Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

DISUSUN OLEH:

Nama : Mona Tarisa


NPM : 214020014
Mata Kuliah : Hukum Tata Negara Lanjutan

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta

inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Inovasi

Pendidikan dengan judul “Inovasi Pendidikan Melalui SKB 3 Menteri.”

Makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya oleh seluruh anggota kelompok serta

mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis

dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat

memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah dapat memberikan manfaat maupun

inspirasi untuk pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Maret 2023

Mona Tarisa
214020014

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3. Tujuan Makalah.................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3


2.1. Sejarah Berdirinya Polri di Indonesia ................................................................ 3
2.1.1. Awal Terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia ................. 3
2.1.2. Dasar Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia ........................... 4
2.1.3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia ............. 5
2.2. Perekrutan Aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia................................ 6
2.2.1. Dasar Penerimaan Calon Anggota Polri ................................................. 6
2.2.2. Perencanaan dan Tahapan Penerimaan Calon Anggota Polri ................ 7
2.3. Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sebagai Lembaga
Independen ..................................................................................................................... 9
2.3.1. Dasar Kedudukan Polri Menurut Undang-Undang ................................ 9
2.3.2. Fungsi Kedudukan Polri ....................................................................... 10

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 12


3.1. Kesimpulan....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Polri merupakan organisasi negara

yang bertugas untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh Indonesia. Polri

awalnya merupakan bagian dari ABRI atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada era

orde baru, namun saat ini Polri menjadi suatu institusi sipil di bawah perintah Presiden

Republik Indonesia.

Aparat kepolisian di Indonesia memiliki tugas dan peran yang secara umum sama

seperti kepolisian pada negara lain, tentunya untuk menjamin keamanan dan ketertiban

masyarakat. Aparat kepolisian memiliki wewenang melaksanakan tugas yaitu mengamankan

suatu tindak pidana seperti hal yang mengganggu ketertiban, kekerasan, kriminalitas,

demonstran, hingga mafia. Bahkan kepolisian memiliki akses khusus seluruh data keamanan

negara agar dapat memberikan keamanan dan kepercayaan terhadap masyarakatnya.

Di Indonesia Polri memiliki sejarah yang panjang, berawal dari kemerdekaan,

mengantisipasi pemberontakan daerah, melakukan operasi mata-mata, melawan terorisme,

hingga banyak kasus besar yang telah ditangani oleh Polri. Banyak pula tokoh-tokoh penting

dari institusi Polri yang menjadi nama besar dan dikenang oleh masyarakat karena citranya

yang sangat terkenal seperti Jenderal Hoegeng dan Komjen Moh. Jasin pada masa lampau.

Sekarang ini terdapat banyak aparat dari Polri yang dikenal oleh masyarakat seperti

Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Jenderal Idham Azis, Kombes Krishna Murti, dan lain

sebagainya. Namun, banyak pula aparat Polri yang memiliki citra buruk karena melakukan

tindak kriminal dan melanggar peraturan yang telah dibuat oleh Polri, sebut saja kasus Ferdy

Sambo yang sangat luar biasa karena melibatkan internal institusi Polri dan kasus narkoba oleh

Irjen Teddy Minahasa.


1
Meskipun Polri merupakan pihak yang berwenang mengatur keamanan negara

Indonesia, ternyata tidak sedikit kasus pidana yang dilakukan oleh aparat Polri itu sendiri.

Pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik, melakukan kriminalitas, hingga

tindak pidana sepatutnya mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan yang

dilakukannya. Namun hal ini tentu menyebabkan citra Polri di masyarakat menurun, hal ini

senada seperti yang telah diucapkan oleh Presiden Joko Widodo yang mengatakan bahwa

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap polisi menurun.

Untuk itu kedudukan Polri sebagai instansi keamanan masih diragukan, sebab

kriminalitas masih tinggi. Tentu masyarakat sangat menginginkan Polri yang memiliki wibawa

yang tinggi dan loyal terhadap negara tanpa melakukan kejahatan seperti pelaku kriminal.

