Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

ASAS-ASAS KESADARAN HUKUM DALAM


PEMBENTUKAN DAN PENGENDALIAN MASYRAKAT

Disusun Oleh: Kelompok 10

Nurma Harana Mora Siregar (1910100006)


Wita Sari Wahyuni Hasibuan (1910100009)

Dosen Pengampu:

Risalan Basri Harahap, S.H.I., M.A.

PRODI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN

T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukurkehadirat Allah SWT yanng telah memberikan rahmat dan


hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Asas-asas Kesadaran Hukum dalam Pembentukan dan Pengendalian
Masyarakat ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah kami ini adalah untuk
memenuhi tugas Bapak Risalan Basri Harahap, S.H.I., M.A. pada mata kuliah
Sosiologi Hukum. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
waawasan tentang Asas-asas Kesadaran Hukum dalam Pembentukan dan
Pengendalian Masyarakat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kai tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, 01 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakanag Masalah.................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
BAB II PEMBAHSAN...................................................................................3
A. Asas-asas Yang Melingkupi Hukum Indonesia...............................3
B. Kesadaran Hukum Sebagai Landasan Untuk Memperbaiki Sistem
Hukum
..........................................................................................................
7
C. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kesadaran
Hukum Masyarakat dan Pemerintah...............................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................12
B. Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesadaran dapat diartikan adanya tekad untuk terlibat secara efektif
terhadap suatu tujuan yang mengarah ke arti conscious. Kesadaran disini perlu
diberi penegasan, bukan tanpa maksud dan bukan hanya menyangkut masalah
kognitif tetapi menyangkut realitas perilaku dalam kehidupan di masyarakat.
Menyangkut perilaku secara formal dalam wujud lahiriahnya sebagaimana
dituliskan dalam undang-undang, kesadaran perlu ada tindak lanjut yakni
penuntasan ke dalam ranah afektif.
Dalam aspeknya yang bersifat afektif penanaman nilai-nilai sosial dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sangat mempengaruhi proses
perkembangannya. Di lingkungan keluarga orang tua telah menetapkan standar
perilaku yang bertujuan membawa dampak positif bagi anak-anaknya kelak.
Standar perilaku tersebut harus dibangun sejak awal dan anak akan melihat
realitas di masyarakat mengenai apa yang dipelajarinya.
Selanjutnya setelah kesadaran hukum dapat dibangun maka akan tumbuh
ketaatan terhadap hukum yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan terhadap suatu
peraturan yang menjadi undang-undang berdasarkan kekuatan yang bersifat
mengatur, mengikat dan memaksa. Kekuatan yang berisifat mengatur akan
membuat seseorang terdidik dalam suatu kerangka hukum. Sedangkan
kekuatan yang bersifat memaksa akan membuat jera karena ia akan mendapat
sanksi yang tegas.
Akan timbul pertanyaan apakah kejahatan akan reda jika sudah
diterapkan sanksi? seiring dengan perkembangannya adanya sanksi yang tegas
tidak sepenuhnya membuat orang sadar dan taat terhadap hukum. Untuk itu
perlu adanya penelaahan secara cermat mengenai kondisi-kondisi objektif yang
ada dimasyarakat. Kondisi internal warga masyarakat baik yang berisifat
psikologis maupun kultural tidak dapat diabaikan. Subjektifitas dalam bentuk
kesedian warga untuk menaati hukum tanpa dipaksa, ternyata juga menjadi

1
suatu prasyarat terealisasinya undang-undang secara siginifikan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas kesadaran hukum di Indonesia?
2. Bagaimana meningkatkan kesadaran hukum di masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sosiologi Hukum dan untuk
menambah wawasan tentang Asas-asas kesadaran hukum dalam pembentukan
dan pengendalian masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas-asas Yang Melingkupi Sistem Hukum Indonesia


Berdasarkan ketentuan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) tujuan
pembangunan adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkanPancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. GBHN 1993 menyebutkan bahwa sistem hukum nasional adalah sistem
hukum yang mendukung dan bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Di dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa :“Pembangunan Hukum
diarahkan pada makin terwujudnya sistem hukum nasional yang bersumber
pada Pancasila dan UUD 1945 yang mencakup pembangunan ateri hukum,
aparatur hukum serta sarana dan prasarana hukum dalam rangka pembangunan
Negara hukum untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan
tentram. Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaharuan hukum
dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku yang
mencakup upaya untuk meningkatkan kesdaran hukum, kepastian hukum,
perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ….”.1
Dengan demikian dalam pembangunan hukum diharapkan terwujudnya
sistem hukum nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menggantikan
sistem hukum dari masa Hindia Belanda karena masih banyak peraturan dari
masa itu yang masih berlaku setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya.
Hukum nasional Indonesia adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
kehidupan manusia dalam wilayah hukum Indonesia.
Sistem hukum Indonesia berdasarkan kedekatan sejarahnya adalah
menganut Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civillaw). Pada sistem hukum ini
dititik beratkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (hukum

