Anda di halaman 1dari 15

UJIAN AKHIR SEMESTER

ILMU POLITIK

“PENGARUH POLITIK DALAM PEMBENTUKAN HUKUM DI INDONESIA”

DISUSUN

NAMA: ISRA BUMULO

NIM: 221421041

Kelas: C IHK/PPKN

PRODI PPKN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TP. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho allah SWT, karena
tanpa rahmat dan ridhonya, penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai tepat waktu, dengan judul yaitu “PENGARUH POLITIK DALAM PEMBENTUKAN
HUKUM DI INDONESIA ”.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Ilmu Politik
yaitu bapak SALEH ALHAMID yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan. Petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam hal Ilmu Politik.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekuranagan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yang dimiliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah
ini.

Dalam penulis makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan
bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamin.

Gorontalo, Mey, 2022

Isra Bumulo

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR…....……………………………………………….………………….I

DAFTAR ISI………………………………………...…..……………………………………II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ….……………………………………………………..…….………........1

1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………………..…....…..1

1.3Tujuan ....................................…………………………………………......……………….2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan perspektif global dan globalisasi.…………………………………..….....……3

2.2 Perkembangan pendidikan dan kearifan lokal di era globalisasi saat ini.………..……….4

2.3 Perkembangan pendidikan dan kearifan lokal di era perspektif global pada saat ini….…. 6

2.4 Apa kaitannya Pendidikan dan kearifan lokal pada era perspektif global.………...……...8

2.5 Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan menurunnya kualitas Pendidikan dan
kearifan lokal di era perspektif global khususnya di Indonesia……………………………….9

2.6 Peran kita selaku mahasiswa dalam menghadapi perkembangan Pendidikan dan kearifan
lokal diera globalisasi pada saat ini…………………………………………………………..12

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan……………………………………………………………...............................15

B.Saran.....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….....................17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum dan politik adalah berbicara bagaimana hukum bekerja dalam sebuah situasi politik
tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai yang
berkembang dan nilai-nilai yang dimaksud adalah keadilan. Dengan demikian idealnya
hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya kepentingan untuk mewujudkan nilai-nilai
keadilan tersebut. Dengan ciri-ciri mengandung perintah dan larangan, menuntut kepatuhan
dan adanya sangsi, maka hukum yang berjalan akan menciptakan ketertiban dan keadilan di
masyarakat. Hukum sebagai salah satu kaidah yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa
negara adalah sebuah produk dari kegiatan politik, yang dapat terbaca dari konteks dan
kepentingan yang melahirkan hukum itu dan bagaimana hukum tersebut dijalankan.

Kajian politik hukum adalah salah satu kajian yang paling sering banyak dibicarakan oleh
sarjana hukum, khususnya bagi sarjana hukum yang ingin mengetahui secara kritis dan
komprehensif sebuah tujuan tertentu dari peraturan perundang-undangan melalui
pendekatan interdisipliner. Menyepakati penggunaan istilah politik hukum berarti
menyepakati bahwa hukum tidak bisa dilepaskan dari aspek politik, bahkan aspek
ideologi, sosial, ekonomi dan sebagainya. Hukum dipahami sebagai produk dari
kekuasaan politik dan karenanya hampir setiap produk hukum yang dihasilkan oleh suatu
kekuasaan politik tertentu, fungsi instrumental hukum sebagai sarana kekuasaan lebih
dominan jika dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya (Mahfud, 1995). Dengan kata
lain, hukum muncul bukan karena hukum itu sendiri melainkan karena kekuasaan politik
memiliki suatu tujuan atau kepentingan yang dinyatakan baik secara terselubung atau
terbuka yang hanya bisas terjamin oleh hukum.

Berbeda dengan kaidah agama yang didasarkan pada ketaatan individu pada Tuhan atau
kaidah kesusilaan dan kesopanan yang didasarkan pada suara hati atau dasar-dasar kepatutan
dan kebiasaan, kaidah hukum dibuat untuk memberikan sangsi secara langsung yang
didasarkan pada tindakan nyata atas apa yang disepakati/ditetapkan sebagai bentuk-bentuk
pelanggaran berdasarkan keputusan politik. Keadilan akan dapat terwujud apabila aktifitas
politik yang melahirkan produk-produk hukum memang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu
sendiri. Terlepas bahwa dalam proses kerjanya lembaga-lembaga hukum harus bekerja secara
independen untuk dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum, dasar dari
pembentukan hukum itu sendiri yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik juga harus
mengandung prinsip-prinsip membangun supremasi hukum yang berkeadilan. Dalam konteks
Indonesia, cita dan fakta yang berkaitan dengan penegakan keadilan masih belum dapat
bertemu. Harapan akan adanya instrumen dan pengadilan yang fair dan berkadilan sangat
bertentangan dengan maraknya mafia-mafia peradilan dan praktek-praktek hukum yang
menyimpang. Pada tingkatan tertentu Indonesia bahkan dapat dikatakan berada pada situasi

4
lawlessness, misalnya, sekelompok orang bersenjata dapat bergerak bebas dan melakukan
tindak kekerasan tanpa mendapat tindakan apa pun dari aparat kepolisian, massa dapat
mengadili pencuri kelas teri dan membakarnya, sementara pengadilan membebaskan koruptor
kelas kakap. Dunia hukum Indonesia berada dalam kuasa “demoralisasi, disorientasi,
dehumanisasi dan dekadensi”. Hukum adalah perintah dari penguasa, dalam arti perintah dari
mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Demikian John
Austin, seperti dikutip oleh Prof Lili Rasyidi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah politik juga dapat mempengaruhi dalam pembentukan hukum diindonesiia?
2) Bagaimana peranan politik hukum dalam pembentukan peraturan perundang-undangan?
3) Bagaimana relasi hukum dan politik dalam sistem hukum indonesia?
4) Bagaimana Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19 baru-baru ini,
ditinjau dari Perspektif Hak Asasi atas Kesehatan?
5) Apa pengaruh politik dalam penegakan hukum?
6) Bagaimana proses pembentukan hukum diindonesia?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Apakah politik juga dapat mempengaruhi dalam pembentukan hukum
diindonesiia
2) Untuk mengetahui peranan politik hukum dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan
3) Untuk mengetahui bagaimana relasi hukum dan politik dalam sistem hukum indonesia
4) Untuk menegtahui politik hukum pemerintahan dalam penanganan pandemi covid-19 baru-
baru ini ditinjau dari perspektif hak asasi atas kesehatan.
5) Untuk mengetahui pengaruh politik dalam penegakan hukum
6) Untuk mengetahui proses pembentukan hukum diindonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Politik juga dapat mempengaruhi dalam pembentukan hukum diindonesiia

Persoalan hubungan antara hukum dan politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
selalu menarik untuk diperbincangkan karena kedua hal tersebut merupakan dua variabel
yang selalu mempengaruhi. Seperti dikatakan Moh. Mahfud MD  bahwa jika ada pertanyaan
tentang hubungan kausalitas antara hukum dan politik atau pertanyaan tentang apakah hukum
yang  mempengaruhi politik ataukah politik yang mempengaruhi hukum, maka paling tidak
ada tiga macam jawaban dapat menjelaskannya.

Pengaruh politik dalam pembentukan hukum tampak jelas dalam pembentukan peraturan


perundang-undangan. Tiap tahapan pembentukan peraturan perundang- undangan
tidak dapat terelakkan dari pengaruh politik, yang akhirnya berdampak pada substansi
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah.

Hukum harus dapat merekayasa perkembangan politik yang hidup dalam masyarakat dan


negara. Sedangkan mereka ahli hukum yang memandang hukum dari sudut das sein
(pendekatan empirik/kenyataan), maka produk hukum selalu dipengaruhi oleh politik mulai
dari pembuatannya sampai pada tataran pelaksanaannya dilapangan.

Politik hukum mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan peraturan


perundang-undangan dan hukum nasional Indonesia, mengingat Politk hukum dijadikan
sebagai pedoman dasar dalam proses penentuan nilai-nilai, penetapan, pembentukan
dan pengembangan hukum nasional di Indonesia.