Institusi Polri sendiri saat ini sedang berbenah untuk memperbaiki fundamental internalnya

agar senantiasa mengayomi masyarakat dan dapat mengembalikan rasa kepercayaan yang

tinggi oleh masyarakat Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dijelaskan, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Jelaskan sejarah berdirinya Polri di negara Indonesia?

2. Siapa saja yang bisa menjabat sebagai Polri?

3. Bagaimana kedudukan Polri sebagai lembaga independen?

1.3. Tujuan Makalah

Dari rumusan masalah di atas, maka disusunlah tujuan makalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Polri di negara Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana perekrutan aparat kepolisian di negara Indonesia.

3. Untuk mengetahui kedudukan Polri sebagai salah satu lembaga independen di

Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Berdirinya Polri di Indonesia

2.1.1. Awal Terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan kepolisian nasional negara

Indonesia yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri didirikan sejak awal

kemerdekaan Indonesia untuk mengamankan serta membersihkan senjata sisa-sisa tentara

Jepang yang pada saat itu telah menyerah. Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan

Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya

bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan operasional bertanggung jawab kepada

Jaksa Agung.

Sejak tanggal 1 Juli 1946 kepolisian ditetapkan oleh pemerintah untuk bertanggung

jawab langsung kepada Perdana Menteri. Kemudian tanggal 1 Juli diperingati sebagai Hari

Bhayangkara kepolisian di Indonesia. Namun seiring berkembangnya keamanan negara, pada

Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1 tanggal 4 Februari 1948 yang menetapkan

bahwa Polri dipimpin langsung oleh presiden dan wakil presiden dalam kedudukan sebagai

perdana menteri dan wakil perdana menteri negara Indonesia.

Sejak awal kemerdekaan hingga awal era 1950an, Polri belum memiliki kantor utama

sehingga pada masa itu kantor Polri di Jakarta memakai kantor bekas masa Belanda yaitu

Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian

pemerintah merencanakan pendirian kantor sendiri di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang

menjadi Markas Besar Kepolisian hingga sekarang.

3
2.1.2. Dasar Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia

Polisi merupakan alat negara yang mempunyai tugas utama menjaga keamanan dan

ketertiban masyarakat. Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia

(POLRI) merupakan lembaga eksekutif dalam hal menjaga keamanan Negara, serta alat negara

yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum,

serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Adapun tugas pokok Polri berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Kepolisian adalah

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu tugas Polisi dalam

menjalankan perannya dalam masyarakat adalah sebagai penyidik. Hal ini berdasarkan

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Kepolisian diberi wewenang dalam hal melaksanakan tugas sebagai penyelidik dan penyidik.

Dalam melaksanakan tugas di lapangan, aparat kepolisian sering kali harus berhadapan

dengan situasi, kondisi, atau permasalahan yang mendesak, sehingga perlu menunggunakan

kekuatan. Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia No. 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.

Peraturan tersebut dikeluarkan sebagai pedoman bagi anggota Kepolisian dalam penggunaan

kekuatan di lapangan, sehingga pelaksanaan tugas tersebut dapat dilakukan dengan standar

cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan.

Adapun prinsip-prinsip penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian diatur dalam

Pasal 3 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 1 Tahun 2009 meliputi:

1. Prinsip legalitas, yang berarti bahwa semua tindakan kepolisian harus sesuai dengan

hukum yang berlaku.

4
2. Prinsip nesesitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila

memang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi.

3. Prinsip proporsionalitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan harus dilaksanakan

secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon

anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang

berlebihan.

4. Prinsip kewajiban umum, yang berarti bahwa anggota Polri diberi kewenangan untuk

bertindak atau tidak bertindak menurut penilaian sendiri, untuk menjaga, memelihara

ketertiban dan menjamin keselamatan umum.

5. Prinsip preventif, yang berarti bahwa tindakan kepolisian mengutamakan pencegahan.

6. Prinsip masuk akal (reasonable), yang berarti bahwa tindakan kepolisian diambil

dengan mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi dari ancaman atau

perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas atau bahayanya terhadap masyarakat.