1 Baso Madiong, Sosiologi Hukum, (Makassaar: CV. Sah Media, 2014), hlm. 88.

3
positip). Hukum positip Indonesia adalah keseluruhan asas dan kaidah-kaidah
berdasarkan keadilan yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakat,
yaitu berupa hubungan antar manusia, hubungan antar manusia dengan
masyarakat dan sebaliknya hubungan masyarakat dengan manusia anggota
masyarakat itu. Dengan lain perkataan, maka hukum positif adalah sistem atau
tatanan hukum dan asas-asas berdasarkan keadilan yang mengatur kehidupan
manusia di masyarakat.
1. Asas Idiil
Falsafah Negara, Pancasila adalah jiwa, pandangan hidup dan dasar
Negara Republik Indonesia.Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum yang berlaku diIndonesia. Pandangan
hidup adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya.
Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Hal ini berarti dengan
berpedoman kepada pandangan hidup itu bangsa tersebut akan memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapinya untuk memelihara identitasnya,
eksistensinya, dan kelestariannya. Pancasila sebagai jiwa, pandangan hidup
atau dasar Negara, bersifat abstrak dan dijabarkan ke dalam batang tubuh
UUD 1945. 2
Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang
seharusnya dikonkretisasi ke dalam aturan-aturan hukum positip. Melalui
penjelmaan ke dalam aturan-aturan hukum positip, Pancasila menyentuh
kehidupan yang nyata. Di dalam penjelasan Ketetapan tentang P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) tersebut ditunjuk asas-asas yang
perlu dihayati dan diamalkan, yang merupakan pula asas-asas yang perlu
diperhatikan dalam sistem hukum nasional. Asas-asas itu terkandung dalam
sila-sila Pancasila, yaitu Sila Ketuhanan YangMaha Esa, Sia Kemanusiaan

2 Rianto Adi, Sosiologi Hukum, ( Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), hlm.
86.

4
Yang adil dan Beradab, Sila Persatuan Indonesia, Sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan,
dan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2. Asas Konstitusional (Struktural)
Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari pembukaan dan batang tubuh.
Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan filsafah dari Negara Republik
Indonesia, sedangkan batang tubuh merupakan sumber-sumber hukum
tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia (landasan yuridisnya).
Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan langsung dengan batang-
batang tubuh UUD 1945 itu. Hubungan langsung itu berarti keduanya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pokok- pokok pikiran yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945
itu, keduanya mempunyai hubungan yang fungsional. Jikalau dikaji UUD
1945 ditemukan asas-asas yang relevan dengan hukum perdata,
yaitu :“Asas-asas hukum : asas kesatuan dan persatuan, asas Negara hukum,
asas persamaan, asas keadilan,asas kerakyatan, asas kemanusiaan, asas
kekeluargaan, asas keseimbangan, asas kebebasan yang bertanggung jawab,
asas demokrasi ekonomi, asas bhinneka tunggal ika, asas kepentingan
nasional, asas kepastian hukum.”
3. Asas Politik
Asas-asas ini bersifat abstrak (umum kolektip) oleh karena sudah
menjelma di dalam hukum positip, dalam hal ini Hukum Dasar yang tertulis.
Di dalam berbagai-bagai Ketetapan MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat) ditemukan kemauan politik tentang asas-asas yang perlu
diperhatikan dalam bidang hukum perdata, seperti Ketetapan MPR II Tahun
1960. Dalam Tap MPR No.IV Tahun 1978, GBHN hasil Tap ini memuat
strategi pembangunan nasional.
Ditentukan bahwa asas-asas pembangunan nasional adalah :“Asas
manfaat, asas usaha bersama dan kekeluargaan, asas demokrasi, asas adil
dan merata, asas peri kehidupan dalam keseimbangan, asas kesadaran
hukum, asas kepercayaan pada diri sendiri, asas wawasan nusantara. Asas-

