Anda di halaman 1dari 17

PEMAKNAAN DAN PENGAMALAN NILAI – NILAI

YANG TERKANDUNG DALAM SILA PANCASILA


DALAM KONTEKS PENEGAKAN HUKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Pada Program Studi Gabungan SI Akutansi, S1 Hukum, dan S1 PBI

Di susun oleh:

1. Ali Ridho Saputra 220123001


2. Angie Angel Lina 220123002
3. Dwi Mareta Puri 220121004
4. Dhea Ismi Arti 220124004
5. Maharani Kusuma Putri 190121008
6. St Graycia Putri Windika 220121013

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena penulisan Makalah “Pemaknaan Dan Pengamalan Nilai – Nilai
Yang Terkandung Dalam Sila Pancasila Dalam Konteks Penegakan Hukum”
ini dapat diselesaikan. Dan tak lupa, penulis berterimakasih kepada bapak
Alan Bayu Aji, S.H., M.H. selaku Dosen mata kuliah Pancasila di Universitas
Harapan Bangsa yang telah memberikan penulis tugas membuat makalah
yang sangat bermanfaat ini untuk kelengkapan nilai UTS Pancasila.

Akhir kata, sekiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi
pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami tentang
Pemaknaan Dan Pengamalan Nilai – Nilai Yang Terkandung Dalam Sila
Pancasila Dalam Konteks Penegakan Hukum.

Sekian dan terimakasih.

Purwokerto, 17 November 2022

Penyusun

i
DATAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DATAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
BAB II ............................................................................................................ 4
2.1 Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Konteks Penegakan
Hukum ............................................................................................. 4
2.2 Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Dalam Konteks
Penegak Hukum ................................................................................. 4
2.3 Nilai Persatuan Indonesia Dalam Konteks Penegakan Hukum ....... 5
2.4 Nilai Kerkayatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan ..... 6
2.5 Nilai Keadilan Social Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam Kontek
Penegakan Hukum ............................................................................. 8
BAB III ........................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 12
3.2 Saran .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang


tercantum didalam Pembukaan UUD 1945, sejak ditetapkannya pada
tanggal 18 Agustus 1945 mempunyai kedudukan yang tetap dan
melekat pada kelangsungan Negara Republik Indonesia yang di
proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945, oleh karena itu Pancasila
menjadi sumber hukum positif yang berlaku mengikat dan memiliki
sanksi hukum yang ada pada norma dibawahnya bagi seluruh warga
negara Republik Indonesia.
Pentingnya kedudukan Pancasila kemudian memberi
kesadaran kepada bangsa Indonesia untuk menjadikannya sebagai
rujukan mutlak bagi tatanan kehidupan baik dalam bersosial
masyarakat, berpolitik, beragam, maupun berhukum (Fais, 2018).
Pada tatanan hukum atau dalam berhukum, kedudukan Pancasila
dipertegas sebagai sumber hukum melalui ketetapan MPR Nomor
XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR Nomor V/MPR/1973 jo
Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/1978, oleh karena itu Pancasila
dijadikan sebagai sumber utama dalam tatanan hukum sehingga
terdapat begitu banyak sumber hukum maka sumber hukum tersebut
haruslah sesuai dengan Pancasila.
Konsep negara hukum Pancasila yang diterapkan oleh
Indonesia menurut Mahfud MD terdapat 4 (empat) hal yang menjadi
prasyarat untuk mewujudkan hal tersebut berkaitan dalam kebebasan
beragama :
a. Pancasila merupakan perpaduan dari unsur individualism dan
kolektivisme. Sehingga manusia sebagai pribadi mempunyai hak
dan kebebasan asasi, namun sekaligus melekat padanya kewajiban
asasi sebagai makhluk Tuhan dan makhluk social.

1
b. Pancasila mengintegrasikan negara hukum yang menekankan
pada civil law, dan kepastian hukum serta konsepsi negara hukum
the rule of law, yang menekankan pada common law, dan rasa
keadilan.
c. Pancasila menerima hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat
(law as tool of social engineering) sekaligus hukum sebagai
cermin rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat (living law).
d. Pancasila menganut paham religious nation state, tidak menganut
atau mengendalikan suatu agama tertentu (karena bukan Negara
agama), tetapi juga bukan tanpa agama (karena bukan negara
sekuler). Disini negara harus melindungi dan membina semua
pemeluk agama tanpa diskriminasi berdasarkan pertimbangan
mayoritas dan minoritas.