 Pertama, hukum determinan atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik
diatur oleh dan harus tunduk pada aturan-aturan hukum.
 Kedua, politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan hasil atau
kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan (bahkan)
saling bersaingan. 
 Ketiga, politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada pada posisi yang
derajat determinasinya seimbang antara yang satu dengan yang lain, karena meskipun
hukum merupakan produk keputusan politik tetapi begitu hukum ada maka semua
kegiatan politik harus tunduk pada aturan-aturan hukum.

Adanya perbedaan jawaban dari apa yang diutarakan oleh Moh. Mahfud MD tentang mana
yang lebih determinan diantara politik atau hukum, terutama perbedaan jawaban antara yang
pertama dan kedua, disebabkan oleh cara pandang ahli dalam memandang sub system

6
kemasyarakatan tersebut. Para ahli hukum idealis yang hanya memandang hukum dari sudut
das sollen (keharusan), mengatakan bahwa hukum harus menjadi pedoman dan penentu arah
dalam segala kegiatan politik. Hukum harus dapat merekayasa perkembangan politik yang
hidup dalam masyarakat dan negara. Sedangkan mereka ahli hukum yang memandang hukum
dari sudut das sein (pendekatan empirik/kenyataan), maka produk hukum selalu dipengaruhi
oleh politik mulai dari pembuatannya sampai pada tataran pelaksanaannya dilapangan. Jika
kita bicara kedua subsistem diatas yaitu politik dan hukum dalam konteks dewasa ini maka
selalu kita menemukan bahwasanya politik itu selalu determinan dibandingkan hukum.
Politik selalu memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan hukum itu sendiri. Bahkan
jika kita mengingat kembali perkataan Moh. Mahfud MD bahwa hukum adalah produk
politik. Artinya bahwa produk hukum yang dibentuk oleh legislator tak steril dari
kepentingan politik para pembuatnya. Hukum yang dibentuk oleh suatu negara melalui proses
legislasi yang dibuat oleh legislator (DPR) tak lepas dari kepentingan atau politik.

Politik dalam bahasa belanda yaitu politiek yang mengandung arti beleid yang jika diartikan
kedalam bahasa indonesia berarti kebijakan, atau dalam bahasa inggris policy. Pringgodigdo
mengatakan bahwa politik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang direncanakan
dibidang hukum untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki. Memang jika kita
perhatikan politik indonesia tak lepas dari kebijakan yang berdasarkan hukum atau dari
penegakan hukum, sebab indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum (rechsstaath)
artinya segala tindakan dan kebijakan suatu negara haruslah berdasarkan hukum, namun
demikian politik yang atau kekuasaan yang dijalankan negara dibatasi oleh hukum. Disitulah
menariknya jika kita berbicara kedua subsitem dalam masyarakat ini. Politik juga selalu
dikaitkan dengan kekuasaan, karena memang konsep politik itu tak lepas dari
mempertahankan kekuasaan. Menurut W.A Robson politik adalah ilmu yang mempelajari
kekuasaan dalam masyarakat. Ramlan Surbakti juga memiliki pendapat yang sama bahwa
politik merupakan segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat. Pergulatan antara politik dan hukum terus menerus kita alami
di Indonesia saat ini, bangsa kita telah mengalami yang namanya politik hukum tidak sehat,
bisa dikatakan tidak sehat sebab kepentingan individu atau kelompok lebih diutamakan
dibandingkan kepentingan rakyat, amanahkan konstitusi tak dihiraukan dengan cermat dan
sehat, bahkan tak sedikit melanggar atau mengelabui hukum agar kekuasaan dan kepentingan
selamat. Dan tak sedikit juga hukum yang dibuat sangat sarat kepentingan (politik) sehingga
merugikan rakyat. Ini mendakan bahwa politik memang memiliki power lebih kuat
dibandingkan hukum, sehingga produk hukumpun tak pro rakyat.

Seperti inilah potret politik dan hukum kita di Indonesia. Ketika kita berbicara tentang
bagaimana hubungan kausalitas antara politik dan Hukum atau siapa yang determinan antara
politik dan hukum. Terakhir, sebenarnya hukum merupakan ranah yang nyata yang melihat
sesuatu itu berdasarkan norma hukum yang mempunyai sifat memaksa. Artinya apabila
tindakan seseorang itu salah dan melanggar hukum, maka sesorang itu harus dihukum, tetapi
apabila sesorang itu benar dan tak bersalah maka harus dibebaskan. Sedangkan politik adalah
ranah “kepentingan” “politic is a goal attainment” politik adalah alat untuk mencapai tujuan.
Politik menggunakan cara untuk mencapai tujuan, baik legal dan tak jarang dengan cara

7
illegal sepanjang cara itu bisa mewujudkan tujuannya maka itulah yang ditempuh. Namun
demikian kita mengharapkan bahwa hukum yang merupakan produk politik haruslah
mempertimbangan keinginan-keingan rakyat, tidak hanya mengikuti hawa nafsu saja supaya
kepentingan tercapai dan kekuasaan bertahan tetapi haruslah berjalan sesuai dengan koridor
hukum dan amanah konstitusi agar produk hukum yang terbentuk adalah hukum responsif
bukan hukum yang ortodok.

2.2 Peranan politik hukum dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

Secara umum tujuan pembentukan perundang-undangan adalah mengatur dan menata


kehidupan dalam suatu negara supaya masyarakat yang diatur oleh hukum itu memperoleh
kepastian, kemanfaatan dan keadilan didalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Politik hukum mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan dan hukum nasional Indonesia, mengingat Politk hukum dijadikan
sebagai pedoman dasar dalam proses penentuan nilai-nilai, penetapan, pembentukan dan
pengembangan hukum nasional di Indonesia.

Peraturan perundang-undangan merupakan cara utama pembuatan hukum, peraturan


perundang-undangan merupakan sendi utama sistem hukum nasional di Indonesia. Selain itu,
peraturan perundang-undangan merupakan instrumen yang sangat berlaku dalam
undang-undang (law reform) karena kekuatan hukumnya yang mengikat dan memaksa.
Politik memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan dan nasional Indonesia, mengingat Politk hukum dijadikan
sebagai proses pembentukan nilai, penetapan, dan pengembangan hukum nasional di
Indonesia.Oleh karena penelitian yang bersifat eksplanatoris dengan menggunakan
pendekatan Normatif dan Pendekatan Konseptual ini, penulis untuk mengingatkan kembali
bahwa pembentuk peraturan undang-undang agar tetap berpegang teguh pada negara yang
ingin dicapai dalam suatu produk hukum. Sehingga rasa keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum bagi masyarakat selalu terakomodir dalam setiap hukum yang diciptakan.

Menurut Padmo Wahjono politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara yang
bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan
dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu.Dengan
demikian, politik hukum menurut Padmo Wahjono berkaitan dengan hukum yang berlaku di
masa datang (ius constituendum).

Berdasarkan beberapa definisi politik hukum yang telah dikemukakan bahwa, dapat
disimpulkan bahwa politik hukum adalah kebijakkan sebagai dasar untuk menyelenggarakan
negara khususnya dalam bidang hukum mengenai hukum yang akan berjalan, sedang berjalan
dan telah berlaku yang diambil dari nilai-nilai yang tumbuh dan hidup serta berlaku dalam
masyarakat untuk mencapai tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea 4. Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang sekarang telah berubah
menjadi pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 amandemen telah mengisyaratkan kepada
pembentuk undang-undang di Indonesia agar dapat mewujudkan cita-cita hukum nasional.
Untuk dapat memenuhi cita-cita hukum diperlukan pembangunan hukum dan pembinaan
hukum. Dalam merumuskan dan menetapkan politik hukum yang telah dan akan dilakukan,

8
politik hukum menyerahkan otoritas legislasi kepada penyelenggara negara, tetapi dengan
tetap memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Hukum nasional adalah semua hukum yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia baik berupa hukum tertulis maupun tidak tertulis.Peraturan perundang-undangan
adalah salah satu bentuk hukum tertulis yang ada. Peraturan perundang-undangan dan proses
pembentukannya memerankan fungsi signifikan dalam pembangunan hukum nasional. Hal
ini dikarenakan, di Indonesia, peraturan perundang-undangan merupakan cara utama
penciptaan hukum, peraturan perundang-undangan merupakan sendi utama sistem hukum
nasional. Selain itu, Peraturan perundang-undangan merupakan instrumen yang sangat efektif
dalam pembaharuan hukum (law reform) karena kekuatan hukumnya yang mengikat dan
memaksa. Peraturan perundang-undangan juga memberikan kepastian hukum yang lebih
tinggi dari pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.

Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang
hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa produk-produk hukum di Indonesia merupakan produk
politik. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang dan
setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.Begitupula Presiden, berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Sehingga pengesahan seuatu Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan menjadi Undang-undangan adalah suatu bentuk kesepakatan bersama
antara Presiden (Eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat (Legislatif). Inilah politik hukum
yang berjalan saat ini sebagaimana amanat Konstitusi.

2.3 Relasi hukum dan politik dalam sistem hukum indonesia

Berbicara tentang relasi antara hukum dan politik adalah berbicara bagaimana hukum
bekerja dalam sebuah situasi politik tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah hukum
sebagai perwujudan dari nilai-nilai yang berkembang dan nilai-nilai yang dimaksud adalah
keadilan. Dengan demikian idealnya hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya
kepentingan untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan tersebut. Dengan ciri-ciri mengandung
perintah dan larangan, menuntut kepatuhan dan adanya sanksi, maka hukum yang berjalan
akan menciptakan ketertiban dan keadilan di masyarakat.

Hubungan antara hukum dan politik manakah yang lebih dominan, kekuasaan hukum atau
kekuasaan politik, Jawaban atas pertanyaan ini, tergantung pada persepsi kita sendiri
tentang apa yang kita maksudkan sebagai hukum, dan apa yang kita maksudkan dengan
politik. Jika kita berpandangan non- dogmatik, dan memandang hukum bukan sekedar
peraturan yang dibuat oleh kekuasaan politik, maka tentu saja persoalan lebih lanjut tentang
hubungan kekuasaan hukum dan kekuasaan politik masih bisa berkepanjangan. Namun jika
kita menganut pandangan ”positif” yang memandang hukum semata-mata hanya produk
kekuasaan politik, maka rasa tak relevan lagi pertanyaan tentang hubungan antara kekuasaan
hukum dan kekuasaan politik, karena pada akhirnya mereka mengidentikkan antara hukum
dan politik tersebut.

9
Law is a command of the Lawgiver (hukum adalah perintah dari penguasa), dalam arti
perintah dari mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan.
Demikian John Austin, seperti dikutip oleh Prof Lili Rasyidi. Perdebatan mengenai
hububngan hukum dan politik memiliki akar sejarah panjang dalam ilmu hukum. Bagi
kalangan penganut aliran positivisme hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain
dari produk politik atau kekuasaan. Pada sisi lain, pandangan berbeda datang dari kalangan
aliran sejarah dalam ilmu hukum, yang melihat hukum tidak dari dogmatika hukum dan
undang-undang semata, akan tetapi dari kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam
masyarakat dan berpandangan bahwa hukum itu tergantung pada penerimaan umum dalam
masyarakat dan setiap kelompok menciptakan hukum yang hidup.

Keadilan akan dapat terwujud apabila aktifitas politik yang melahirkan produk-produk
hukum memang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu sendiri. Terlepas bahwa dalam proses
kerjanya lembaga-lembaga hukum harus bekerja secara independen untuk dapat memberikan
kepastian dan perlindungan hukum, dasar dari pembentukan hukum itu sendiri yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga politik juga harus mengandung prinsip- prinsip
membangun supremasi hukum yang berkeadilan.

Dalam konteks Indonesia, cita dan fakta yang berkaitan dengan penegakan keadilan masih
belum dapat bertemu. Harapan akan adanya instrumen dan pengadilan yang fair dan
berkadilan sangat bertentangan dengan maraknya mafia-mafia peradilan dan praktek- praktek
hukum yang menyimpang. Pada tingkatan tertentu Indonesia bahkan dapat dikatakan berada
pada situasi lawlessness, misalnya, sekelompok orang bersenjata dapat bergerak bebas dan
melakukan tindak kekerasan tanpa mendapat tindakan apa pun dari aparat kepolisian, massa
dapat mengadili pencuri kelas teri dan membakarnya, sementara pengadilan membebaskan
koruptor kelas kakap. Dunia hukum Indonesia berada dalam kuasa ”demoralisasi,
disorientasi, dehumanisasi dan dekadensi.