5
asas yang merupakan sendi Hukum Nasional yang dirumuskan di atas
disana-sini menunjukkan ulangan dan secara langsung merupakan asas-asas
pula dalam Hukum Perdata Nasional.
Penjelasan dari asas-asas itu adalah sebagai berikut : Asas manfaat,
ialah bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat dan bagi pengembangan pribadi warga negara.
Asas usaha bersama dan kekeluargaan, ialah bahwa usaha mencapai
cita-cita dan aspirasi bangsa harus merupakan usaha bersama dari bangsa
dan seluruh rakyat yang dilakukan secara gotong-royong dan dijiwai oleh
semangat kekeluargaan.
Asas demokrasi, ialah demokrasi berdasarkan Pancasila yang meliputi
bidang-bidang politik,sosial, dan ekonomi serta yang dalam penyelesaian
masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempuh jalan
permusyawaratan untuk mencapai mufakat.3
Asas adil dan merata, ialah bahwa hasil-hasil material dan spiritual
yang dicapai dalam pembangunan harus dapat dinikmati merata oleh seluruh
bangsa dan bahwa tiap-tiap warga negara berhak menikmati hasil-hasil
pembangunan yang layak diperlukan bagi kemanusiaan dan sesuai dengan
nilaidharma baktinya yang diberikannya kepada bangsa dan negara.
Asas perikehidupan dalam keseimbangan, ialah keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan, yaitu antara kepentingan keduniaan dan akhirat,
antara kepentingan material dan spiritual, antara kepentingan jiwa dan raga,
antara kepentingan individu dan masyarakat, antara kepentingan
perikehidupan darat, laut dan udara, serta kepentingan nasional dan
internasional.
Asas kesadaran hukum, ialah bahwa tiap warga negara Indonesia
harus selalu sadar dan taatkepda hukum dan mewajibkan Negara
menegakkan dan menjamin kepastian hukum.

3 Ateng Hermawan Usman, Kesadaran Hukum Masyaraka dan Pemerintahan Sebagai


Faktor Tegaknya Negara Hukum di Indonesia, Jurnal Wawasan Hukum, Volume. 30, No. 1,
( Februari, 2014), 37.

6
Asas kepercayaan pada diri sendiri, yaitu bahwa pembangunan
nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian bangsa.
Asas wawasan nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu
kesatuan pertahanan dan keamanan. Dalam pengertian kesatuan politik
tercakup pengertian bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan satu
kesatuan hukum, hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi pada
kepentingan nasional.
B. Kesadaran Hukum Sebagai Landasan Untuk Memperbaiki Sistem
Hukum
Bicara tentang kesadaran hukum pada hakikatnya adalah bicara tentang
manusia secara umum, bukan bicara tentang manusia dalam lingkungan
tertentu atau manusia dalam profesi tertentu seperti hakim, jaksa, polisi dan
sebagainya. Manusia sejak dilahirkan sampai meninggal dari dulu sampai
sekarang, dimana- mana selalu mempunyai kepentingan. 4
Kepentingan adalah suatu tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi.
Sewaktu masih kecil ia butuh kasih sayang ibu, butuh minum, makan dan
pakaian. Beranjak besar ia butuh bermain-main dengan manusia lain. Lebih
besar lagi butuh sekolah, bekerja mencari mata pencaharian, berkeluarga dan
sampai pada saat meninggalnya ia mempunyai kepentingan. Semua itu
merupakan kepentingan-kepentingan manusia yang diharapkan dipenuhi. Akan
tetapi kenyataannya sepanjang sejarah, dimana-mana kepentingan manusia itu
selalu diancam atau diganggu oleh bahaya yang ada di sekelilingnya.
Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu diganggu oleh sesama
manusia: pencurian, penipuan, perkosaan, perzinaan, pembunuhan atau oleh
binatang buas, atau bencana alam seperti tsunami, lumpur panas atau taufan
tiada hentinya.Maka oleh karena itu manusia menginginkan adanya
perlindungan kepentingan-kepentingannya terhadap ancaman-ancaman bahaya

4Ateng Hermawan Usman, Kesadaran Hukum Masyaraka dan Pemerintahan Sebagai


Faktor Tegaknya Negara Hukum di Indonesia, Jurnal Wawasan Hukum, Volume. 30, No. 1,
( Februari, 2014), 39.