Dalam menjalankan tugas sebagai seorang penyidik maupun penyelidik, Polisi yang

telah mendapatkan izin dapat pula diperlengkapi dengan penggunaan senjata api. Namun

sebagaimana disebutkan dalam konsiderans Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia No. 1 Tahun 2009 dinyatakan bahwa:

“Pelaksanaan penggunaan kekuatan (termasuk senjata api: tambahan dari Penulis)

dalam tindakan kepolisian harus dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan

aturan hukum, selaras dengan kewajiban hukum dan tetap menghormati atau

menjunjung tinggi hak asasi manusia.”

2.1.3. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13:

5
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2. Menegakkan hukum.

3. Memberikan perlindungan, penganyoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Tugas pokok kepolisian dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 13 tersebut

dapat diperinci dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam Pasal 14 ayat (1) merupakan tugas kepolisian

yang secara umum diatur ke dalam undang-undang. Dalam perkembangannya diharapkan

tugas kepolisian ini dapat mengantisipasi era globalisasi yang berkembang dan tentunya

kejahatan yang kian marak. Sehingga kepolisian dituntut harus lebih profesional dalam

melaksanakan tugasnya, salah satunya yakni dalam menangani kejahatan dibidang minuman

keras yang akhir-akhir ini banyak memakan korban.

2.2. Perekrutan Aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia

2.2.1. Dasar Penerimaan Calon Anggota Polri

Polri dalam upaya memenuhi kebutuhan personel, khususnya yang berpangkat Bintara,

maka dilaksanakan proses seleksi Bintara Polri bertahap oleh Kapolri. Pada pelaksanaan

seleksi tersebut, Kapolri mendeligasikan kewenangan kepada Kapolda dan jajaran melalui

seleksi penerimaan Bintara Polri yang dilaksanakan masing - masing Kepolisian Daerah. Hal

ini dilakukan untuk memenuhi standar rasio jumlah personel Polri sesuai dengan DSP (Daftar

Susunan Personel) Polri seperti yang tercantum dalam peraturan Kapolri.

Syarat penerimaan calon anggota Polri telah diatur dalam Pasal 21 (1) Undang-Undang

No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi “Untuk

diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia seorang calon harus

memenuhi syarat sekurang-kurangnya sebagai berikut:

a. Warga negara Indonesia.

b. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6
c. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

d. Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat.

e. Berumur paling rendah 18 tahun.

f. Sehat jasmani dan rohani.

g. Tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan.

h. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.

i. Lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian.”

2.2.2. Perencanaan dan Tahapan Penerimaan Calon Anggota Polri

Pelaksanaan seleksi penerimaan Brigadir Polri tersebut disesuaikan dengan

berdasarkan anggaran yang ada. Dimana kegiatan rekrutmen ini di desain terintegrasi melalui

mekanisme rangkaian tahapan seleksi yang terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

1. Sosialisasi dan Kampanye

Sosialisasi dan kampanye dilaksanakan pada Tingkat Daerah (Polda) maupun pada

Tingkat Kewilayahan (Polres/Panbanrim) guna memberikan penerangan dan informasi

yang dilaksanakan secara terus menerus sepanjang tahun tentang proses kegiatan

rekrutmen anggota Polri disertai dengan penjelasan tata cara pendaftaran, persyaratan

maupun tahapan seleksi guna menarik minat dan meningkatkan animo masyarakat,

dengan sasaran kegiatan sosialisasi dan kampanye adalah seluruh lapisan masyarakat

baik diperkotaan dan pedesaan, pemuda pemudi putra daerah setempat yang sudah

lulus/tamat sekolah, pelajar SMA/MA/SMK,serta pada tempat keramaian/

berkumpulnya masyarakat.

7
2. Pendaftaran

Proses pendaftaran dilaksanakan secara langsung oleh pendaftar dengan alamat website

penerimaan anggota Polri alamat www.penerimaan.polri.go.id dan selanjutnya

pendaftar membawa bukti pendaftaran online ke Polres terdekat sebagai panitia

pembantu penerimaan (Panbanrim) dengan membawa persyaratan administrasi.

3. Tahapan Seleksi

Tahapan seleksi rekrutmen Bintara Polri di Polda Kalteng dilaksanakan pada Tingkat

Polres selaku Panitia Pembantu Penerimaan (Panbanrim) dan pada Tingkat Polda

selaku Panitia Daerah (Panda), tahapan seleksi yang dilaksanakan dengan mendasari

ketentuan yang telah ditetapkan dari Panitia Pusat/Mabes Polri dengan menggunakan

sistem gugur pada tiap tahapannya.

Berikutnya, terdapat peraturan yang dibuat untuk mengatur tentang penerimaan calon

anggota Polri yaitu Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2016 tentang Penerimaan Calon Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Salah satu

pasal yang menjelaskan tentang bagaimana perekrutan dijelaskan pada Pasal 2 yang berbunyi,

“Prinsip penerimaan Calon Anggota Polri meliputi:

a. Bersih, yaitu Penerimaan Calon Anggota Polri dilakukan secara obyektif, jujur, adil

dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

b. Transparan, yaitu Penerimaan Calon Anggota Polri dilakukan secara terbuka dengan

pengawasan pihak internal, eksternal dan membuka akses kepada publik.

c. Akuntabel, yaitu proses dan hasil Penerimaan Calon Anggota Polri dapat

dipertanggungjawabkan.

d. Humanis, yaitu Penerimaan Calon Anggota Polri dilakukan dengan sikap ramah,

santun, dan menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia.”

8
2.3. Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sebagai Lembaga Independen

2.3.1. Dasar Kedudukan Polri Menurut Undang-Undang

Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang memiliki peranan

penting dalam negara hukum. Kehidupan hukum sangat ditentukan oleh faktor struktur atau

lembaga hukum, disamping faktor-faktor lain, seperti faktor substansi hukum dan faktor kultur

hukum.

Di dalam Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pasar 3 disebutkan, bahwa organisasi Polri

disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Jenjang di tingkat pusat

disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Mabes Polri dan

ditingkat kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah disingkat Polda.

Di tingkat Polda, kepolisian memiliki jenjang kesatuan wilayah yang disingkat

Polwil/Polwiltabes, Polres/Polresta dan Polsek/Polsekta yang setiap jenjang atau tingkatan

memiliki unsur-unsur.

Dalam beberapat peraturan perundang-undangan, yakni pasal 30 ayat (4) UUD 1945,

pasal 6 ayat (1) Ketetapan MPR RI No.VII/MPR/2000, dan pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun

2002, bahwa kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjalankan

salah satu fungsi pemerintahan terutama di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat melalui pemberian perlindungan, pengayoman serta penegakan hukum.

Keluarnya Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 memberikan perubahan yang prinsip

bagi eksistensi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan sekaligus menegaskan perbedaan

peran kepolisian dengan tentara, disamping itu memisahkan secara tegas eksistensi lembaga

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri),

sehingga tidak ada lagi lembaga Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sebagai

9
wadah untuk mengintegrasikan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Polri).

Selain itu, dalam Keputusan Presiden No. 89 Tahun 2000 dirumuskan dalam pasal 1,

yang substansinya “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah

yangmempunyai tugas pokok menegakkan hukum, ketertiban umum dan memelihara

keamanan dalam negeri”. Keputusan Presiden dimaksud semakin menguatkan kedudukan

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan, yang dapat dimaknai

sebagai lembaga eksekutif atau pelaksana undang-undang.

2.3.2. Fungsi Kedudukan Polri

Salah satu fungsi pemerintahaan yang dimaksud dalam pasal 2 dikaitkan dengan

rumusan pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 yang mengandung makna yang sama

dengan tugas pokok kepolisian, sehingga fungsi kepolisian juga sebagai tugas pokok

kepolisian.

Dengan demikian, tugas pokok Kepolisian dapat dimaknai sebagai fungsi utama

kepolisian yang merupakan salah satu fungsi pemerintahan. Istilah pemerintah disini

mengandung arti sebagai organ/badan/alat perlengkapan negara yang diserahi pemerintahan,

yang salah satu tugas dan wewenangnya adalah memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat serta menyelenggarakan kepentingan umum.