Indonesia merupakan negara demokratis yang berdasarkan


hukum, maka dari itu dalam menjalankan pemerintahan negara
Indonesia selalu berdasarkan aturan hukum yang jelas didalamnya
terdapat sifat demokratis. Hal ini dilakukan karena untuk terciptanya
asas kepastian hukum. Tujuan dari adanya implementasi Pancasila
dalam penegak hukum sebagai upaya membentuk dan membangun
kesadaran moral pada penegak hukum dalam penerapan nilai – nilai
Pancasila yang luhur yang mencerminkan proses keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia dan Kemanusiaan yang adil dan beradab
dalam penegakan hukum di Indonesia. Dalam filsafat Pancasila
sebagaisebuah landasan teori, Pancasila memiliki ilmu pengetahuan
yang mampu menjelaskan dengan sila – sila itu sesungguhnya harus
diimplementasikan, filsafat Pancasila sebagai sebuah keilmuan
memiliki pengetahuan yang terdiri dari aspek, estimologi, ontology,
dan oksiologi. Ketiga hal ini dapat digunakan untuk mengkaji hukum
di Indonesia, dengan cara membangun Pancasila sebagai sumber nilai
– nilai yang terdiri dari lima sila untuk mengarahkan pada penegakan
hukum di Indonesia.

2
1.2 Rumusan Masalah

Untuk memperoleh kejelasan mengenai apa yang menjadi


pokok masalah dari rumusan judul di atass, maka dapat dirumuskan
pertanyaan – pertanyyan sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai ketuhanan yang Maha Esa dalam konteks
Penegakan Hukum ?
2. Bagaimana nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
dalam konteks penegak hukum ?
3. Bagaimana nilai persatuan Indonesia dalam konteks
penegakan hukum ?
4. Bagaimana nilai kerkayatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
dalam konteks penegakan hukum ?
5. Bagaimana nilai keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kontek penegakan hukum ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Konteks Penegakan


Hukum

Penegakan hukum yang baik sangat ditentukan oleh kesadaran


hukum masyarakat dan profesionalitas aparat penegak hukum. Di
sinilah perlunya mata kuliah Pendidikan Pancasila yaitu
meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa sebagai calon
pemimpin bangsa. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari
dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa
nilai-nilai ketuhanan harus dijabarkan dalam realisasi
penyelenggaraan Negara dalam arti material antara lain, bentuk
Negara, tujuan Negara, tertib hukum, dan sistem Negara.

Contoh dalam konteks penegakan hukum ialah Negara


memberikan kebebasan yang asasi terhadap semua warganya untuk
percaya dan meyakini adanya tuhan sesuai dengan keyakinan agama
masing-masing dalam konteks penegakan hukum dengan melakukan
kejujuran dalam pekerjaanya sebagai hakim maupun jaksa yang
menangani kasus-kasus. Karena setiap jabatan memiliki sumpah
jabatan sebagai tanggung jawab yang mengikat antara diri pribadi dan
Tuhan-Nya. Sebagai warga Negara yang membantu penegakan
hukum dengan menjadi saksi dapat memberikan kesaksian dengan
berkata jujur tentang apa yang dilihat dan didengar.

2.2 Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Dalam Konteks


Penegak Hukum

Penegakan hukum yang Berkeadilan dimaksudkan untuk


menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan

4
keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada
keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya
supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan upaya pemenuhan
rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang
beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung
nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang
didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesame manusia, maupun terhadap lingkungannya.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa


hakikat manusia sebagai mahluk yang berbudaya dan beradab harus
berkodrat adil. Dalam konteks penegakan hukum sila kedua pancasila,
menjujung tinggi kemanusiaan dlam penegakan hukum di Indonesia.
Hukum tidak hanya terpacu pada pasal-pasal yang bersifat tegas dan
kaku tetapi memandang permasalahan dari kultur lingkungan
masyarakat. Kemanusiaan dalam konteks penegakan hukum perlu di
utamakan. Tidak semua individu melakukan kesalahan dengan
sengaja dan tidak didasari oleh sebab akibat yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu dalam membuat putusan, seseorang
hakim sepatutnya dalam menimbang dan memutus suatu perkara
dengan memperhatikan asas keadilan, kepastian hukum dan
kemanfaatan agar putusan yang dikeluarkan menjadi putusan yang
ideal.