7
sepanjang masa. Perlindungan kepentingan terhadap bahaya-bahaya di
sekelilingnya itu terpenuhi dengan terciptanya antara lain kaidah (peraturan)
hukum.
Dengan terciptanya kaidah hukum itu manusia merasa lebih terlindungi
terhadap ancaman bahaya dikelilingnya. Jadi, fungsi kaidah hukum itu
melindungi kepentingan manusia dan sesamanya (masyarakat). Meskipun
demikian bahaya akan selalu mengancam kepentingannya. Manusia sadar dan
yakin bahwa kaedah hukum itu untuk melindungi kepentingan manusia dan
sesamanya terhadap ancaman bahaya di sekelilingnya.
Oleh karena itu setiap manusia mengharapkan agar hukum dilaksanakan
dan dihayati oleh semua manusia agar kepentingannya dan kepentingan
masyarakat terlindungi terhadap bahaya yang ada di sekelilingnya. Dengan
demikian maka kesadaran hukum adalah kesadaran bahwa hukum itu
melindungi kepentingan manusia dan oleh karena itu harus dilaksanakan serta
pelanggarnya akan terkena sanksi. Pada hakikatnya kesadaran hukum adalah
kesadaran akan adanya atau terjadinya“kebatilan” atau“onrecht”, tentang apa
hukum itu atau apa seharusnya hukum itu. Kesadaran hukum adalah
sumbersegala hukum.
Dengan perkataan lain kesadaran hukum itu ada pada setiap manusia,
karena setiap manusia berkepentingan kalau hukum itu dilaksanakan, dihayati
karena dengan demikian kepentingannya akan terlindungi. Kalau hukum itu
dilaksanakan atau dihayati, tidak dilanggar, maka kepentingan saya,
kepentingan orang lain, kepentingan masyarakat terlindungi.
Dengan demikian kesadaran hukum bukan monopoli dari sarjana hukum
saja, bukan hanya harus dimiliki oleh hakim, jaksa dan polisi saja, tetapi pada
dasarnya ada pada diri setiap manusia baik ia terpelajar maupun tidak.

C. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kesadaran


Hukum Masyarakat dan Pemerintah Sehingga Penegakan Prinsip-Prinsip
Negara Hukum Dapat Berjalan

8
Pada umumnya orang berpendapat bahwa kesadaran warga masyarakat
terhadap hukum yang tinggi mengakibatkan parawarga masyarakat mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebaliknya apabila
kesadaran warga masyarakat terhadap hukum rendah, maka derajat
kepatuhannya juga rendah. Pernyataan yang demikian berkaitan dengan fungsi
hukum dalam masyarakat.5
Peningkatan kesadaran seyogianya dilakukan melalui penerangan dan
penyuluhan hukum yang teratur atas dasar perencanaan yang mantap.
Penyuluhan hukum bertujuan agar warga masyarakat mengetahui dan
memahami hukum-hukum tertentu. Penerangan dan penyuluhan hukum harus
disesuaikan dengan masalah-masalah hukum yang ada dalam masyarakat
padasuatu waktu yang menjadi sasaran penyuluhan hukum. Disisi lain bahwa
kondisi penegak hokum di Indonesia yang sangat lemah menjadi sumber utama
konflik dan kekerasan di berbagai daerah Indonesia.
Apa yang terjadi di Sampit, Maluku, dan Poso misalnya, merupakan
refleksi dari miskinnya kreativitas sosial dalam menyelesaikan konflik diantara
mereka. Sekalipun telah dikenal adanya kearifan tradisional untuk
meneyelesaikan konflik, seperti prinsip sintuvu maroso padapenduduk yang
mendiami Poso atau prinsip kita semua basaudara pada masyarakat Poso.
Kesadaran perilakusosial serta struktur sosial yang dikenalinya hanya
menyediakan kekerasan sebagai cara yang efektif untuk menyelesaikan
konflik. Model-model rekonsiliasi, negosiasi, atau mediasi yang umumnya
tersedia dalam khazanah tradisi sebagai bentuk kearifan lokal menjadi tumpul
dan tidak dikenali dengan baik sehingga sulit untuk dipraktekkan kembali
secara utuh.
Perilaku kekerasan justru dihidupkan kembali oleh berbaga aturan dan
praktek hukum negara yang mengenalkan kembali pola-pola kekerasan sebagai
cara penyelesaian konflik. Aturan hukum yang disuplai oleh Negara telah
menghancurkan kesadaran dan norma-norma sosial masyarakat local yang

