Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK MAKALAH

POTRET PENEGAKAN HUKUM OLEH LEMBAGA


KEPOLISIAN
“Dilema antar Diskresi dan Pelanggaran Ham Dalam Kepolisian’’
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata kuliah Sosiologi Hukum

KELOMPOK 7
Disusun Oleh :
Renata Yosephine Sukanto (223300416168)

Pembimbing :
Dr. Ismail Rumandan, S.H, M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAl Jl. Sawo Manila No.61,RW.7, Pejaten Barat., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Potret
Penegakan Hukum Oleh Lembaga Kepolisian” dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
penyelesaian makalah ini. Khususnya untuk Dosen Mata Kuliah Sosiologi Hukum, Bapak Dr.
Ismail Rumandan, S.H, M.H yang yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bernilai bagi pembaca dan
penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
diperlukan demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Jakarta, 13 Oktober 2022

Kelompok 7
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terciptanya keamanan
dalam negeri
Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh
Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.

Kepolisian juga diatur dalam Undang undang Negara Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. POLRI tumbuh dan berkembang sebagai
satu kesatuan institusi kepolisian yang utuh seperti halnya TNI. Karena itu, dalam Pasal
30 ayat (4) UUD 1945, ditegaskan, “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat
Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”. Sedangkan Pasal 30 ayat
(3) menentukan bahwa “Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”.
Dengan demikian, baik POLRI maupun TNI sama-sama merupakan alat negara, artinya
bukan alat pemerintah apa lagi alat partai politik, dan kedua organisasi merupakan satu
kesatuan institusi yang bersifat nasional yang tidak dapat dipecah-pecah atas dasar
kedaerahan. Karena itu, dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
mungkin mengembangkan pengertian tentang struktur organisasi kepolisian seperti yang
dipraktikkan di lingkungan negara-negara federal, seperti di Amerika Serikat yang
memiliki struktur organisasi yang terdesentralisasi.

Di Indonesia, desentralisasi urusan-urusan dan struktur organisasi kepolisian itu hanya


ada dalam rezim Republik Indonesia Serikat berdasarkan Konstitusi RIS Tahun 1949.
Sedangkan berdasarkan UUD 1945, kekuasaan kepolisian tidak termasuk objek kebijakan
desentralisasi atau otonomi daerah menurut undang-undang pemerintahan daerah yang
berlaku dalam sistem konstitusional Negara Kesatuan. Sekarang yang menjadi masalah
adalah apakah pengorganisasian institusi kepolisian itu, seperti sekarang, dapat
dibenarkan tidak simetris dengan TNI? Di zaman Orde Baru TNI dan POLRI terintegrasi
dalam organisasi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Polri diperlakukan
setara dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Di samping ada
ABRI, ada pula jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) yang biasanya
selalu dijabat oleh perwira tinggi tentara. Sekarang setelah reformasi, sesuatu dengan
amanat Ketetapan MPR dan juga amanat Pasal 30 UUD 1945, POLRI dipisahkan dari
TNI. Bahkan Departemen Pertahanan dan Keamanan diubah menjadi Departemen
Pertahanan (Dephan) saja yang melakukan fungsi koordinasi dengan TNI saja, sedangkan
POLRI tidak lagi dikoordinasikan oleh Dephan yang kemudian sekarang berubah
menjadi Kemhan (Kementerian Pertahanan). POLRI dianggap langsung dikoordinasikan
oleh Menteri Koordinator atas nama Presiden, sedangkan TNI dikoordinasikan oleh
Menteri Pertahanan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya Kepolisian dalam penegakan hukum dalam masyarakat?
2. Faktor faktor apa saja yang menjadi pengaruh upaya Kepolisian dalam menegakan
hukum di Indonesia?
3. Bagaimana Pandangan Masyarakat dalam kinerja penegakan hukum Kepolisian?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui seluk beluk kinerja Kepolisian Republik
Indonesia dalam penegakan hukum di Indonesia, selain itu makalah ini bertujuan untuk
pembuktian benar atau salah aspek pandangan masyarakat untuk kepolisian yang saat ini
sedang ramai diperbicangkan.
Manfaat dari penelitian ini adalah agar kami selaku mahasiswa lebih paham dan lebih
bijaksana dalam memberikan penilian dengan aspek yang berbeda namun tetap berpikir
secara rasional.

D. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang dipakai dalam
penelitian adalah survey hukum (legal survey).Teknik penentuan Sampel dalam
penelitian ini adalah Purposive Sampling. Penelitian ini mengambil pandangan
masyarakat dan mengambil kasus sebagai sampel pembahasan

Anda mungkin juga menyukai