2.3 Nilai Persatuan Indonesia Dalam Konteks Penegakan Hukum


Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa
Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis
yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk social. Negara Indonesia
adalah Negara yang beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri
dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka bhineka

5
tunggal ika. Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku,
ras, individu maupun golongan agama. Negara memberikan
kebebasan atas hak-hak setiap individu masyarakatuntuk
merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang
bersifat integral. Hak-hak individu yang dijadikan inti sila ketiga
dalam persatuan Indonesia terjamin oleh hukum dalam UUD 1945.
Kaelan dalam filsafat pancasila menerangkan bahwa ke sila
ketiga pancasila yakni, persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam
berbagai peraturan perundangan-undangan, lembaga dan konsep
wawasan. Pembukaann UUD 1945 alinea IV, yang menerangkan
bahwa Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasarkan atas kesatuan Indonesia. Persatuan
Indonesia, menjadi dasar asas legalitas hukum acara pidana yang
bersifat nasional, bukan kedaerahan Prof. Barda Nawawi Arief
mengatakan bahwa rumusan asas legalitas berasal dari peninggalan
belanda dan dikenal sebagai asas legalitas formil. Asas legalistas
adalah asas tentang sumber hukum, khususnya dibidang hukum
pidana, yang menyatakan sumber hukum pidana adalah undang-
undang. Rumusan formulasi asas legalitas bila dilihat dari system
hukum nasional maka jelas tidak sesuai maupun harmonis. System
hukum nasional mengakui hukum yang tidak tertulis sebagai salah
satu sumber hukum. Hal ini bisa menjadikan salah satu alasan untuk
melakukan pembaharuan.
2.4 Nilai Kerkayatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

Dalam Permusyawaratan / Perwakilan Dalam Konteks


Penegakan Hukum Sila keempat dalam pancasila memiliki makna
bahwa dalam setiap keputusan yang diambil diutamakan melalui
musyawarah mufakat. Opsi untuk menegakkan hukum pidana lewat
permasyarakatan dan pemufakatan pada SPP Indonesia merupakan
gebrakan baru dalam mewujudkan kepastian hukum, keadilan dan
kemanfaatan, dan sesuai dengan nilai luhur bangsa yang sejatinya
yaitu Pancasila. Prinsip musyawarah mufakat untuk penyelesaian

6
perkara tindak pidana merupakan tempat memecahkan permasalahan
yang berlandaskan asas-asas saling menguntungkan hingga saat ini
memang kurang soluinya dan terlaksana secara bagus, karena terdapat
doktrin pidana menyebut, karakter pidana tidak dihapus dan oleh
karenanya kasus masih diproses meskipun sudah diupayakan damai
dan penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana dewasa ini
selalu bersifat pembalasan (retributif) dan utilitarian atau
memperbaiki (rehabilitatif) berdasarkan asas-asas yang tercantum
pada KUHP Indonesia, yang merupakan warisan hukum kolonial
Belanda yang didasarkan kepada nilai individualisme, tidak
berkeadilan atau “obsolete and unjustice” dan tidak “update” serta
tidak selaras atas fakta “outmoded and unreal”, sebab tidak disasari
atas kepercayaan tradisional, budaya, kebiasaan masyarakat Indonesia
yang mengikuti prinsip musyawarah mufakat dalam penyelesaian
berbagai permasalahan.

Menurut pendapat DS. Dewi dan Fatahilah A. Syakur bahwa


publik nasional di Indonesia misalnya di Bali, Irian, Minangkabau,
Sulawesi dan masyarakat tradisional lainnya yang kokoh berpegang
pada kearifan lokal, bila timbul suatu kejahatan yang dilakukan
seseorang, penyelesaiannya dilakukan melalui internal masyarakat
adat, aparat negara tidak dilibatkan, dengan menggunakan pranata
adat yang tersedia, melalui musyawarah adat, menggunakan tetua adat
sebagai mediator dan perdamaian adat. Penyelesaian perkara tindak
pidana melalui musyawarah mufakat itu tampaknya belum jadi model
di Indonesia, karena aparat penegak hukum di Indonesia masih
berpikir legalistik-positivistik, seperti dalam praktik penyidikan, dan
penuntutan, yang berlangsung selama ini. Padahal Indonesia memiliki
Pancasila yang merupakan sumber setiap sumber hukum Indonesia.
Pancasila yang dipandang cita hukum (rechtsidee) menjadi pemberi
arah. Hal ini mewajibkan kebijakan hukum termasuk kebijakan
hukum pidana dengan tujuan pencapaian nilai-nilai yang terkandung
pada Pancasila.

7
Penetapan Pancasila menjadi “staatsfundamentalnorm”
mengakibatkan penyusunan hukum, pelaksanaan serta
implementasinya tidak terlepas dari yang terkandung pada Pancasila.
Pancasila berlaku dasar kebijakan hukum pidana dari pembentukan
tata hukum pidana Indonesia mempertegas sila ke-4 point 1 serta point
4 yang berpandangan masalah pidana sebaiknya dengan
mengutamakan permusyawarahan dan pemufakatan bagi negara serta
publik. Jadi, seharusnya penggunaan hukum pidana sebagai “ultimum
remedium/the last resort” benat-benar sebagai “upaya terakhir”
setelah upaya penyelesaian dengan musyawarah untuk mufakat tidak
bisa mencapai kesepakatan. Kondisi ini penting karena tujuan utama
atas kebijaksanaan hukum pidana merupakan pemberian
perlindungan dari social defence (masyarakat) akan tercapainya social
welfare (masyarakat sejahtera). Tujuan ini sulit dicapai bila kebijakan
hukum pidana di Indonesia masih menganut sistem pemidanaan
penjara sebagai tujuan akhir dari hukum pidana.

2.5 Nilai Keadilan Social Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam


Kontek Penegakan Hukum

Negara Indonesia merupakan negara hukum. Dimana dalam


setiap pelanggaran yang terjadi pasti ada saksi yang sesuai dengan
pelanggaran tersebut. Karena itu sudah diatur dalam Undang-undang.
Namun dalam penegakkan hukum atas pelanggaran tersebut sering
terjadi kekeliruan dan sering terjadi kesalahan yang tidak sesuai
dengan Pancasila yang sebagai dasar Negara Indonesia. Pancasila
sendiri telah mengandung nilai-nilai kehidupan bersama dan telah
mengandung nilai-nilai keadilan dalam hidup bermasyarakat.
Begitupun dengan undang-undang yang telah dibuat oleh negara
untuk mengatur aturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dalam undang-undang diparagraf yang terakhir juga mengandung
pancasila sebagai suatu nilai keadilan. Dalam penegakkan hukum
yang terjadi sering tidak sesuai dengan sila yang kelima yakni
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Seperti dalam

8
beberapa kasus yang telah terjadi yang tidak sesuai dengan sila kelima
yakni ketidak adilan. Ini yang menjadi alasan bagi penulis untuk
mengomentari dan mengkritik penegakkan hukum di Negara
Indonesia yang terkadang mengandung kesan yang tidak sesuai
dengan sila-sila dalam pancasila. Memang dalam suatu pelanggaran
tentu sudah pasti mempunyai saksi hukum yang sesuai yang telah di
sahkan oleh undang-undang dan pancasila. Namun yang menjadi
masalahnya adalah dalam penegakkan hukum tersebut apakah sesuai
dengan aturan yang telah ada atau apakah hukum atau peraturannya
sudah diterapkan sesuai dengan pelanggaran yang terjadi, baik itu
pelanggaran ringan ataupun pelanggaran berat.

Sila kelima dari pancasila adalah “keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia” sila ini merupakan suatu sila yang sangat penting
bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara karena keadilan
merupakan suatu rata yang saling menguntungkan satu sama lain.
Keadilan adalah suatu kondisi dan kebenaran yang ideal baik secara
moral, baik menyangkut benda ataupun orang. Keadilan juga
merupakan suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan tindakan dalam
hubungan antar manusia yang berisikan tuntutan supaya mendapatkan
perlakukan yang sesuai dengan hak dan kewajiban hidup manusia.
Dengan adanya keadilan tentu akan terciptanya suasana yang lebih
baik dan makmur karena pada dasarnya keadilan sangat diperlukan
disegala bidang baik itu ekonomi, hak dan kewajiban, dan terutama
keadilan hukum. Keadilan dalam suatu hukum tentu menjadi suatu
yang real mutlak yang paling utama karena pada dasarnya keadilan
dalam menerapkan hukum sudah pasti membela yang benar dan
memberikan sanksi pada yang membuat pelanggaran. Begitupan
dengan penerapan hukum didalam negara Indonesia yang tentu harus
adil dan tidak membela oknum tertentu karena mempunyai hubungan
khusus, atau karena disogok atau diancam. Karena berdasarkan
pancasila terutama sila kelima yakni “Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia” sila kelima menekankan bahwa keadilan

9
merupakan suatu titik yang penting dan paling utama dalam sebuah
penegakkan hukum. Karena jika keadilan membela yang salah karena
mempunyai hubungan khusus atau mempunyai jaringan tertentu maka
bukan keadilan namanya melainkan kekeliruan yang melanggar
hukum keadilan yang akan berdampak negatif. Karena pada
prinsipnya peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat
supaya tidak adanya konflik yang merugikan orang lain dan menjaga
kondisi atau hubungan sosial antar masyarakat dan umat beragama
supaya tidak saling menimbulkan konflik yang merugikan negara
ataupun pihak tertentu. Keadilan tentu sudah menjadi harapan setiap
orang karena dengan adanya keadilan akan terciptanya suasana yang
rukun dan damai serta dengan menaati peraturan yang telah berlaku
tentu akan terhindar dari konflik yang tidak diinginkan. Untuk itu
penegakkan hukum harus adil dan harus sesuai dengan peraturan yang
telah berlaku. Dalam penegakkan hukum harus memperhatikan
keadilan dan harus melihat seberapa berat pelanggaran yang
dilakukan dan setelah mengetahui pelanggaran yang dilakukan maka
diputuskan hukuman yang sesuai dengan pelaganggaran tersebut.
Dalam hal ini tentu oknum pelanggar aturan tersebut akan
mendapatkan sanksi yang sesui dengan pelanggaran yang dilakukan
dan tentu itu akan merasa adil. Namun sering kali terjadi bahwa dalam
penegakkan hukum sipenegak hukum tidak melihat prosedur hukum
yang berlaku, melainkan melihat keuntungan yang menguntungkan
pribadi atau orang tertentu dan menjatuhkan yang lemah. Kasus
seperti ini sering terjadi dikalangan kaum yang bersandal jepit atau
kaum miskin.

Jika kita melihat kembali kepancasila yakni sila kelima bahwa


keadilan harus ditegakkan melalui hukum atau melaui tindakan
ataupun melalui perilaku dalam masyarakat maka sudah menjadi
kewajiban setiap orang untuk saling membantu dan saling
menguntungkan dan juga saling bekerjasama dalam kehidupan
bersama dikalangan masyarakat luas. Keadilan dalam suatu hukum

10
sudah menjadi inti atau sudah menjadi hal yang paling mendasar
karena hukum itu sendiri membela yang benar dan memberikan
keadilan bagi setiap orang serta memberikan kebebasan bagi setiap
orang yang telah diatur dalam aturan perundang-undangan. Hal inilah
yang harus diperhatikan bagi para penegak hukum bahwa harus
bersikap adil dan menjunjung keadilan guna untuk menciptakan
suasana yang rukun dan damai yang terhindar dari konflik yang
merugikan. Negara Indonesia adalah negara hukum jadi sudah
sepatutnya hukum ditegakkan dan dijalankan sesuai dengan prosedur
yang ada. Hukum harus lebih tegas dan lebih adil lagi untuk para
pelanggar hukum. Dalam penegakkan hukum harus mementingkan
keadilan bukan mementingkan pribadi atau orang tertentu karena
mungkin memiliki hubungan atau kedekatan, melainkan menegakkan
hukum sesuai dengan peratuan yang berlaku dan mengikuti prosedur
hukum yang berlaku. Karena setiap warga negara Indonesia pasti
menginginkan keadilan dan menginginkan keadilan ditegakkan
setegak-tegaknya supaya tercipta kemakmuran dan ketentraman antar
warga negara Indonesia.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Falsafah Pancasila merupakan identitas nasional bangsa


Indonesia. Nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia yang
terdapat dalam falsafah Pancasila diantaranya adalah sikap sopan
santun, saling menghargai, saling menghormati, menjunjung
tinggi hak asasi manusia, bergotong royong, patriotisme dan
nasionalisme, serta berkeadilan di semua bidang kehidupan. Maka
dari itu, dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara senantiasa
harus berpegang teguh kepada Pancasiladi berbagai aspek kehidupan.
Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Teguh Prasetyo;
“Dengan demikian Pancasila merupakan norma tertinggi yang
kedudukannya lebih tinggidari konstitusi atau UUD,”.6Penempatan
Pancasila sebagai norma tertinggi harus dijadikan sebagai pemandu
bagi setiap pembentukan norma hukum di Indonesia, sehingga
secara hierarki norma yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan norma hukum yang lebih tinggi.

Nilai-nilai Pancasila sangat penting peranannya dalam


penegakan hukum agar benar-benar menjadi sarana
pembangunandan pembaharuan masyarakat yang kita harapkan.
Hukum dapat berperan sebagai objek pembangunan dalam rangka
mewujudkan hukum yang ideal sesuai dengan nilai-nilai yang
hidup di masyarakat. Tetapi Juga hukum dapat menjadi subjek
pembangunan manakala hukum itu telah berfungsi di masyarakat
sebagai penggerak dan pengaman pembangunan dan hasil-hasilnya.
Di sinilah pentingnya peranan Pancasila untuk dapat menghasilkan
hukum yang benar-benar mengakar di dalam perilaku
masyarakat.Landasan penegakan hukum yang dapat menjawab
tuntutan masyarakat haruslah hukum yang responsif, jika tidak maka
hukum akan kehilangan rohnya. Moral dan keadilan adalah

12
merupakan rohnya hukum. Reformasi hukum haruslah melihat
kembali padatatanan moralitas yang hidup, tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Suara-suara rakyat dari bawah haruslah sudah
tiba waktunya untuk disahuti, dengan merumuskan berbagai
kebijakan yang dituangkan dalam produk pembangunan hukum.

3.2 Saran

Nilai-nilai Pancasila yang tertuang dalam setiap sila Pancasila


secara jelas dapat menggambarkan sebuah cita-cita bangsa.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain itulah yang perlu untuk
diperhatikan. Sadar sedalam-dalamnyabahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia serta
merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan masyarakat
dan NKRI, maka pengamalan Pancasila harus dijadikan sebagai
perjuangan untuk menegakkan hukum yang berkeadilan demi
terwujudnya kehidupan yang damai dan tenteram.
Hukum nasional mengatur keadilan bagi semua pihak, oleh
karenanya keadilan didalam perspektif hukum nasional adalah
keadilan yang menserasikan atau menselaraskan keadilan-keadilan
yang bersifat umum diantara sebagian dari keadilan-keadilan
individu. Dalam keadilan ini lebih menitikberatkan pada
keseimbangan antara hak-hak individu masyarakat dengan
kewajiban-kewajiban umum yang ada didalam kelompok
masyarakat hukum. Dengan demikian, Negara Republik Indonesia
sebagai negara hukum, mengakui bahwa kewajiban untuk
menjamin dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia bukanlah tanggung jawab kelembagaan hukum
semata-mata, melainkan tanggung jawab semua warga negara
sebagaimana ditetapkan oleh falsafah Pancasila dan UUD 1945.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abaska, S. (2021) ‘Implementasi Pancasila Dalam Perumusan Kebijakan’,


Implementasi Pancasila Dalam Perumusan Kebijakan, p. 19.
Divisi, K. et al. (no date) ‘Implementasi sila ke 4 pancasila menuju keadilan
pemilu’.
Ismayawati, A. (2018) ‘Pancasila sebagai Dasar Pembangunan Hukum Di
Indonesia’, YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 8(1), p.
53. doi:10.21043/yudisia.v8i1.3231.
Kunantiyorini, A. (2018) ‘Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem
Hukum Nasional Pancasila as the Source of Law in the National Legal
System’, Jurnal Konstitusi, 15(1), pp. 27–49.
Wijaya, B. (2019) ‘Politik Hukum Penganut Aliran Kepercayaan Dan
Lahirnya Pasal 29 Undang Undang Dasar 1945’, pp. 1–16.
)1386. (‫ا‬.‫ا‬.‫ا‬.‫ا‬, ‫‘ ااا‬Ketidak Adilan Penegakkan Hukum Dalam
Kacamata Sila Kelima’.
Acta Comitas : Jurnal Hukum Kenotariatan, Vol. 4 No. 3 Desember
2019 , h. 397 – 408
Pembaharuan Asas Legalitas dalam Hukum Pidana - Universitas Islam
Indonesia (uii.ac.id)
pendidikan pancasila, Prof. Dr. H. kaelan, MS, diterbitkan oleh
PARADIGMA ( Perum, nogotirto III jl. Bromo C97 trihanggo, sleman,
Yogyakarta. 2016

PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI, penulis (Drs.


Syamsir, M.Si., Ph.D. (UNP); Ali Amran, SH., M.H. (Unand) Prof. Dr.
Mashudi, M.Pd. (Untan); Surya Dharma, S.Pd., M.Si. (Unimed)) BADAN
KERJASAMA PERGURUAN TINGGI NEGERI WILAYAH INDONESIA
BAGIAN BARAT (BKS- PTN BARAT) 2017

14

Anda mungkin juga menyukai