5 Budi Pramono, Sosiologi Hukum, (Surabya: Media Pustaka, 2020), hlm. 42.

9
selama bertahun-tahun telah berhasil mempertahankan tatanan sosial diantara
mereka.
Semuanya itu telah menghilangkan kapasitas dan kreativitas sosial yang
mereka miliki pada saat harus berhadapan dengan konflik yang setiap saat
dapat timbul dalam kehidupan sosial mereka. Mereka hanya mengenal
kekerasan sebagai satu-satunya cara yang disuplai dan dilembagakan oleh
berbagai aturan dan praktek hokum negara. Dalam kondisi seperti ini, tidak
sepenuhnya dapat disalahkan bila mereka menggunakan kekerasan sebagai cara
penyelesaian konflik.
Dalam hal ini yang terjadi bukan hanya karena adanya ketidakpercayaan
pada hukum dan aparat hukum, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu masyarakat
memang tidak terlatih untuk mengembangkan kreativitas sosial dan imajinasi
hukum dalam menyelesaikan berbagai konflik yang dihadapinya selain dengan
jalan kekerasan. Demokrasi adalah menyangkut kesadaran, perilaku, dan
struktur sosial yang relatif mapan, sehingga pembaruan terhadap hukum yang
harus dilakukan oleh bangsa Indonesia akan membutuhkan waktu yang relatif
lama.
Hal itu, masalahnya bukan saja menyangkut produk-produk hukum
berupa perundang-undangan, kebijakan administrasi atau putusan hakim,
tetapi menyangkut pula kesadaran hukum dan struktur sosial yang
menopangnya. Salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
hilangnya kapasitas dan kreativitas masyarakat dalam menyelesaikan konflik
ditengah mmasyarakat.
Masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah hilangnya kapasitas
dan kreativitas masyarakat dalam menyelesaikan konflik melalui cara damai
dan demokratis. Dalam hal ini. Pembaruan hukum harus dilakukan untuk
melembagakan prosedur demokratis sebagai pola pengaturan, pengambilan
keputusan, dan penyelesaian konflik dil tengah masyarakat. Bangsa Indonesia
harus menjadikan hukum sebagai mekanisme bersama yang memungkinkan
adanya partisipasi masyarakat dalam setiap prosesnya. Dalam hal ini hukum
tidak lagi semata-mata dilihat sebagai norma atau aturan belaka, melainkan

10
lebih jauh dan itu sebagai mekanisme pragmatik untuk menyelesaikan konflik
secara damai.6
Oleh karena itu hukum harus terbuka pada kemungkinan adanya self-
regulation atau sosial perjanjian baru di tengah masyarakat sebagai cara untuk
Menghidupkan kembali kapasitas, kreativitas masyarakat dalam mengatur
dalam menyelesaikan konflik dengan damai.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum nasional Indonesia adalah ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur kehidupan manusia dalam wilayah hukum Indonesia. Dalam
kehidupannya manusia memiliki kepentingan dimana kepentingan manusia itu
selalu diancam atau diganggu oleh bahaya yang ada disekelilingnya.
Kesdaran hukum merupakan cara pandang masyarakat terhadap hukum
itu, apa yangng seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Pada hakikatnya
kesadaran hukum bukanlah kesadaran akan hukum, tetapi terutama adalah
kesadaran akan adanya atau terjadinya “tidak hukum” atau “onrecht”.
Terdapat empat indikator kesadaran hukum, yang masing-masing
merupakan suatu tahapan berikutnya, yaitu : pengetahuan hukum, pemahaman
hukum, sikap hukum, dan pola prilaku hokum.
B. Saran

6 Ibid, hlm. 50.

11
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan kepada pembaca agar lebih
memahami mengenai asas-asas kesadaran hukum dalam pembentukan dan
pengendalian masyaraakat.

Daftar Pustaka

Adi Rianto. Sosiologi Hukum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2012.
Ateng Hermawan Usman. 2014. Kesadaran Hukum Masyaraka dan Pemerintahan
Sebagai Faktor Tegaknya Negara Hukum di Indonesia. Jurnal Wawasan
Hukum. Volume. 30. No.1. 37.
Madiong Baso. Sosiologi Hukum. Makassaar: CV. Sah Media. 2014.
Pramono, Budi. Sosisologi Hukum. Surabaya: Media Pustaka. 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai