Di susun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Akhir kata, sekiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi
pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta memahami tentang
Pemaknaan Dan Pengamalan Nilai – Nilai Yang Terkandung Dalam Sila
Pancasila Dalam Konteks Penegakan Hukum.
Penyusun
i
DATAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
b. Pancasila mengintegrasikan negara hukum yang menekankan
pada civil law, dan kepastian hukum serta konsepsi negara hukum
the rule of law, yang menekankan pada common law, dan rasa
keadilan.
c. Pancasila menerima hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat
(law as tool of social engineering) sekaligus hukum sebagai
cermin rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat (living law).
d. Pancasila menganut paham religious nation state, tidak menganut
atau mengendalikan suatu agama tertentu (karena bukan Negara
agama), tetapi juga bukan tanpa agama (karena bukan negara
sekuler). Disini negara harus melindungi dan membina semua
pemeluk agama tanpa diskriminasi berdasarkan pertimbangan
mayoritas dan minoritas.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada
keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya
supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan upaya pemenuhan
rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa Negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang
beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung
nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang
didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesame manusia, maupun terhadap lingkungannya.
5
tunggal ika. Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku,
ras, individu maupun golongan agama. Negara memberikan
kebebasan atas hak-hak setiap individu masyarakatuntuk
merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang
bersifat integral. Hak-hak individu yang dijadikan inti sila ketiga
dalam persatuan Indonesia terjamin oleh hukum dalam UUD 1945.
Kaelan dalam filsafat pancasila menerangkan bahwa ke sila
ketiga pancasila yakni, persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam
berbagai peraturan perundangan-undangan, lembaga dan konsep
wawasan. Pembukaann UUD 1945 alinea IV, yang menerangkan
bahwa Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasarkan atas kesatuan Indonesia. Persatuan
Indonesia, menjadi dasar asas legalitas hukum acara pidana yang
bersifat nasional, bukan kedaerahan Prof. Barda Nawawi Arief
mengatakan bahwa rumusan asas legalitas berasal dari peninggalan
belanda dan dikenal sebagai asas legalitas formil. Asas legalistas
adalah asas tentang sumber hukum, khususnya dibidang hukum
pidana, yang menyatakan sumber hukum pidana adalah undang-
undang. Rumusan formulasi asas legalitas bila dilihat dari system
hukum nasional maka jelas tidak sesuai maupun harmonis. System
hukum nasional mengakui hukum yang tidak tertulis sebagai salah
satu sumber hukum. Hal ini bisa menjadikan salah satu alasan untuk
melakukan pembaharuan.
2.4 Nilai Kerkayatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
6
perkara tindak pidana merupakan tempat memecahkan permasalahan
yang berlandaskan asas-asas saling menguntungkan hingga saat ini
memang kurang soluinya dan terlaksana secara bagus, karena terdapat
doktrin pidana menyebut, karakter pidana tidak dihapus dan oleh
karenanya kasus masih diproses meskipun sudah diupayakan damai
dan penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana dewasa ini
selalu bersifat pembalasan (retributif) dan utilitarian atau
memperbaiki (rehabilitatif) berdasarkan asas-asas yang tercantum
pada KUHP Indonesia, yang merupakan warisan hukum kolonial
Belanda yang didasarkan kepada nilai individualisme, tidak
berkeadilan atau “obsolete and unjustice” dan tidak “update” serta
tidak selaras atas fakta “outmoded and unreal”, sebab tidak disasari
atas kepercayaan tradisional, budaya, kebiasaan masyarakat Indonesia
yang mengikuti prinsip musyawarah mufakat dalam penyelesaian
berbagai permasalahan.
7
Penetapan Pancasila menjadi “staatsfundamentalnorm”
mengakibatkan penyusunan hukum, pelaksanaan serta
implementasinya tidak terlepas dari yang terkandung pada Pancasila.
Pancasila berlaku dasar kebijakan hukum pidana dari pembentukan
tata hukum pidana Indonesia mempertegas sila ke-4 point 1 serta point
4 yang berpandangan masalah pidana sebaiknya dengan
mengutamakan permusyawarahan dan pemufakatan bagi negara serta
publik. Jadi, seharusnya penggunaan hukum pidana sebagai “ultimum
remedium/the last resort” benat-benar sebagai “upaya terakhir”
setelah upaya penyelesaian dengan musyawarah untuk mufakat tidak
bisa mencapai kesepakatan. Kondisi ini penting karena tujuan utama
atas kebijaksanaan hukum pidana merupakan pemberian
perlindungan dari social defence (masyarakat) akan tercapainya social
welfare (masyarakat sejahtera). Tujuan ini sulit dicapai bila kebijakan
hukum pidana di Indonesia masih menganut sistem pemidanaan
penjara sebagai tujuan akhir dari hukum pidana.
8
beberapa kasus yang telah terjadi yang tidak sesuai dengan sila kelima
yakni ketidak adilan. Ini yang menjadi alasan bagi penulis untuk
mengomentari dan mengkritik penegakkan hukum di Negara
Indonesia yang terkadang mengandung kesan yang tidak sesuai
dengan sila-sila dalam pancasila. Memang dalam suatu pelanggaran
tentu sudah pasti mempunyai saksi hukum yang sesuai yang telah di
sahkan oleh undang-undang dan pancasila. Namun yang menjadi
masalahnya adalah dalam penegakkan hukum tersebut apakah sesuai
dengan aturan yang telah ada atau apakah hukum atau peraturannya
sudah diterapkan sesuai dengan pelanggaran yang terjadi, baik itu
pelanggaran ringan ataupun pelanggaran berat.
9
merupakan suatu titik yang penting dan paling utama dalam sebuah
penegakkan hukum. Karena jika keadilan membela yang salah karena
mempunyai hubungan khusus atau mempunyai jaringan tertentu maka
bukan keadilan namanya melainkan kekeliruan yang melanggar
hukum keadilan yang akan berdampak negatif. Karena pada
prinsipnya peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat
supaya tidak adanya konflik yang merugikan orang lain dan menjaga
kondisi atau hubungan sosial antar masyarakat dan umat beragama
supaya tidak saling menimbulkan konflik yang merugikan negara
ataupun pihak tertentu. Keadilan tentu sudah menjadi harapan setiap
orang karena dengan adanya keadilan akan terciptanya suasana yang
rukun dan damai serta dengan menaati peraturan yang telah berlaku
tentu akan terhindar dari konflik yang tidak diinginkan. Untuk itu
penegakkan hukum harus adil dan harus sesuai dengan peraturan yang
telah berlaku. Dalam penegakkan hukum harus memperhatikan
keadilan dan harus melihat seberapa berat pelanggaran yang
dilakukan dan setelah mengetahui pelanggaran yang dilakukan maka
diputuskan hukuman yang sesuai dengan pelaganggaran tersebut.
Dalam hal ini tentu oknum pelanggar aturan tersebut akan
mendapatkan sanksi yang sesui dengan pelanggaran yang dilakukan
dan tentu itu akan merasa adil. Namun sering kali terjadi bahwa dalam
penegakkan hukum sipenegak hukum tidak melihat prosedur hukum
yang berlaku, melainkan melihat keuntungan yang menguntungkan
pribadi atau orang tertentu dan menjatuhkan yang lemah. Kasus
seperti ini sering terjadi dikalangan kaum yang bersandal jepit atau
kaum miskin.
10
sudah menjadi inti atau sudah menjadi hal yang paling mendasar
karena hukum itu sendiri membela yang benar dan memberikan
keadilan bagi setiap orang serta memberikan kebebasan bagi setiap
orang yang telah diatur dalam aturan perundang-undangan. Hal inilah
yang harus diperhatikan bagi para penegak hukum bahwa harus
bersikap adil dan menjunjung keadilan guna untuk menciptakan
suasana yang rukun dan damai yang terhindar dari konflik yang
merugikan. Negara Indonesia adalah negara hukum jadi sudah
sepatutnya hukum ditegakkan dan dijalankan sesuai dengan prosedur
yang ada. Hukum harus lebih tegas dan lebih adil lagi untuk para
pelanggar hukum. Dalam penegakkan hukum harus mementingkan
keadilan bukan mementingkan pribadi atau orang tertentu karena
mungkin memiliki hubungan atau kedekatan, melainkan menegakkan
hukum sesuai dengan peratuan yang berlaku dan mengikuti prosedur
hukum yang berlaku. Karena setiap warga negara Indonesia pasti
menginginkan keadilan dan menginginkan keadilan ditegakkan
setegak-tegaknya supaya tercipta kemakmuran dan ketentraman antar
warga negara Indonesia.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
merupakan rohnya hukum. Reformasi hukum haruslah melihat
kembali padatatanan moralitas yang hidup, tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Suara-suara rakyat dari bawah haruslah sudah
tiba waktunya untuk disahuti, dengan merumuskan berbagai
kebijakan yang dituangkan dalam produk pembangunan hukum.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14