Rumusan fungsi kepolisian dalam UUD 1945 ini memiliki dua makna, yakni fungsi

yang melekat sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, dan

tugas yang dijalankan, yakni melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan

hukum. Di dalam undang-undang dimaksud fungsi kepolisian diartikan sebagai tugas dan

wewenang, sehingga fungsi kepolisian yang dimaksud dalam pasal 2 Undang-undang No. 2

Tahun 2002 yang menyebutkan “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan

negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

10
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”, adalah merupakan tugas dan

wewenang kepolisian yang menjadi tanggungjawabnya secara kelembagaan.

Menurut Keppres No. 89 Tahun 2000, tugas pokok kepolisian dirumuskan sebagai

berikut:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Menegakkan hukum.

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Sedangkan tugas pokok kepolisian yang dirumuskan dalam Keputusan Presiden No. 89

Tahun 2000 meliputi: menegakkan hukum; ketertiban umum dan memelihara keamanan dalam

negeri. Luasnya lingkup tugas dan wewenang menyelenggarakan pemerintahan ini sejalan

dengan semakin luasnya tugas-tugas dan wewenang negara, yang dapat dikelompokkan, antara

lain:

a. Penyelenggaraan administrasi di bidang keamanan dan ketertiban umum.

b. Menyelenggarakan tata usaha pemerintahan mulai dari surat menyurat sampai kepada

dokumentasi dan lain-lain.

c. Menyelenggarakan administrasi negara di bidang pelayanan umum.

d. Menyelenggarakan administrasi negara di bidang kesejahteraan umum.

e. Dan lain-lain.

11
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan kepolisian nasional negara

Indonesia yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Pada awalnya kepolisian

berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian

Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan operasional

bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Sejak tanggal 1 Juli 1946 kepolisian ditetapkan oleh

pemerintah untuk bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Kemudian tanggal 1

Juli diperingati sebagai Hari Bhayangkara kepolisian di Indonesia.

Polisi merupakan alat negara yang mempunyai tugas utama menjaga keamanan dan

ketertiban masyarakat. Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia

(POLRI) merupakan lembaga eksekutif dalam hal menjaga keamanan Negara, serta alat negara

yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum,

serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Polri dalam upaya memenuhi kebutuhan personel, khususnya yang berpangkat Bintara,

maka dilaksanakan proses seleksi Bintara Polri bertahap oleh Kapolri. Pada pelaksanaan

seleksi tersebut, Kapolri mendeligasikan kewenangan kepada Kapolda dan jajaran melalui

seleksi penerimaan Bintara Polri yang dilaksanakan masing - masing Kepolisian Daerah.

Syarat penerimaan calon anggota Polri telah diatur dalam Pasal 21 (1) Undang-Undang No. 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

12
Di dalam Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pasar 3 disebutkan, bahwa organisasi Polri

disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Jenjang di tingkat pusat

disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Mabes Polri dan

ditingkat kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah disingkat Polda.

Di tingkat Polda, kepolisian memiliki jenjang kesatuan wilayah yang disingkat

Polwil/Polwiltabes, Polres/Polresta dan Polsek/Polsekta yang setiap jenjang atau tingkatan

memiliki unsur-unsur.

Adapun tugas pokok Polri berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Kepolisian adalah

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu tugas Polisi dalam

menjalankan perannya dalam masyarakat adalah sebagai penyidik.

Mencermati hukum positif di Indonesia minimal ada empat instrumen hukum yang

mengatur tentang kedudukan Polri, yakni Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/ 2000, Keputusan

Presiden No. 89 Tahun 2000, Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, dan Keputusan Presiden No. 70 Tahun 2002 tentang Organisasi Tata Kerja

Kepolisian Negara Republik Indonesia

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan Kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo Pustaka

Mandiri.

Jannah, Sinta M., Chasanah, Uswatun., Hastuti, Yuni T. 2016. Lembaga-Lembaga Independen.

Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Penerimaan Calon Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sadijono, 2010. Memahami Hukum Kepolisian. Cetakan I. Yogyakarta: PT. Laksbang Presindo

Satoto, Sukamto. 2014. Membangun Kemandirian dan Profesionalisme Polisi Republik

Indonesia Sebagai Pelindung Pengayom dan Penegak Hukum. Jurnal Inovatif. 7(3).

hal. 59-78.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Ketentuan Pokok Hamkam.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 20o2 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai