Anda di halaman 1dari 9

CRITICAL JOURNAL REPORT

PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu : Drs.Halking,M.Si.

NAMA : RISKY EFRIANA SARAGIH


NIM :6193311013
KELAS : PJKR III D

PENDIDIKAN JASMANI KEOLAHRAGAAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi, banyak aspek - aspek yang mengalami perkembangan yang signifikan.
Perkembangan yang terjadi tentunya membawa suatu kemajuan bagi segala aspek yang
mendapat dampak adanya globalisasi. Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui
dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin
dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala
dunia. Globalisasi  berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya,  pertahanan, keamanan dan lain –  lain

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia.
Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu
yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya.

Indonesia diidealkan dan dicita-citakan oleh the founding fathers sebagai suatu Negara
Hukum (Rechtsstaat/ The Rule of Law). Ada penegasan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Namun, bagaimana cetak biru dan desain makro penjabaran ide negara
hukum itu, selama ini belum pernah dirumuskan secara komprehensif. Yang ada hanya
pembangunan  bidang hukum yang bersifat sektoral. Oleh karena itu, hukum hendaknya
dapat dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem. Apalagi, negara hendak
dipahami sebagai suatu konsep hukum, yaitu sebagai Negara Hukum.

Berbahagialah bangsa Indonesia yang telah memiliki pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi nasional sebagai salah satu dasar hukum.Namun persoalannya adalah bagaimana
agar nilai-nilai pancasila dapat diterapkan di dalam hukum Indonesia. Untuk itu jurnal ini
akan menjawab persoalan tersebut dan penulis mengambil jurnal dengan judul
Problematika 2 Penegakan Hukum Di Indonesia Menuju Hukum Yang Responsif
Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila

BAB II
IDENTITAS JURNAL
1 Identitas Jurnal
 Judul : Problematika Penegakan Hukum Di Indonesia Menuju Hukum Yang
Responsif Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila
 Penulis : 1. Yadyn, 2. Abdul Razak, 3. Aswanto
 Volume Jurnal : Volume 1 Nomor 1 halaman 78-85
 Tahun Terbit : Juny, 2012
 Jenis Jurnal :  Jurnal Analisis
 Lembaga Penerbit Jurnal : Kejaksaan Negeri Makassar
 ISSN : 2252-7230

2 Ringkasan Bagian Jurnal


2.1 Pendahuluan
Hukum lahir dari suatu dimensi sosial yang bertujuan untuk menciptakan ketertiban,
keamanan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Untuk merumuskan hukum yang
bersumber dari nilai masyarakat Indonesia adalah bagaimana menciptakan hukum yang
responsif yang mampu mengimplementasikan keinginan dari bangsa Indonesia. Bahwa
pilar utama lainnya dalam membentuk hukum yang responsif adalah bagaimana
membentuk pemahaman yang baik dan menyeluruh kepada aparat penegak hukum dalam
memahami dan menjalankan aturan yang berlandaskan pada prinsip nilai-nilai
kemanusiaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, bukan hanya sekedar
menjadi “boneka Undang-undang”. Hukum responsif selaras dengan nilai-nilai yang 4
terkandung dalam jiwa bangsa Indonesia yakni Pancasila, yaitu pencerminan nilai
kemanusiaan dan nilai keadilan.

Permasalahan yang esensial dalam penegakan hukum di Indonesia bukan hanya semata-
mata terhadap produk hukum yang tidak responsif, melainkan juga berasal dari faktor
aparat penegak hukumnya. Untuk meletakkan pondasi penegakan hukum, maka  pilar
yang utama adalah penegak hukum yang mampu menjalankan tugasnya dengan integritas
dan dedikasi yang baik. Karena sepanjang sapu kotor belum dibersihkan, maka setiap
pembicaraan tentang keadilan akan menjadi omong kosong belaka, as long as the dirty
broom is not cleaned, any talk of justice will be empty.(Ali, 2001-74

2.2 Kajian Teori


Laporan penilaian dan akuntabilitas pelaksanaan penegakan hukum di Indonesia
menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap penegakan
hukum di Indonesia di bawah 60% (enam puluh) persen (Jaringan Survei Indponesia,
2011). Itu artinya masyarakat kurang percaya terhadap sistem hukum dan aparat penegak
hukum di Indonesia. Untuk melaksanakan penegakan hukum yang baik maka diharapkan
aparat penegak hukum tidak sekedar menjadi boneka undang-undang, yang
melaksanakan ketentuan undang-undang secara normatif semata, melainkan dibutuhkan
Common Sense yang baik oleh aparatur penegak hukum. Common
Sense mengedepankan  prinsip Sense Of Humanity  yang dibutuhkan oleh aparat
penegak hukum dalam  penanganan suatu perkara agar ke depan tidak terjadi lagi perkara
Minah-minah yang lain. Mengedepankan peraturan sebagai sesuatu yang serius adalah
suatu seni yang kasuistis dan suatu semangat pembelaan hukum (lawyerly virtue) yang
ambigu.
Teori hukum hendaknya tidak buta terhadap konsekuensi sosial dan tidak kebal terhadap
pengaruh sosial melainkan menjadi jembatan penghubung antara pemikiran normatif
legalistik formiil   dengan pemikiran responsif , integritas memiliki ciri dan landasan
moral yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang
baik dan mana yang tidak baik. “ Bukankah satu tingkah laku yang jujur akan lebih mulia
dibanding seribu kata-kata”.

2.3 Metodologi penelitian


- Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum, yang tipe penelitiannya merupakan
penelitian normatif (Legal  Research) dan Juridis sosiologis  (Socio Legal Research).
Karena tipe penelitian ini mengkombinasikan antara bentuk kajian normatif dan empiris,
maka analisis normatif / yuridis terutama ditujukan untuk mengkaji konsep negara
hukum di Indonesia beserta permasalahan penegakan hukum yang timbul di dalamnya,
sedangkan analisis sosiologis empiris digunakan untuk melihat sejauhmana realitas
hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat tentang permasalahan penegakan
yang ada di Indonesia beserta tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak
hukum saat ini

2.4 Pembahasan
Permasalahan penegakan hukum di Indonesia, terletak pada 3 faktor, Integritas aparat
penegak hukum, produk hukum, dan tidak dilaksanakannya nilai-nilai Pancasila oleh
aparat penegak hukum dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Lebih lanjut Lawrence
Friedman mengemukakan 3 aspek yang menjadi dasar keterpurukan hukum suatu negara
adalah struktur, substansi dan kultur. Ketiga pisau analisis Friedman tersebut, apabila
dikombinasikan dengan keterpurukan penegakan hukum yang ada di Indonesia, maka
sangatlah tepat bilamana teori Lawrence Friedmann, menjadi kajian teori analisis
penulis, mengingat berbicara mengenai sistem hukum, maka kita tidak akan terlepas dari
3 (tiga) komponen sistem hukum tersebut yakni: Struktur, yaitu keseluruhan institusi-
institusi hukum yang ada beserta aparatnya, mencakupi antara lain Kepolisian dengan
para Polisinya, Kejaksaan dengan para Jaksanya, Pengadilan dengan para Hakimnya;
Substansi, yaitu keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum,  baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan. Kultur Hukum yaitu
opini-opini, kepercayaan-kepercayaan (keyakinan-keyakinan), kebiasaankebiasaan, cara
berpikir, dan cara bertindak, baik dari para penegak hukum maupun warga masyarakat,
tentang hukum dan berbagai fenomena yang berkaitan dengan hukum. (Lawrence M.
Friedman, 1975 : 11-16).

Analisis terhadap keseluruhan hasil penelitian berupa struktur hukum, terhadap aparat
penegak hukum menempatkan 70% tingkat ketidak percayaan masyarakat terhadap
penegak hukum di Indonesia., disebabkan oleh berbagai faktor antara lain integritas
aparat penegak hukum tersebut, rendahnya tingkat pelaksanaan kinerja oleh aparat
penegak hukum, serta tidak diaplikasikannya nilai-nilai Pancasila dalam  pelaksanaan
tugas sehari-hari oleh aparat penegak hukum.
Analisis yang kedua adalah keterpurukan hukum dalam hal Substansi hukum, yaitu
keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis sudah ketinggalan zaman dan merupakan produk peninggalan
penjajah Belanda, sehingga dirasakan kurang aspiratif dalam menyerap keinginan
masyarakat Indonesia, dan tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Analisis selanjutnya
adalah keterpurukan hukum dari aspek Kultur Hukum. Kebiasaan-kebiasaan atau praktek
suap-menyuap merupakan kebiasan dalam penegakan hukum di Indonesia, 87%
responden dari 3 lokasi penelitian menyatakan bahwa aparat penegak hukum di
Indonesia  belum bersih dari praktek suap-menyuap.

2.5 Kesimpulan dan Saran


2.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: Tata Hukum Pancasila adalah Tata Hukum Indonesia. Pengantar Tata Hukum
Indonesia adalah sama seperti Tata Hukum Pancasila oleh karena itu hukum pancasila
adalah hukum tertulis di Indonesia,Oleh karena hukum di Indonesia harus
mencerminkan. Hukum yang akan mengakui tuhan yang maha esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakayatan dan keadilan sosial.

Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika melaksanakannya


dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan
terwujud.Sebagai warga negara yang baik kita harus mengamalkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan kita sehari-hari,supaya bangsa Indonesia tertib dalam hukum.

2.5.2 Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan hukum,
diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme
yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna
mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang
berada di dalamnya.

BAB III
PEMBAHASAN

3 PEMBAHASAN :
3.1 Relevansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian penulis

Adapun relevansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian  penulis
adalah terdapat relevansi antara topik jurnal terhadap bidang keahlian penulis dimana
pada identitas jurnal tertera: (1)Yadyn, seseorang yang bekerja di Kejaksaan  Negeri
Makassar, (2)Abdul Razak, Mahasiswa Hukum Pidana Universitas Hasanuddin, dan (3)
Aswanto adalah Mahasiswa Hukum Pidana Universitas Hasanuddin dimana kita ketahui
bidang keahlian penulis sangat sesuai dengan jurnal  penelitian yang mereka lakukan.
Jurnal yang dibuat oleh ketiga penulis tersebut adalah  jurnal Problematika Penegakan
Hukum Di Indonesia Menuju Hukum Yang Responsif Berlandaskan Nilai-Nilai
Pancasila. Maka dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa topik jurnal sesuai dengan
keahlian penulis.

3.2 Pokok-pokok argumentasi pancasila dalam pendahuluan


Adapun pokok-pokok argumen penulis di dalam pendahuluan adalah sebagai  berikut:
1. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk
2.  Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila untuk penegakan hukum
3. Keterbatasan moral para penegak hukum dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila
4. Bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
5. Hukum responsif yang belum selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam jiwa
bangsa Indonesia yakni Pancasila, yaitu pencerminan nilai kemanusiaan dan nilai
keadilan.

3.3 Pemilihan serta cakupan kajian teori


Adapun literatur yang digunakan dalam penulisan adalah literatur terupdate karena pada
kajian teori penulis mengemukakan pendapat para ahli diatas tahun 2010 sperti (Jaringan
Survei Indponesia, 2011). Hal ini merupakan langkah pembaharuan  penelitian yang
terdahulu sehingga penelitian tersebut memberikan informasi yang lebih  baru dan yang
akan sangat bermanfaat bagi pembaca dan pembaharuan-pembaharuan kemudian.

3.4 Metodologi penelitian yang digunakan dan relevansinya


Metodologi dalam penelitian ini dengan desain penelitian menggunakan sumbersumber
kepustakaan yang mendukung dan dianalisis menggunakan teknik yang tipe
penelitiannya merupakan penelitian normatif (Legal  Research) dan Juridis sosiologis
(Socio Legal Research). Populasi dalam penelitian terdiri atas (1) Aparat penegak hukum
(2) swasta (3) Pelajar (4) Pedagang (5) Buruh (6) Pegawai Negeri (7) tahanan maupun
narapidana serta (8) Masyarakat yang terdiri dari seluruh lapisan dan tingkatan. Sampel
penelitian diambil dari seluruh lapisan masyarakat yang terdiri atas tahanan / narapidana,
pelajar, swasta, buruh, pegawai negeri, dan pedagang. Peneliti juga melakukan
wawancara dengan aparat penegak hukum yakni Advocad, Jaksa dan Hakim.

3.5 Kerangka berpikir penulis pada bagian pembahasan


Hasil pembahasan memperlihatkan penulis sebagai eksekutor yaitu di lapangan seperti
pada aparat penegak hukum, pelajar, pedagang, pegawai, tahanan bahkan narapidana
sekalipun penulis melakukan wawancara mengenai nilai-nilai pancasila dalam
penegakan hukum di indonesia. Dan menurut saya penulis memberikan kerangka
berpikir yang luar biasa sehingga mendapatkan hasil seperti yang ingin dicapai yaitu
Analisis terhadap keseluruhan hasil penelitian berupa struktur hukum, terhadap aparat
penegak hukum, Analisis yang kedua adalah keterpurukan hukum dalam hal Substansi
hukum, yaitu keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, Analisis selanjutnya adalah keterpurukan hukum dari
aspek Kultur Hukum. Kebiasaan-kebiasaan atau praktek suap-menyuap merupakan
kebiasan dalam penegakan hukum di Indonesia.
3.6 Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasinya pada penelitian
berikutnya Kesimpulan dan saran yang diajukan penulis sudah lengkap dan mencakup
secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini dan harapan berikutnya terhadap nilai-nilai
pancasila dalam penetapan hukum di Indonesia ini. Adapun implikasi untuk penelitian
berikutnya ialah jurnal ini sudah hampir memuat semua data yang dicari dan diperlukan
dalam penelitian. Untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan jurnal ini sebagai
pembantu ataupun pembanding untuk  penelitian kasus berikutnya dengan lebih
memperluas pengolhan dan analisis data.

3.7 Keunggulan dan kelemahan jurnal


3.7.1 Keunggulan
 Artikel atau jurnal ini merupakan jurnal internasional yang sudah terakui
kebagusannya dilihat dari adanya ISSN, volume dan nomor pada jurnal.
 Peneliti menggunakan landasan yang bagus yaitu mengambil beberapa argumen dari
para ahli untuk digunakan sebagai dasar penelitian.
 Pengumpulan datanya sudah mutakhir terbukti dengan metode penelitian yag sangat
lengkap 11
 Pustaka yang dipakai oleh peneliti sebagai landasan begitu banyak dan juga  peneliti
menggunakan buku-buku yang bagus merupakan buku yang kemutakhirannya sudah
terakui.
 Artikel atau jurnal yang dibuat oleh penulis sudah memuat cara penulisan  jurnal yang
baik dan benar serta sudah memuat kemuktahiran penelitian yang memuat pendahuluan,
kajian teori, metodologi penelitian, pembahasan, kesimpulan serta saran.
 Bahasa yang digunakan pada artikel atau jurnal ini tidak rumit sehingga dapat dengan
mudah dipahami oleh pembaca.
 Analisis datanya sangat lengkap, objek yang diteliti juga sangat luas, tidak  berpatok
pada satu populasi saja.
 Jurnal ini memuat kasus-kasus atau masalah nilai-nilai pancasila dalam  penegakan
hukum sesuai dengan masalah bangsa indonesia saat ini 3.7.2 Kelemahan
 Analisis data pada jurnal ini kurang lengkap dan terperinci, sehingga membuat
pembaca kurang memahami metode analisis data yang dilakukan.
 Pembahasan pada jurnal ini terlalu padat, sehingga membuat pembaca bosan dalam
membaca keseluruhan jurnal tersebut

BAB IV
PENUTUP

4 KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan Dari jurnal yang saya baca ini, jurnal ini dapat digunakan sebagai
panduan  penelitian berikutnya, belajar dari memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
terdapat  pada jurnal. Dan Tinjauan pustaka pada artikel atau jurnal ini dapat juga dipakai
sebagai  bahan pelajaran bagi mahasiswa pada materi pancasila sebagai pentingnya nilai-
nilai  pancasila bagi bangsa indonesia 4.2 Saran Sebaiknya semua kekurangan yang
terdapat pada jurnal ini direvisi lagi dan ditingkatkan kualitas dan kekuatan penelitiannya
serta mengedepankan kasus maupun masalah terupdate di Negara ini yaitu Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai