebut belum berjalan dengan sempurna
karena ditemukan masih terdapat intervensi dari penguasa yang terlalu dominan
Begitu juga pada masa Orde Baru dengan berbagai kebijakan mulai dari
dan Pembersihan Aparatur Negara pada tahun 1974 (cikal bakal Kementerian
pemerintahan Orde Baru yang cenderung sentralistik dan otoritarian, maka reformasi
26
Muhtar, “Efek Implementasi Kebijakan Reformasi Birokrasi Terhadap Kepuasan Penerima Layanan pada PSPA
Satria, PSMP Antasena dan BBRSBD Prof Dr Soeharso, Jurnal PKS Vol 13 No. 4, Desember 2014, hlm 377.
27
Kristian Widya Wicaksono, Administrasu dan Birokrasi Pemerintah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hlm. 2-3.
18
birokrasi justru cenderung digunakan sebagai alat untuk memperkokoh visi sentralistik
tersebut.28
publik menjadi lebih banyak mendapat perhatian utamanya jika berkaitan dengan good
digerakan oleh kesadaran dan sikap responsif dari para masyarakat yang membutuhkan
pemerintahan yang baik dan dapat mengefektifkan biaya operasional pemerintah perlu
staf;
a. Participation;
b. Rule of law;
28
Muhammad Thahir Haning, Reformasi Birokrasi: Desain Organisasi yang Mendukung Pelayanan Publik di
Indonesia, (Yogyakarta: Ilmu Giri, 2015), hlm 154-155.
29
Gore dalam Sahya Anggara, Ilmu Administrasi Negara: Kajian Konsep, Teori dan Fakta dalam Upaya Menciptakan
Good Governance, (Bandung: Pustaka Setia, 2012, hlm 555.
30
Ibid. hlm. 556.
31
Muhammad Alfisyahrin, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2017), hlm. 17-18
19
c. Transparency;
d. Responsiveness;
e. Consensus Orientation;
f. Equity;
h. Accountability;
i. Strategic Vision.
masyarakat dalam hal nilai pelayanan, dan fakta bahwa swasta lebih baik dalam
memberikan pelayanan.32
publik, termasuk dalam hal manajemen pemerintahan. Dalam era modern ini, manajemen
kuat itu bukan lagi terletak pada besarnya organisasi pemerintah yang otoriter dan
demorkratis.33 Begitu juga dengan Polri, sebagai Lembaga penegak hukum sekarang
32
Ibid. hlm. 18.
33
Ibid. hlm 19.
20
dipandang bukan sekedar sebagai Lembaga penjaga ketertiban, melainkan juga sebagai
3. Kepolisian Masyarakat
Lembaga Kepolisian adalah salah satu Lembaga paling penting dalam setiap
negara. Tidak ada satupun negara yang tidak memiliki lembaga kepolisian. Fakta
tersebut menjadi sangat logis karena peranan utama dari lembaga tersebut adalah
penting. Secara umum kita dapat memahami bahwa polisi adalah suatu pranata umum
sipil yang mengatur tata tertib dan hukum. Namun kadangkala lembaga ini memiliki corak
militeristik, seperti yang pernah terjadi di Indonesia sebelum Polri dipisahkan dari ABRI.
Selain itu, dalam lingkup yudikatif polisi biasanya bertugas sebagai penyidik. Dengan
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat melihat bahwa fungsi utama dari polisi
adalah untuk menegakkan hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum. Oleh
karena itu, dapat juga diambil kesimpulan bahwa polisi juga melakukan pencegahan
tugas pokok tersebut diatur secara tegas dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Kata polisi juga dapat mengacu kepada tiga
34
Warsiti Adi Utoimo, Hukum Kepolisian di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), hlm. 3
35
Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, (Medan: USU Press, 2009), hlm 40.
21
objek yakni berkenaan dengan orang, institusi serta fungsi. Polisi yang diartikan sebagai
institusi biasa disebut dengan Lembaga Kepolisian. Sedangkan arti polisi sebagai fungsi
bersumber dari Bahasa inggris ‘to police’ yakni pekerjaan untuk mengamati, memantau,
mengawasi segala sesuatu untuk menangkap gejala yang terjadi. Berdasarkan dari
gejala tersebut polisi wajib merespon dan mengupayakan agar situasi menjadi normal
lembaga negara dalam menghadapi dan memberikan pelayanan juga harus turut
perkembangan dalam bidan ilmu dan teknologi.37 Tidak hanya dalam teknologi, polisi
lembaga kepolisian. Jika polisi memang berkehendak agar dapat menjadi polisi yang baik
bagi masyarakat. Menempatkan diri sebagai bagian dari birokrasi eksekutif semata tidak
akan cukup. Diperlukan pula untuk memahami peran birokrasi kepolisian yang sensitive
dan kreatif. Apabila polisi memang ingin mendapatkan legitimasi serta penghormatan
yang tinggi dari masyarakat, memang begitulah langkah yang wajib dilalui oleh lembaga
kepolisian.38
36
Erma Yulihasti, Bekerja Sebagai Polisi, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 3.
37
Satjipto Rahardjo dalam Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap Polri: Buku I, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1995), hlm.
387.
38
Satipto Rahardjo dan Anton Tabah, Polisi Pelaku dan Pemikir, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm 75.
22
Polri juga merupakan bagian dari sistem administrasi penegakan hukum,
selayaknya jaksa dan hakim. Akan tetapi Polisi memiliki keisitimewaan tersendiri dari
kedua lembaga penegak hukum di atas. Sekalipun merupakan bagian dari jajaran aparat
penegak hukum, akan tetapi polisi memliki corak pembeda yakni yang disebut oleh
Satjipto Rahardjo sebagai badan kemasyarakatan. Sifat yang demikian itu berhubungan
erat dengan sifat pekerjaan polisi yang wajib berada dan bergerak di tengah-tengah
masyarakat. Oleh karena itu menjadi sangat logis tatkala polisi berkewajiban untuk
memberikan kewenangan untuk melaksanakan kontrol sosial, akan tetapi tugas yang
diembang alah tugas yang cukup kompleks, Dalam situasi pertukaran antara kontrol
formal dan informal yang rumit. Polri wajib mengemban tugasnya bersama dengan
masyarakat. Dalam hubungan tersebut dapat dikatakan, bahwa polisi tidak boleh menjadi
antagonis bagi masyarakat. Melainkan Polri wajib menjadi protagonis yang dekat dengan
E. METODE PENELITIAN
adalah bagian dari melakukan penelitiam hukum. Penelitian hukum merupakan suatu
kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang
bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
39
Satjiptio Rahardjo dalam Mochtar Lubis, Citra Polisi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988), hlm 176.
40
Satipto Rahardjo dan Anton Tabah, Op, Cit. hlm. 15.
23
menganalisanya.41Sedangkan penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
karena itu, sesuai dengan sifatnya, data-data yang digunakan dalam penlitian ini lebih
didominasi oleh data-data sekunder yang memaparkan secara jelas dan menyeluruh
tentang etika penyelenggara negara dalam institusi Polisi . Dalam penelitian ini, beberapa
1. Metode Pendekatan
kepolisian.
2. Spesifikasi Penelitian
hukum dengan yang berlaku dan teori hukumnya.43 Artinya peraturan hukum
Indonesia
3. Tahap Penelitian
41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), hlm. 43.
42
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: UI Press,
2003), hlm. 23.
43
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 97.
24
Penulis membagi proses pengerjaan dalam melakukan penelitian ini menjadi
b. Tahap analisis data yakni proses pengolahan data yang dilakukan dengan
a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang bersifat mengikat44, terdiri
dari:
Bernegara
Indonesia
44
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op, Cit., hlm. 34.
25
4) Sejumlah Peraturan Internal Polri mulai dari Peraturan Kapolri, Surat
kamus.
5. Metode yang penulis gunakan adalah metode yuridis kualitatif yakni dengan
analisis akan disajikan dalam bentuk deskriptif untuk ditarik suatu kesimpulan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar skripsi ni terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab.
Agar mendapatkan arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pokok permasalahan, maksud dan
tujuan penelitian, kerangka teori dan konsep, metodelogi penelitian, dan sistematika
26
penulisan. Penjelasan dalam Bab I ini adalah untuk memberikan gambaran awal
Bab ini merupakan hasil analisa dari Pokok Permasalahan Pertama. Pada bab ini
diuraikan tentang sejumlah permasalahan yang menerpa tubuh Polri mulai dari etika
tugasnya.
REFORMASI BIROKRASI
Bab ini merupakan hasil analisa Pokok Permasalahan Kedua. Pada bab ini dijelaskan
tentang Konsep Polri Presisi, 16 Program Prioritas Kapolri Listyo Sigit Prabowo serta
Bab ini merupakan hasil analisa dari Pokok Permasalahan Ketiha. Pada bab ini
BAB V: PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari tulisan yang menjadi hasil dari penelitian yang
27
BAB II
28
A. PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri disebutkan ada sejumlah
tugas pokok kepolisian. Penulis menggarisbawahi dua tugas pokok tersebut ialah
pengayom dan pelayan masyarakat sering kali terdengar saat kita menyebutkan kata
‘polisi’. Deretan kata tersebut menempatkan polisi sesungguhnya pada derajat yang
mulia. Tugas yang melekat dan hanya bisa dilakukan oleh polisi, tidak oleh profesi lainnya
sebagaimana yang diungkap Sajtipto sebagai badan kemasyarakatan.45. Oleh karena itu
penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia patut menjadi perhatian Polri. Utamanya
Pada tahun 2020 Polri dan Pelanggaran HAM menjadi topik yang sepanjang tahun
dibicarakan. Setidaknya yang menjadi perhatian bagi penulis terjadi pada 2 momen yaitu
pada saat demonstrasi omnibus law serta tewasnya 6 laskar FPI. Untuk peristiwa yang
kedua, sudah banyak catatan minor bagi kepolisian dalam penanganan aksi demonstasi.
Dari Aliansi Jurnalis Independen misalnya melaporkan selama aksi demonstrasi omnibus
law setidaknya terjadi 28 kekerasan terhadap jurnalis pada saat meliput. Mayoritas
Kontras juga melaporkan bahwa selama periode aksi, lembaga tersebut menerima
setidaknya 1.500 aduan kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi.47 Sejalan dengan
45
Mochtar Lubis, Op, Cit, Hlm. 176.
46
Andita Rahma, “AJI; 28 Jurnalis Alami Kekerasan Oleh Polisi Saat Omnibus Law”, Tempo, diakses melalui
https://nasional.tempo.co/read/1394697/aji-28-jurnalis-alami-kekerasan-oleh-polisi-saat-liput-demo-omnibus-
law, pada 22 Oktober 2021.
47
Vitorio Mantalean, “Kontras Terima 1.500 Aduan Kekerasan Aparat Selama Demo Cipta Kerja”, Kompas, diakses
melalui https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/09/14024141/kontras-terima-1500-aduan-kekerasan-
aparat-selama-demo-tolak-uu-cipta?page=all pada 22 Oktober 2021.
29
fakta tersebut, Amnesty Internasional pada akhir tahun 2020 merilis laporannya yang
menyatakan bahwa ada 43 insiden kekerasan yang dilakukan oleh beberapa oknum
kekerasan yang terjadi pada saat demonstrasi omnibus law.48 Untuk jumlah korban
sendiri menurut catatan Amnesty mencapai 402 korban kekerasan polisi yang tersebar
Peristiwa kedua terjadi Pada Desember 2020, (menjelang masa pensiun Idham
Azis). 6 mantan anggota FPI dinyatakan tewas dalam penindakan yang dilakukan oleh
Polri saat melakukan pengintaian terhadap Habib Rizieq Shihab. Terlepas dari
pengakuan versi Polisi dan FPI yang saling bertolak belakang. Komnas HAM menilai
bahwa telah terjadi pelanggaran HAM oleh Polisi berkaitan dengan tewasnya 4 anggota
FPI. Komnas HAM menilai ada penghilangan nyawa di luar pengadilan dikarenakan
seharusnya polisi masih bisa melakukan tindakan lain sebelum jatuhnya lebih banyak
korban.49 Dan saat ini kedua oknum pelaku pembunuhan tersebut sudah didakwa dan
Pada tahun 2021 Komnas HAM juga telah mengeluarkan data bahwa Lembaga
Polri menjadi lembaga yang paling banyak dilaporkan terhadap pelanggaran HAM.
Komnas HAM mencatat setidaknya terdapat 1.122 laporan dan aduan pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian dalam kurun waktu 2016-2020. Umumnya
48
Irfan Kamil, “Amnesty: 43 Insiden Kekerasan oleh Polisi dalam Aksi UU Cipta Kerja”, Kompas diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/02/16021301/amnesty-ada-43-insiden-kekerasan-oleh-polisi-dalam-
aksi-penolakan-uu-
cipta?page=all#:~:text=JAKARTA,%20KOMPAS.com%20%E2%80%93%20Amnesty,Oktober%20hingga%2010%20No
vember%202020. pada 22 Oktober 2021.
49
Fathiyah Wardah, “Komnas HAM: Polisi Langgar HAM dalam Peristiwa Tewasnta 4 Laskar FPI”, Voa Indonesia,
diakses melalui https://www.voaindonesia.com/a/komnas-ham-polisi-langgar-ham-dalam-peristiwa-tewasnya-4-
anggota-laskar-fpi/5730914.html, pada 22 Oktober 2021.
30
aksus yang dilaporkan berkaitan dengan lambatnya penanganan kasus, kriminaliasi,
penganiyaan, hingga proses hukum yang dinilai tidak prosedural. Meskipun begitu Polri
juga dinilai sebagai lembaga yang paling responsif dalam menerima aduan dari Komnas
HAM.
sering dijumpainya kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian dalam
rangka melakukan penyidikan. Dalam sebuah laporan, Komisi Untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan dalam kurun waktu Juni 2019 hingga
Mei tahun 2020 telah terjadi setidaknya 48 kasus penyiksaan yang dilakukan oleh oknum
berstatus warga sipil maupun tersangka. Kontras kemudian melanjutkan bahwa 40 kasus
penyiksaan yang terjadi betujuan untuk mendapatkan pengakuan semata.50 Data di atas
menunjukan bahwa dalam proses penyelidikan dan proses penggalian informasi dalam
ditemukan data yang lebih rinci lagi. Penyiksaan dilaporkan mayoritas terjadi di ranah
Polres dengan total 29 kasus, disusul Polsek 11 kasus, serta pada tingkat Polda yang
mencapai 8 kasus. Adapaun instrumen penyiksaan yang paling sering digunakan adalah
dengan menggunakan tangan kosong yang mencapai 35 kasus, diikuti dengan benda
keras 12 kasus, senjata api 7 kasus serta dengan menggunakan listrik hingga 4 kasus.51
Praktik ini sudahlah sangat usang, sudah saatnya ditinggalkan. Terlebih sekarang
50 Kontras, Laporan Situasi dan Kondisi Praktik Penyiksaan di Indonesia Periode Juni 2019-Mei 2020, hlm 10.
51 Kontras, Tak Kenal Prioritas, Semua Diterabas: Laporan tahunan Hari Bhayangkara ke-74, hlm 6.
31
bagi masyarakat yang terlibat dalam suatu tindak pidana baik itu terhadap korban, saksi
bahkan kepada tersangka. Prakti penyiksaan oleh aparat adalah warisan gaya lama yang
seharusnya kita sudah kita pendam lama sejak reformasi 1998. Herbert L. Packer.
menyatakan dalam proses peradilan pidana terdapat dua model yang saling
berseberangan satu sama lain model tersebut adalah Crime Control Model (CCM) serta
Due Process Model.52 Kedua model ini memudahkan setiap orang untuk memahami
Berkaitan dengan pembahasan dalam Bab ini, model pertama yakni Crime Control
Model (CCM) perlu kita bedah bersama. Pakker menyatakan bahwa model CCM
administratif di dalam memproses pelaku tindak pidana. Setiap penegakan hukum harus
dilakukan dengan cepat dan harus segera selesai. Bahkan Packer menyebutkan bahwa
doktrin yang digunakan dalam model ini adalah presumption of guilt atau praduga
bersalah.53
perlawanan dari pihak lain yang dapat menghambat penyelesaian perkara. Penerapan
model CCM haruslah didukung dengan eksistensi kekuasaan yang melakukan kontrol
kuat terhadap setiap kejahatan dan pelaku kejahatan yang dilaksanakan oleh pejabat
kepanjangan tangan kekuasaan seperti polisi, jaksa serta hakim. Proses penegakkan
52 Herbert L Packer, The Limits of the Criminal Sanction, (California: Stanford-University Press, 1968), hlm 153.
53
Ibid.
54
Ibid.
32
Jika kita memahami secara utuh pendekatan Crime Control Model di atas tentu
sangat akrab dengan praktik penegakkan hukum yang dilaksanakan oleh negara yang
berada dalam naungan kolonial Belanda dan Jepang serta pada saat rezim orde baru
berkuasa selama 32 tahun. Dalam kedua fase tersebut sering ditemukan pendekatan
menyatakan bahwa Negara Hindia Belanda saat itu adalah negara yang penuh dengan
kekerasan. Sehingga fungsi polisi pada saat itu adalah sebagai perpanjangan tangan
pemerintah yang secara aktif menegakan rust en orde guna memajukan kepentingan
ekonomi dan kekuasaaan politiknya.55 Sehingga tak jarang masyarakat Indonesia yang
tidak bersalah pada saat itu ditangkap dan disiksa oleh aparat kepolisian dalam rangka
membungkam perlawanan.
Pendekatan kekerasan ini berlanjut pada saat Presiden Soeharto berkuasa dan
orang-orang yang tidak memiliki kaitan langsung dengan kejadian tersebut diadili secara
tidak manusiawi bahkan hingga menyebabkan kematian tanpa proses peradilan yang
tepat. Banyak aktivis dan tahanan politik rezim Orde Baru yang dibui hanya karena
mengkritik pemerintahan Soeharto dan tak jarang proses penegakkan hukum mereka
33
Poin penulis terhadap dua contoh di atas adalah bahwa praktik penyiksaan dalam
suatu penyelidikan dan penyidikan tindak pidana adalah warisan kelam dari masa
lampau. Masa dimana langit Indonesia masih dinaungi oleh payung otoritarianisme yang
begitu gelap. Masa dimana hak asasi manusia bukanlah menjadi hal utama, melainkan
kelanggengan kekuasaan.
Sampai saati ini masih juga ditemukan sejumlah kasus yang menemukan
keterlibatan oknum dari kepolisian. Terbaru pada Oktober 2021, ditemukan 11 Oknum
Polisi di Tanjung balai yang menjaul belasan kg Sabu hasil sitaan.56 Kasus ini menjadi
tamparan keras bagi Korps Bhayangkara, mengingat Polri adalah ujung tombak
Indonesia. Padahal sejatinya kinerja Polri dalam memberantas dan mencegah narkoba
sudah sangat baik. Sebelumnya Di sepanjang tahun 2020, Polri berhasil memproses
sebanyak 48.948 tersangka. Barang bukti yang berhasil disita adalah 50,1 ton ganja, 5,53
ton sabu, 737.384 butor XTC, 41.765 gram heroin, 330 gram kokain, 104,321 gram
tembakau gorila dan 64,5 gram. Wilayah laut dan darat sudah dijaga betul oleh Polri
56
David Olive Purba, ”11 Anggota Polisi Tanjungbalai Kompak Jual Sabu Hasil Tangkapan”, Kompas.com, diakses
melalui https://regional.kompas.com/read/2021/10/21/192534378/11-anggota-polisi-tanjungbalai-kompak-jual-
narkoba-hasil-tangkapan-berawal?page=all, pada 22 Oktober 2021.