Bahwa tidak dapat disangkal terdapat hubungan yang sangat erat antara hukum dan politik,
antara asas-asas hukum dan pranata- pranata hukum, serta antara ideologi-ideologi politik dan
lembaga-lembaga pemerintah. Sangat sering mendengar pernyataan para yuris dengan slogan
mereka bahwa: Hukum berdiri diatas dan melewati politik. Yang mereka maksudkan adalah
keinginan mereka untuk mewujudkan suatu masyarakat di mana para hakim tidak dikekang
oleh pengaruh dogma politik.

2.4 Bagaimana Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19 baru-baru
ini, ditinjau dari Perspektif Hak Asasi atas Kesehatan

Hak Asasi atas kesehatan salah satu derivasi dari Hak Asasi Manusia yang harus dilindungi
termasuk dari ancaman pandemi COVID-19. Dalam penanganan pandemi COVID-19,
Pemerintah telah menerbitkan beberapa Produk Hukum seperti Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang  Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka

10
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) . Pemerintah juga
menerapkan kebijakan PSBB dan Physical Distancing, akan tetapi kebijakan tersebut tidak
efektif memutus rantai penyebaran COVID-19 terlihat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia,
tertanggal 28 Januari 2021 sudah tembus 1 juta kasus, tertinggi di Asia Tenggara. Jenis
penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif bersifat perskriptif dengan memberikan
solusi terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan Politik
Hukum yang diambil Pemerintah (PSBB dan physical distancing) dalam penanganan
COVID-19 belum maksimal melindungi hak atas kesehatan masyarakat Indonesia
sebagaimana amanat konstitusi Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (2) serta (3) UUD 1945.

Pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan lockdown parsial sebagaimana keberhasilan


China melakukan lockdown parsial di Wuhan. Dengan lockdown parsial di Provinsi Jakarta
sebagai epicentrum pandemi COVID-19 di Indonesia maka virus tersebut tidak akan
menyebar ke provinsi lain. 

2.5 Pengaruh politik dalam penegakan hukum

Untuk memahami lebih jauh tentang mekanisme pembentukan hukum di Indonesia, perlu
dipahami sistem politik yang dianut. Sistem politik mencerminkan bagaimana kekuasaan
negara dijalankan oleh lembaga-lembaga negara dan bagaimana meknaisme pengisian
jabatan dalam lembaga-lembaga negara itu dilakukan. Inilah dua hal penting dalam mengenai
sistem politik yang terkait dengan pembentukan hukum. Beberapa prinsip penting dalam
sistem politik Indonesia yang terkait dengan uraian ini adalah sistem yang berdasarkan
prinsip negara hukum, prinsip konstitusional serta prinsip demokrasi. Ketiga prinsip ini saling
terkait dan saling mendukung, kehilangan salah satu prinsip saja akan mengakibatkan
pincangnya sistem politik ideal yang dianut. Prinsip negara hukum mengandung tiga unsur
utama, yaitu pemisahan kekuasaan - check and balances - prinsip due process of law, jaminan
kekuasaan kehakiman yang merdeka dan jaminan serta perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia. Prinsip konstitusional mengharuskan setiap lembaga-lembaga negara pelaksana
kekuasaan negara bergerak hanya dalam koridor yang diatur konstitusi dan berdasarkan
amanat yang diberikan konstitusi. Dengan prinsip demokrasi partisipasi publik/rakyat
berjalan dengan baik dalam segala bidang, baik pada proses pengisian jabatan-jabatan dalam
struktur politik, maupun dalam proses penentuan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
berbagai struktur politik itu. Karena itu demokrasi juga membutuhkan transparansi
(keterbukaan informasi), jaminan kebebasan dan hak-hak sipil, saling menghormati dan
menghargai serta ketaatan atas aturan dan mekanisme yang disepakati bersama. Dengan
sistem politik yang demikianlah berbagai produk politik yang berupa kebijakan politik dan
peraturan perundang-undangan dilahirkan. Dalam kerangka paradigmatik yang demikianlah
produk politik sebagai sumber hukum sekaligus sebagai sumber kekuatan mengikatnya
hukum diharapkan – sebagaimana yang dianut aliran positivis – mengakomodir segala
kepentingan dari berbagai lapirsan masyarakat, nilai-nilai moral dan etik yang diterima umum
oleh masyarakat. Sehingga apa yang dimaksud dengan hukum adalah apa yang ada dalam
perundang-undangan yang telah disahkan oleh institusi negara yang memiliki otoritas untuk
itu. Nilai-nilai moral dan etik dianggap telah termuat dalam perundang-undangan itu karena
telah melalui proses partisipasi rakyat dan pemahaman atas suara rakyat. Dalam hal produk

11
itu dianggap melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang mendasar yang dihirmati oleh
masyarakat dan merugikan hak-hak rakyat yang dijamin konstitusi, maka rakyat dapat
menggugat negara (institusi) tersebut untuk mebatalkan peraturan yang telah dikeluarkannya
dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan demikian nilai moral dan etik, kepentingan-kentingan
rakyat yang ada dalam kenyataan-kenyataan sosial tetap menjadi hukum yang dicita-citakan
yang akan selalui mengontrol dan melahirkan hukum positif yang baru melalui proses
perubahan, koreksi dan pembentukan perundangan-undangan yang baru. mengikatnya hukum
diharapkan sebagaimana yang dianut aliran positivis mengakomodir segala kepentingan dari
berbagai lapirsan masyarakat, nilai-nilai moral dan etik yang diterima umum oleh
masyarakat. Sehingga apa yang dimaksud dengan hukum adalah apa yang ada dalam
perundang-undangan yang telah disahkan oleh institusi negara yang memiliki otoritas untuk
itu. Nilai-nilai moral dan etik dianggap telah termuat dalam perundang-undangan itu karena
telah melalui proses partisipasi rakyat dan pemahaman atas suara rakyat. Dalam hal produk
itu dianggap melanggar norma-norma dan nilai-nilai yang mendasar yang dihirmati oleh
masyarakat dan merugikan hak-hak rakyat yang dijamin konstitusi, maka rakyat dapat
menggugat negara (institusi) tersebut untuk mebatalkan peraturan yang telah dikeluarkannya
dan dinyatakan tidak berlaku. Dengan demikian nilai moral dan etik, kepentingan-kentingan
rakyat yang ada dalam kenyataan-kenyataan sosial tetap menjadi hukum yang dicita-citakan
yang akan selalui mengontrol dan melahirkan hukum positif yang baru melalui proses
perubahan, koreksi dan pembentukan perundangan-undangan yang baru.

Membicarakan korelasi antara hukum dan politik merupakan kajian yang menarik di
kalangan ahli hukum dan politik. Kajian ini menarik karena dua topik ini memiliki ranah
yang berbeda. Hukum merupakan ranah yang nyata yang melihat sesuatu itu berdasarkan
norma hukum yang mempunyai sifat pemaksaan. Hukum adalah wilayah “hitam putih”
dimana yang salah harus dihukum dan yang benar harus dibebaskan bahkan mendapat
penghargaan (reward). Sedangkan politik adalah ranah “kepentingan” sebagai corestone-nya,
“politic is a goal attainment” politik adalah alat untuk mencapai tujuan. Politik menggunakan
segala cara untuk mencapai tujuan, tak peduli legal atau illegal sepanjang cara itu bisa
mewujudkan tujuannya maka cara itulah yang ditempuh. Yang menarik justru antara kedua
topik yang berbeda itu ternyata mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Pada tataran
realitas kedua topik tersebut kadang-kadang menunjukkan bahwa hukum dapat
mempengaruhi politik atau sebaliknya politik dapat mempengaruhi hukum. Terdapat tiga
macam jawaban untuk melihat hubungan antara hukum dan politik. Pertama yaitu hukum
merupakan determinan politik, kegiatan politik harus tunduk pada hukum, kedua adalah
pandangan yang melihat bahwa politik determinan atas hukum karena sesungguhnya hukum
adalah produk politik yang sarat dengan kepentingan dan konfigurasi politik, dan ketiga
merupakan pandangan yang melihat bahwa hukum dan politik merupakan dua elemen
subsistem kemasyarakatan yang seimbang, karena walaupun hukum merupakan produk
politik maka ketika ada hukum yang mengatur aktivitas politik maka politikpun harus tunduk
pada hukum. Ketiga macam jawaban di atas adalah bangunan teori yang dibangun
berdasarkan realitas relasi antara dua sistem tersebut. sesungguhnya politik determinan atas
hukum, hukum yang lahir merupakan cerminan konfigurasi politik. Dalam hubungan tarik
menarik antara hukum dan politik maka sesungguhnya politik mempunyai energi yang cukup

12
kuat untuk mempengaruhi hukum. Asumsi dasar tadi memperlihatkan bahwa dalam
konfigurasi politik yang demokratis maka yang lahir adalah produk hukum yang
responsif/populistik, sedangkan konfigurasi politik yang otoriter melahirkan produk hukum
yang konservatif /ortodoks dan elitis.

Isu lain yang menarik dikaji dalam hubungan antara hukum dan politik adalah pengaruh
politik terhadap penegakan hukum. Kedua topik ini kadangkala mempunyai hubungan yang
saling mempengaruhi. Politik merupakan ranah kekuasaan, kekuasaan itu bersumber dari
wewenang formal yang diberikan oleh hukum. Hukum adalah norma sosial yang mempunyai
sifat mendasar yaitu sifatnya yang memaksa yang membedakanya dengan norma sosial yang
lain (agama, kesopanan dan susila). Karena sifatnya yang harus dipaksakan berlakunya maka
hukum memerlukan kekuasaan (politik) untuk dapat berlaku dengan efektif. Hukum
memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaanya sebaliknya kekuasaan itu sendiri ditentukan
batas-batasnya oleh hukum. Bahkan dalam slogan umum menggambarkan bahwa Hukum
tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah sebuah kelaliman.
Penegakkan hukum merupakan konkritisi norma hukum dalam kasus nyata. Empat elemen
penting yang harus terlibat. Pertama, hukum atau aturan itu sendiri, Kedua Mental aparat
hukum, ketiga fasilitas pelaksanaan hukum, serta kesadaran dan kepatuhan perilaku
masyarakat.

Dalam kaitannya dengan penegakkan hukum Negara dengan sistem politik yang demokratis
cenderung melahirkan sistem penegakkan hukum yang efektif sedangkan, Negara dengan
sistem politik yang otoriter akan melahirkan sistem penegakkan hukum yang tersendat.
Bahwa dengan politiklah yang akan memberi arah penegakkan hukum. Jika pemerintah
memiliki kemauan politik (political will) yang baik dalam menegakkan hukum maka hukum
dapat ditegakkan dengan baik. Jika penguasa tidak memiliki kemauan politik untuk
menegakkan hukum, maka kecil harapan untuk menegakkan hukum dengan politik baik.
Relnya adalah hukum dan keretanya adalah politik. Jika kereta keluar dari relnya maka
kecelakaanlah yang terjadi, jika politik keluar dari ketentuan hukum maka kehidupan politik
akan mengalami kejatuhan. Dapat disimpulkan bahwa Proses pembentukan hukum dan
penegakan hukum ternyata sangat dipengaruhi oleh situasi politik. Politik dengan corak
otoriter mempengaruhi produk hukum yang konservatif dan ortodoks dan melahirkan
penegakkan hukum yang tidak baik. Sebaliknya politik yang demokratis melahirkan produk
hukum responsif dan penegakan hukum yang baik.

13
14
DAPUS ILMU POLITIK

Anggoro, S. A. (2019). Politik Hukum: Mencari Sejumlah Penjelasan. Jurnal Cakrawala


Hukum, 10(1), 77-86. (LATAR BLKANG 1)

15

Anda mungkin juga menyukai