57
HUMAS POLRI, “Prestasi Polri di Bidang Narkoba Selama Tahun 2020”, Polri.go.id diakses melalui
https://humas.polri.go.id/2020/12/22/prestasi-polri-di-bidang-narkoba-selama-tahun-2020-sita-553-ton-sabu-50-
ton-ganja/, pada 22 Oktober 2021.
34
Sayangnya catatan gemilang di atas harus dirusak dengan segelintir kasus yang
melibatkan anggota Polri dalam kasus narkoba. Pada tahun 2020 Polri telah memecat
129 anggotanya yang terbukti telah melakukan pelanggaran dan juga tindak pidana.
Mayoritas dari anggota yang dipecat tersebut memiliki indikasi terlibat dengan kasus
narkoba. Meskipun tidak dirinci angka pastinya sudah dapat dipastikan pada tahun 2020
masih ada oknum Polisi yang terjerembab dalam lubang hitam narkoba baik itu sekedar
Sebelumnya pada tahun 2019 Polri telah mengamankan sejumlah 37.337 orang
yang terlibat dalam kasus narkotika. Direktorat Tindak Pidana Narkotika menyatakan 515
diantara jumlah tersangka tersebut merupakan oknum Polisi yang tertangkap.59 Artinya
prevalensi keterlibatan oknum polisi dalam peredaran narkotika tahun 2019 mencapai
1,37% dari total jumlah tersangka. Angka ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2018 oknum polisi yang di proses pidana karena kejahatan narkotika hanya
mencapai 244 orang. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah polisi yang yang terlibat kasus
Bahkan dapat dikatakan bahwa setiap tahun kenaikan jumlah oknum polisi yang terjerat
kasus narkotika mencapai 2 kali lipat atau lebih dari tahun sebelumnya. Belum lagi fakta
yang ditemukan oleh Kapolri Jenderal (Purn) Tito Karnavian pada tahun 2018 bahwa
58
Hinca IP Pandjaitan, Menguji Polri Presisi… Op, Cit., hlm 27.
59
Bisnis, Tahun 2019, “Ada 515 Oknum Polri yang Terlibat Kasus Narkoba”, Bisnis.com, diakses melalui
https://kabar24.bisnis.com/read/20191230/16/1185534/tahun-2019-ada-515-oknum-polri-yang-terlibat-kasus-
narkoba pada 22 Oktober 2021.
60
Detik, “Kapolri: Jumlah Polisi yang Terjerat Narkoba Tahun ini Meningkat”. Detik.com, diakses melalui
https://news.detik.com/berita/d-4361056/kapolri-jumlah-polisi-yang-terjerat-narkoba-tahun-ini-meningkat, pada
pada 22 Oktober 2021.
35
anggota Polri yang kedapatan mengkonsumsi narkotika mencapai 297 orang meningkat
dari tahun sebelumnya yakni sejumlah 289 orang. Ada peningkatan sekitar 2,8%
Tabel 2.1
tangannya polisi berpangkat tinggi yang membawa narkotika jeni sabu. AKBP Hartono
kedapatan telah menyelundupkan sabu seberat 28,3 gram saat memasuki area Bandara
Soekarno Hatta. Hartono dicurigai oleh petugas Avsec karena dirinya menunjukan
gelagat tidak kooperatif setelah membawa pistol berisikan 12 butir peluru. Polri pun
61
Hinca IP Pandjaitan, BNN: Bubar Atau Sangar, (Jakarta: RM Books, 2020), hlm. 177.
36
Wakil Direktur Resesre Narkotika Polda Kalimantan Barat. Hartono juga langsung
ditetapkan sebagai tersangka dan diperiksa oleh Divisi Propam Mabes Polri. 62
penegak hukum yang bertugas khusus untuk kejahatan narkotika malah tenggelam
menjadi pemain ataupun pemakai barang haram tersebut. Kondisi ini tentunya
berlanjut sudah barang tentu masyarakat perlahan akan memiliki opini yang buruk
terhadap pemberantasan narkotika yang dilakukan oleh Polri. Saat opini publik sudah
buruk, saat itu pula Polri sebagai lembaga penegak hukum kehilangan kredibilitasnya
karena tingkat kepercayaan yang menurun. Oleh karena itu, kondisi seperti ini harus
segera dihentikan sebelum memberikan dampak yang sangat mengerikan dalam sistem
Oknum polisi yang terjerat dalam kasus narkotika Tidak hanya berkenaan dengan
peredaran dan penyalahgunaan semata. Adrianus Meilala pada tahun 2017 selaku
ada dugaan maladministrasi yang berujung pada pungutan liar terhadap para pecandu
dapat terletak di lembaga kepolisian dalam rangka jual-beli perkara. Artinya banyak
62
Muhammad Akbar Wijaya, Kasus-Kasus Polisi Terjerat Narkoba dan Kriti katas Hukuman Mereka, Tirto.id ,
diakses melalui https://tirto.id/kasus-kasus-polisi-terjerat-narkoba-dan-kritik-atas-hukuman-mereka-cQcC pada 22
Oktober 2021.
63
Tirto, Adrianus Meilala: Polisi Jangan Diberi Peluang untuk Bermain Narkoba” Tirto, diakses melalui
https://tirto.id/polisi-jangan-diberi-peluang-untuk-bermain-narkoba-cty2 pada 22 Oktober 2021.
37
hambatan yang harus dilewati oleh para korban penyalahguna atau pecandu untuk
mendapatkan rehabilitasi.
Penulis sepakat dengan pernyataan Adrianus Meilala bahwa Polisi sama sekali
jangan diberi peluang untuk bermain narkoba. Polisi adalah lembaga penegak hukum
yang seharusnya mewujudkan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Jika diberi
tersebut harus dihentikan dengan memperbaiki moralitas dan etika polisi sebagai
penegak hukum.
untuk mengikuti cita moral masyarakat yang dapat berubah seiring dengan
ingin melaksanakan penegakkan hukum yang benar tentu tidak terlepas bagian-bagian
dari moral. Oleh karena itu, dalam penanganan kejahatan narkotika aparat kepolisian
harus memegang teguh moral kebenaran sehingga sama sekali tidak tergoda untuk turut
Kemudian selain moral, Polri wajib menekankan kepada seluruh jajarannya untuk
memperdalam etika. Karena setiap polisi sudah pasati memiliki moral, akan tetapi belum
tentu setiap dari mereka memiliki pemikiran yang kritis terhadap moralnya sendiri.
Pemikiran kritis tentang moral tersebut lah yang disebut sebagai etika.65 Etika juga
menjadi elemen penting yang harus dimiliki oleh para Polisi dalam berhadapan dengan
64
E, Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum, (Bandung: Alumni, 1976), hlm 35.
65
Darji Darmodiharjo & Sidharta,Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila Dalam Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada) 1996, hlm 33.
38
para pecandu dan penyalahguna narkotika. Etika untuk memanusiakan manusia serta
berwawasan terhadap pendekatan kesehatan bagi para pecandu. Apabila etika tersebut
dimiliki oleh para aparat kepolisian yang berada di garis terdepan sudah barang tentu,
tidak akan ada lagi kasus pemungutan liar bagi korban penyalahguna narkotika.
Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 secara gamblang menjelaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum atau yang biasa dikenal dalam kaidah ketatanegaraan sebagai
rechstaat. Sehingga sudah jelas bahwa Indonesia bukanlah merupakan negara yang
menjadi ciri pokok dalam setiap negara hukum adalah dengan terlaksananya supremacy
Perlu diingat, implementasi dari prinsip negara hukum adalah proses penegakan
hukum itu sendiri. Mengadaptasi dari pemikiran Gustav Radbruch, penegakan hukum
haruslah memenuhi tiga nilai dasar hukum yaitu nilai keadilan, nilai kepastian dan juga
nilai kemanfaatan.67 Salah satu pihak yang paling bertanggung jawab dalam menjaga
keserasian 3 nilai dasar tersebut adalah aparat penegak hukum yang dalam hal ini
66
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya,
Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administasi
Negara, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hlm 75.
67
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 2012), hlm 19.
39
hukum. Tahun kemarin, hasil penelitian bertajuk Rule of Law Index 2020 telah berhasil
mereka susun. Indeks tersebut merupakan alat ukur kuantitatif untuk mengukur
bagaimana praktik rule of law negara-negara yang dikaji. Indonesia menjadi bagian dari
dengan total angka mencapai 0,53 dan menempati peringkat 59 dari 128 negara. 68
Padahal sebelumnya Indonesia menempati peringkat 62. Selain itu catatan minor yang
penulis cetak tebal pada buku sebelumnya juga mengalami perbaikan. Ada 3 parameter
yang menjadi perhatian penulis. Pertama adalah absence of corruption, Indonesia masih
mendapatkan peringkat yang buruk yakni 91 dari 128 negara dengan nilai hanya 0,39 69
Kedua adalah soal civil justice di mana Indonesia mendapatkan skor 0,46 dengan
peringkat 95 dunia70 (naik 7 peringkat dari tahun 2019). Sedangkan yang Ketiga, adalah
79 dari 128 negara peserta dengan skor 0,3971 (naik 7 peringkat dari tahun 2019).
Meskipun secara keseluruhan Indonesia mengalami kenaikan, akan tetapi ini masih ada
catatan merah yang harus diperbaiki oleh para penegak hukum di Indonesia, khususnya
Polisi.
68
World Justice Project, Rule of Law Index 2020, (Washington DC: World Justice Project, 2020), hlm 16.
69
Ibid. hlm 23.
70
Ibid. hlm 28.
71
Ibid. hlm 29.
40
Polisi. Mulai dari mendapat perlakuan yang tidak sesuai prosedur, pelayanannya yang
lama serta lain hal yang memperburuk citra polisi. Dalam sub-bab sebelumbya juga telah
diungkapkan bahwa ditemukan beberapa kasus yang menyertai kekerasan dalam proses
justru dapat merugikan penegakan hukum itu sendiri. Dalam kasus Marsinah oada
akhirnya terdakwa divonis bebas oleh Mahkamah Agung setelah menemukan adanya
Artinya terdapat problematika dalam manajemen perkara Polri yang perlu segera
diperbaiki. Meskipun begitu permasalahan sejatinya Polri memiliki catatan yang cukup
baik dalam hal manajemen perkara. 190.193 kasus kejahatan konvensional selama 2020
di meja petugas Polri di seluruh Indonesia. Dari sejumlah kasus tersebut Polri mampu
menyelesaikan perkaranya hingga tuntas mencapai 71% atau setara dengan 134.469
kasus.73 Jika dirincikan ke dalam berbagai jenis kasus dan kejahatan konvensional
a. Kasus Pengeroyokan
b. Kasus Curanmor
72
Satjipto Rahardjo dalam Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap Polri: Buku II, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1995),
hlm. 73.
73
Anita Permata Dewi, “2020 Polri Selesaikan 71 Persen Total Kasus Kejahatan Konvensional”, Antaranews.
diakses melalui https://www.antaranews.com/berita/1908524/2020-polri-selesaikan-71-persen-total-kasus-
kejahatan-konvensional, pada 22 Oktober 2021.
74
Ibid.
41
c. Kasus Penggelapan
f. Kasus Penipuan
Lebih Polri juga telah mampu menyelesaikan kasus kejahatan yang beimplikasi
menuntaskan sebanyak 82 % dari total 43.658. Sedangkan untuk kasus TPPO polri
berhasil menyelesaikan 85 % dari total 148 kasus. Untuk kasus street crime, Polri berhasil
dapat dikatakan cukup baik. Meskipun begitu, Polri tetap memerlukan pembenahan
75
Ibid.
42
maksimal dalam rangka mengembalikan kepercayaan publik terhadap Polri. Tidak boleh
ada lagi kalimat dari masyarakat yang mengungkapkan kemalasan untuk melapor polisi.
BAB III
REFORMASI BIROKRASI
43
Semua lembaga negara tak terkecuali Polri diamanatkan untuk terus melakukan
agar menjadi lebih baik. Baik dalam artian menghadirkan pelayanan publik yang
professional, bersih, efisien, efektif dan produktif.76 Dasar hukum pelaksanaan Reformasi
Birokrasi bersumber dari Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Negara dan Reformasi Birokrasi No. 11 tahun 2015 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2015-2019. Artinya, reformasi birokrasi bukan hanya sekedar konsep melainkan
sudah menjadi hukum positif yang perlu dipatuhi oleh seluruh aparat negara termasuk
Polri.
Transisi kepimpipinan Polri dari Idham Azis kepada Listyo Sigit Prabowo juga
sudah disusun secara bertahap dan berkesinambungan. Mulai dari Kapolri Badrodin
profesionalisme Polri. Kapolri Tito Karnavian dengan Program Promoter yang berfokus
media. Hingga yang terakhir Jenderal Idham Azis yang mengusung Penguatan Promoter
76
Kemeterian ESDM, Buku Saku Reformasi Birokrasi, (Jakarta: Dirjen Ketenalistrikan Kementerian ESDM, 2019),
hlm. 1.
77
Hinca IP Pandjaitan, Menuju Polri Presisi.., Op, Cit., hlm 147.
44
Dan terakhir tentu Polri Presisi yang gaungkan oleh Listyo Sigit Prabowo yang
berjanji akan menghadirkan transformasi menuju Polri yang prediktif, responsibilitas dan
keberhasilan. Tidak ada pemimpin yang dapat memimpin dengan baik jika tanpa peran
dan hasil kerja dari pemimpin yang sebelumnya. melalui penekanan kepada upaya
pendekatan pemolisian yang prediktif. Gagasan tersebut terinspirasi dari sejumlah ahli
kepolisian di luar negeri yang menuliskan tentang Polisi Prediktif seperti Mohammad A.
Tayebi dan Uwe Glasser (2016), Dawn L. Rothe dan David Kauzlarich; serta Erik Bakke
kemampuan untuk memprediksi situasi dan kondisi yang menjadi permasalahan serta
pelaku tindak pidana menjalani hidupnya dengan berpola. Sebagai makhluk sosial setiap
manusia memiliki pola perilaku dan dengan demikian berkorelasi bahwa setiap tindak
pidana memiliki pola tertentu yang dapat berulang dan dengan demikian dapat diprediksi.
Pada strategi ini, terdapat tiga pilihan tindakan yang dapat diambil, meliputi:79
1. Generic:
Meningkatkan sumber daya, dalam hal ini keberadaan anggota kepolisian pada
78
Ibid.
79
Listyo Sigit Prabowo, Transformasi Menuju Polri Yang Presisi, disampaikan dalam aganeda fit & proper test Calon
kapolri pada Rabu, 20 Januari 2021, hlm. 19.
45
Intervensi dilakukan terkait dengan tindak pidana tertentu yang terjadi dan hanya
3. Pendekatan Masalah:
Program Prioritas 51 Giat serta 177 Aksi. 80 Adapun 4 Kebijakan Transformasi yang
1. Trasnformasi Organisasi
Perubahan Sistem dan Metode Organisasi, Menjadikan SDM Polri yang unggul
2. Transformasi Operasional
konflik sosial.
80
Hinca IP Pandjaitan, Menguji Polri Presisi…, OP, Cit, hlm 354.
46
Diuraikan ke dalam 3 (tiga) program yaitu: Peningkatan kualitas pelayanan
4. Transformasi Pengawasan
Unsur-unsur yang Menyusun Polri Presisi merupakan unsur yang saling berkaitan.
apabila secara terpadu telah dilaksanakan 51 kegiatan yang terdiri total mencapai 177
aksi. Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengelompokan dalam 3 tahapan agar keseluruhan
agenda dalam Polri Presisi dapat berjalan maksimal. Tahap I 100 hari pertama dimana
sudah dilalui pada 8 Mei 2021 lalu. Tahap II itu pada masa 2021-2022 sedangkan Tahap
III 2023-2024. Pemantapan konsep Polri Presisi ini merupakan bagian dari Rencana
3. Tahap III (periode 2016-2020) menuju organisasi yang unggul (Strive for
excellence).
81
Listyo Sigit Prabowo, Op, Cit, hlm. 4.
47
Implementasi polri Presisi di Indonesia dapat dikembangkan dengan
melalui pelaksanaan fungsi-fungsi terdepan kepolisian dalam sistem deteksi. Jika itu
terwujud, akan membuahkan agregat data hasil deteksi yang dapat dikelola melalui
(IOT) dan Analysis Big Data termasuk sistem pendukung lainnya dalam taksonomi bloom
menampilkan wajah polisi yang melayani dan dekat dengan masyarakat dalam
Konsep Polri Presisi hadir tidak bisa dilepaskan dari gagasan besar Kapolri Listyo
Sigit Prabowo sebagai jenderal tertinggi dalam institusi Polri. Gagasan segar yang
dibawanya membawa angin segar bagi reformasi dalam tubuh Polri. Sebagai pemimpin
beliau bertanggung jawab penuh terhadap implementasi konsep yang beliau bawa.
82
Ibid.
83
Asep Kurniawan, Pemimpin dan Kepemimpinan Efektif, disampaikan dalam Seminar Bisnis dan Teknologi
Darmajaya pada 15-16 Desember 2014. Hlm. 1.
48
Suatu organisasi akan berjalan jaug lebih baik tatkala mendapatkan arahan serta
dukungan dari seorang pemimpin. Pemimpin memiliki peran untuk merumuskan visi, misi
juga apa yang menjadi tujuan organisasi. Pemimpin juga berperan aktif dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi. Perumusan konsep Polri Presisi yang begitu
mendetail menjadi pertanda bahwa Kapolri Listyo Sigit Prabowo memiliki visi yang jelas
untuk memajukan institusi Polri. Fakta bahwa, beliau menjadi Kapolri dan diajukan
Presiden Jokowi adalah wujud dari pengakuan kemampuan beliau dalam melaksanakan
Presisi. Pasal 9 Undang-Undang Polri menjabarkan tugas dari Kapolri adalah sebagai
berikut:
kepolisian.
Indonesia.
Oleh karena itu, dalam jangka waktu 30 hari kerja Listyo Sigit Prabowo sebagai
keseluruhan 177 aksi yang menjadi pilar-pilar berjalannya konsep Polri Presisi.
49
Pengawasan dilakukan terhadap seluruh jajaran baik dari tingkat Pusat, Polda, Polres
hingga Polsek. Sejumlah petinggi Polri diberikan amanat dan tanggung jawab tambahan
untuk mengawasi seluruh agenda dalam Polri Presisi. Posko Polri Presisi dipimpin oleh
Brigjen Pol Slamet Uliandi selaku Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. Posko
Polri Presisi dilengkapi oleh satu Command Centre yang mampu terhubung dengan
Dalam Command Centre tersebut akan terlihat kinerja dari seluruh jajaran Polri.
Mulai dari dari tingkat Polsek hingga pusat akan mendapatkan evaluasi berkala yang
diawasi langsung oleh Brigjen Slamet Uliandi dan dilaporkan langsung kepada Kapolri.85
Kehadiran Posko Polri Presisi ini menjadi bukti kuat dari keseriusan Kapolri Listyo Sigit
Selain membentuk Posko Polri Presisi, Kapolri Listyo Sigit Prabiwi juga
mengeluarkan produk hukum internal dalam rangka mendukung upaya untuk pencapaian
Polri Presisi. Berikut beberapa Peraturan dan juga surat edaran yang dikeluarkan oleh
kekerasan untuk dihukum dan diawasi proses hukumnya secara terbuka oleh
masyarakat.
84
Hinca IP Pandjaitan, Menguji Polri Presisi..Op., Cit. hlm 351-352.
85
Ibid. hlm. 357.
50
BAB IV
Amerika Serikat menganut fragmented system of policing atau sistem polisi yang datang
dengan terpisah dan berdiri sendiri. Hal ini disebabkan karena sistem desentralisasi dari
pada sistem ini diawasi oleh pemerintahan Negara bagian, karena departemen kepolisian
Sistem ini lahir untuk mencegah terjadinya terpusatnya wewenang kepolisan oleh
pemerintah pusat. Karena ada kekhawatiran itu lah sistem ini lahir dan dibentuk atas
dasar ciri – ciri dari kesesuaian dari negara bagian masing – masing. Sistem Kepolisian
Amerika Serikat, disusun dalam tiga tingkat, yaitu Federal atau pemerintah pusat,
Negara Bagian, dan juga lokal. Konstitusi Amerika Serikat tidak mengatur bentuk
adalah pemerintah lokal dalam hal ini negara bagian. Akan tetapi dalam menghadapi
segala urusan khusus seperti kejahatan khusus, sabotase, mata-mata dll dibebankan
kepada lembaga Kepolisian Federal seperti FBI, DEA, US.Marshal, dan US.Atorney
beberapa Departement.87
86
Brewer D. Jhon., The Police Public Order And The State, (London: Macmillan press LTD, 1996), hlm. 110.
87
Noor M Aziz, Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum tentang Format Kepolisian ri Di Masa Depan, (Jakarta: BPHN,
2011), hlm 23.
51
Adapun ciri-ciri dari sistem kepolisian di Amerika Serikat adalah sebagai berikut:88
1. Kewenangan terbatas
Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh lembaga kepolisian tersebut hanya
2. Pengawasan Lokal
Suatu Lembaga Kepolisian tidak dapat menindak kejahatan yang terjadi diluar
negara bagian lain. Karena bisa jadi antar negara bagian memiliki hukum yang
AMERIKA SERIKAT
Di Amerika Serikat, bahkan sudah setingkat lebih maju mengenai persoalan ini.
Kepolisian di negara bagian. Dalam New Profesionalism ini tersusun empat prinsip yang
innovation, and coherence. Keempat prinsip tersebut menjadi pembeda utama kegiatan
88
Ibid
52
kepolisian di Amerika Serikat 20 tahun ke belakang dibandingkan dengan kondisi 50 atau
konseptual yang dapat membantu semua Polisi. Baik itu Pimpinan, polisi di garis depan,
hingga kepada Polisi pelaksana, hingga masyarakat itu sendiri agar dapat memahami
komunitas. Aspirasi dari masyarakat mengenai kebutuhan mereka akan kepolisian begitu
dihargai. Menurut Christopher Stone91 Kepolisian yang profesional dapat menjadi simbol
dukungan publik dan selalu belajar menemukan inovasi dan melampaui parochialism.92
New Profesionalism ini disusun bukan dengan pendekatan taktik maupun strategi,
melainkan dengan pendekatan konsep dan karakter kepolisian. Ide besar ini dilahirkan
untuk mengatur pola pikir di balik pemilihan dan implementasi kebijakan tersebut. Pola
pikir yang dibentuk adalah polisi sebagai birokrasi yang rasional, efisien, terorganisir
secara ilmiah, canggih secara teknologi saat beroperasi hingga terlapas dari konflik
sosial. Penegakan hukum harus bersifat obyektif dan agresif. Agresif dalam artian harus
cepat dan tanggap bukan mengarah kepada represif. Harus dibangun pola pemikiran
bahwa Kepolisian itu adalah suatu sistem bukan perilaku setiap individu di dalamnya.93
89
Christopher Stone and Jeremy Travis, “Toward a New Profesionalism in Policing”, New Perspectives in Policing:
Harvard Kennedy School & National Institute of Justice, March 2011, hlm 1.
90
Ibid, hlm 2.
91
Ibid, hlm 20-21.
92
Parochialism adalah pandangan yang sangat sempit, hanya mengutamakan kedekatan semata dan tidak
memperdulikan pandangan dari masyarakat.
93
David Alan Sklansky, “The Persistent Pull of Police Profesionalism” New Perspectives in Policing: Harvard Kennedy
School & National Institute of Justice, March 2011, hlm 2.
53
Meskipun secara pelaksanaan di Amerika Serikat masih belum maksimal. Terbukti
dengan gegernya kasus kematian George Floyd yan tewas akibat terlalu represifnya
penangkapan polisi tahun lalu. Kematian tersebut bahkan memicu gelombang protes
yang menggema di seluruh dunia bertajukan Black Lives Matter.94 Pekerjaan rumah yang
besar memang bagi kepolisian di seluruh dunia, konsep dan sistem yang dibangun
modern sedemikian rupa tidak akan berguna tatkala ada beberapa individu yang tidak
mengindahkan peraturan yang sudah dibuat. Begitu pula dengan Polri dengan Presisi
yang dibawa sebagai gagasan dari Listyo Sigit Prabowo untuk membawa Polri lebih
profesional lagi.
94
Evan Hill, “How George Floyd Was Killed in Police Custody”, New York Time, diakses melalui
https://www.nytimes.com/2020/05/31/us/george-floyd-investigation.html, pada 22 Oktober 2021.
54
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
profesionalisme Polri sebagai lembaga penegak hukum. Mulai dari masih ditemukannya
rangka proses penegakan hukum seperti saat sedang melakukan penyidikan. Oknum
Polri yang terlibat narkoba juga masih banyak ditemukan bahkan sempat memiliki
kecenderungan yang meningkat pada tahun 2018 hingga 2019. Sementara itu Polri
masih disorot publik terkait profesionalitas penanganan perkara, walaupun catatan yang
Peran Kapolri Listyo Sigit Prabowo dalam memperbaiki etika penyelnggara negara
dalam tubuh Polri sangatlah besar. Sebagai pemimpin institusi Polri, Listyo bertanggung
jawab dalam mengimplementasikan Konsep Polri Presisi. Konsep Polri Presisi sendiri
terdiri dari 4 kebijakan transformasi, 16 Program Prioritas 51 kegiatan serta 177 aksi yang
saling berkesinambungan.
Indonesia. Akan tetapi nilai-nilai new prefesionalim patut ditiru sebagai pemantik dalam
menyukseskan program Polri Presisi. Kita tentu mendambakan apabila Polri melakukan
penegakan hukum yang bersifat obyektif dan agresif. Agresif dalam artian harus cepat
55
B. SARAN
atau melenceng dari Polri Presisi. Harus dilaksanakan evaluasi berkala dan diumumkan
kepada publik sebagai wujud akuntabilitas Polri. Setiap pelanggaran harus dapat tindak
tegas, apalagi jika ada unsur pidana. Juga sebaliknya, Kapolri perlu memberikan reward
bagi jajaran yang berprestasi dan sukses dalam menerapkan Program Polri Presisi baik
itu dengan Naik jabatan maupun diberikan beasiswa untuk meraih prestasi akademik.
56
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anggara, Sahya., Ilmu Administrasi Negara: Kajian Konsep, Teori dan Fakta dalam
Arief, Barda Nawawi., Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra
Aziz, Noor M. Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum tentang Format Kepolisian ri Di Masa
Basuki, Ahmad. Jalan Harus Terang: Sisi Religius SBY dalam Gaduhnya Politik, (Jakarta:
Kompas, 2015).
Darmodiharjo, Darji & Sidharta, Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila Dalam Sistem Hukum
Philipus M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi Tentang Prinsip-
57
Ismail, Etika Pemerintahan: Norma, Konsep, dan Praktek Etika Pemerintahan,
Jhon., Brewer D. The Police Public Order And The State, (London: Macmillan press LTD,
1996)
Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap Polri: Buku I, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1995).
Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap Polri: Buku II, (Jakarta: Cipta Manunggal, 1995).
Mulyadi, Mahmud., Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, (Medan: USU Press,
2009).
Packer, Herbert L., The Limits of the Criminal Sanction, (California: Stanford-University
Press, 1968).
Pandjaitan, HInca IP., 14 Bulan, Idham Azis Bisa Apa?, (Jakarta: RM Books, 2020).
Pandjaitan, Hinca IP., Menguji Polri Presisi: Bukan Konsep Ilusi, Tapi Sebuah Revolusi,
Pandjaitan, Hinca IP., BNN: Bubar Atau Sangar, (Jakarta: RM Books, 2020).
Publishing, 2009).
Rahardjo, Satipto dan Tabah, Anton., Polisi Pelaku dan Pemikir, (Jakarta: Gramedia,
1993).
58
Sastrapratedja, M., Etika dan Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2002).
1984).
Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri., Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Soemitro, Ronny Hanitijo., Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990).
Sumaryono, E., Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum, (Bandung:
Alumni, 1976)
Utomo, Warsiti Adi., Hukum Kepolisian di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005).
Ilmu, 2006).
World Justice Project, Rule of Law Index 2020, (Washington DC: World Justice Project,
2020).
JURNAL
Hartati dan Putra, Firmansyah., “Etika Politik dalam Politik Hukum di Indonesia (Pancasila
Sebagai Suatu Sistem Etika), Jurnal Majelis MPR RI EDISI 6, Juni 2019, hlm 52.
59
Muhtar, “Efek Implementasi Kebijakan Reformasi Birokrasi Terhadap Kepuasan
Penerima Layanan pada PSPA Satria, PSMP Antasena dan BBRSBD Prof Dr
Sklansky, David Alan “The Persistent Pull of Police Profesionalism” New Perspectives in
Policing: Harvard Kennedy School & National Institute of Justice, March 2011, hlm
2.
Stone, Christopher. and Travis, Jeremy., “Toward a New Profesionalism in Policing”, New
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
INTERNET
Andita Rahma, “AJI; 28 Jurnalis Alami Kekerasan Oleh Polisi Saat Omnibus Law”,
2021.
60
Anita Permata Dewi, “2020 Polri Selesaikan 71 Persen Total Kasus Kejahatan
https://www.antaranews.com/berita/1908524/2020-polri-selesaikan-71-persen-
https://historia.id/politik/articles/polisi-zaman-kumpeni-v2jZv/page/1 pada 22
Oktober 2021.
Bisnis, Tahun 2019, “Ada 515 Oknum Polri yang Terlibat Kasus Narkoba”, Bisnis.com,
David Olive Purba, ”11 Anggota Polisi Tanjungbalai Kompak Jual Sabu Hasil
https://regional.kompas.com/read/2021/10/21/192534378/11-anggota-polisi-
tanjungbalai-kompak-jual-narkoba-hasil-tangkapan-berawal?page=all, pada 22
Oktober 2021.
Detik, “Kapolri: Jumlah Polisi yang Terjerat Narkoba Tahun ini Meningkat”. Detik.com,
Evan Hill, “How George Floyd Was Killed in Police Custody”, New York Time, diakses
melalui https://www.nytimes.com/2020/05/31/us/george-floyd-investigation.html,
61
Irfan Kamil, “Amnesty: 43 Insiden Kekerasan oleh Polisi dalam Aksi UU Cipta Kerja”,
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/02/16021301/amnesty-ada-43-
insiden-kekerasan-oleh-polisi-dalam-aksi-penolakan-uu-
cipta?page=all#:~:text=JAKARTA,%20KOMPAS.com%20%E2%80%93%20Amn
Fathiyah Wardah, “Komnas HAM: Polisi Langgar HAM dalam Peristiwa Tewasnta 4
https://www.voaindonesia.com/a/komnas-ham-polisi-langgar-ham-dalam-
Fey/Pris, “Komnas HAM: Polisi Paling Banyak Diadukan Langgar HAM”, CNN Indonesia,
627049/komnas-ham-polisi-paling-banyak-diadukan-langgar-ham, pada 2
Oktober 2021.
HUMAS POLRI, “Prestasi Polri di Bidang Narkoba Selama Tahun 2020”, Polri.go.id
2021.
Muhammad Akbar Wijaya, Kasus-Kasus Polisi Terjerat Narkoba dan Kriti katas Hukuman
62
https://kompolnas.go.id/index.php/blog/syukuti-capaian-hasil-kinerja-kapolri-
Vitorio Mantalean, “Kontras Terima 1.500 Aduan Kekerasan Aparat Selama Demo Cipta
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/09/14024141/kontras-terima-
1500-aduan-kekerasan-aparat-selama-demo-tolak-uu-cipta?page=all pada 22
Oktober 2021.
LAIN-LAIN
Kontras, Laporan Situasi dan Kondisi Praktik Penyiksaan di Indonesia Periode Juni 2019-
Kontras, Tak Kenal Prioritas, Semua Diterabas: Laporan tahunan Hari Bhayangkara ke-
74, hlm 6.
Listyo Sigit Prabowo, Transformasi Menuju Polri Yang Presisi, disampaikan dalam
aganeda fit & proper test Calon kapolri pada Rabu, 20 Januari 2021, hlm. 19.
63