PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu : Drs.Halking,M.Si.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia
yang majemuk. Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia.
Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu
yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya.
Indonesia diidealkan dan dicita-citakan oleh the founding fathers sebagai suatu Negara
Hukum (Rechtsstaat/ The Rule of Law). Ada penegasan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Namun, bagaimana cetak biru dan desain makro penjabaran ide negara
hukum itu, selama ini belum pernah dirumuskan secara komprehensif. Yang ada hanya
pembangunan bidang hukum yang bersifat sektoral. Oleh karena itu, hukum hendaknya
dapat dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem. Apalagi, negara hendak
dipahami sebagai suatu konsep hukum, yaitu sebagai Negara Hukum.
Berbahagialah bangsa Indonesia yang telah memiliki pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi nasional sebagai salah satu dasar hukum.Namun persoalannya adalah bagaimana
agar nilai-nilai pancasila dapat diterapkan di dalam hukum Indonesia. Untuk itu jurnal ini
akan menjawab persoalan tersebut dan penulis mengambil jurnal dengan judul
Problematika 2 Penegakan Hukum Di Indonesia Menuju Hukum Yang Responsif
Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila
BAB II
IDENTITAS JURNAL
1 Identitas Jurnal
Judul : Problematika Penegakan Hukum Di Indonesia Menuju Hukum Yang
Responsif Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila
Penulis : 1. Yadyn, 2. Abdul Razak, 3. Aswanto
Volume Jurnal : Volume 1 Nomor 1 halaman 78-85
Tahun Terbit : Juny, 2012
Jenis Jurnal : Jurnal Analisis
Lembaga Penerbit Jurnal : Kejaksaan Negeri Makassar
ISSN : 2252-7230
Permasalahan yang esensial dalam penegakan hukum di Indonesia bukan hanya semata-
mata terhadap produk hukum yang tidak responsif, melainkan juga berasal dari faktor
aparat penegak hukumnya. Untuk meletakkan pondasi penegakan hukum, maka pilar
yang utama adalah penegak hukum yang mampu menjalankan tugasnya dengan integritas
dan dedikasi yang baik. Karena sepanjang sapu kotor belum dibersihkan, maka setiap
pembicaraan tentang keadilan akan menjadi omong kosong belaka, as long as the dirty
broom is not cleaned, any talk of justice will be empty.(Ali, 2001-74
2.4 Pembahasan
Permasalahan penegakan hukum di Indonesia, terletak pada 3 faktor, Integritas aparat
penegak hukum, produk hukum, dan tidak dilaksanakannya nilai-nilai Pancasila oleh
aparat penegak hukum dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Lebih lanjut Lawrence
Friedman mengemukakan 3 aspek yang menjadi dasar keterpurukan hukum suatu negara
adalah struktur, substansi dan kultur. Ketiga pisau analisis Friedman tersebut, apabila
dikombinasikan dengan keterpurukan penegakan hukum yang ada di Indonesia, maka
sangatlah tepat bilamana teori Lawrence Friedmann, menjadi kajian teori analisis
penulis, mengingat berbicara mengenai sistem hukum, maka kita tidak akan terlepas dari
3 (tiga) komponen sistem hukum tersebut yakni: Struktur, yaitu keseluruhan institusi-
institusi hukum yang ada beserta aparatnya, mencakupi antara lain Kepolisian dengan
para Polisinya, Kejaksaan dengan para Jaksanya, Pengadilan dengan para Hakimnya;
Substansi, yaitu keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan. Kultur Hukum yaitu
opini-opini, kepercayaan-kepercayaan (keyakinan-keyakinan), kebiasaankebiasaan, cara
berpikir, dan cara bertindak, baik dari para penegak hukum maupun warga masyarakat,
tentang hukum dan berbagai fenomena yang berkaitan dengan hukum. (Lawrence M.
Friedman, 1975 : 11-16).
Analisis terhadap keseluruhan hasil penelitian berupa struktur hukum, terhadap aparat
penegak hukum menempatkan 70% tingkat ketidak percayaan masyarakat terhadap
penegak hukum di Indonesia., disebabkan oleh berbagai faktor antara lain integritas
aparat penegak hukum tersebut, rendahnya tingkat pelaksanaan kinerja oleh aparat
penegak hukum, serta tidak diaplikasikannya nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari oleh aparat penegak hukum.
Analisis yang kedua adalah keterpurukan hukum dalam hal Substansi hukum, yaitu
keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis sudah ketinggalan zaman dan merupakan produk peninggalan
penjajah Belanda, sehingga dirasakan kurang aspiratif dalam menyerap keinginan
masyarakat Indonesia, dan tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Analisis selanjutnya
adalah keterpurukan hukum dari aspek Kultur Hukum. Kebiasaan-kebiasaan atau praktek
suap-menyuap merupakan kebiasan dalam penegakan hukum di Indonesia, 87%
responden dari 3 lokasi penelitian menyatakan bahwa aparat penegak hukum di
Indonesia belum bersih dari praktek suap-menyuap.
2.5.2 Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan hukum,
diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme
yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna
mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang
berada di dalamnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3 PEMBAHASAN :
3.1 Relevansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian penulis
Adapun relevansi antara topik jurnal dengan karya-karya dan bidang keahlian penulis
adalah terdapat relevansi antara topik jurnal terhadap bidang keahlian penulis dimana
pada identitas jurnal tertera: (1)Yadyn, seseorang yang bekerja di Kejaksaan Negeri
Makassar, (2)Abdul Razak, Mahasiswa Hukum Pidana Universitas Hasanuddin, dan (3)
Aswanto adalah Mahasiswa Hukum Pidana Universitas Hasanuddin dimana kita ketahui
bidang keahlian penulis sangat sesuai dengan jurnal penelitian yang mereka lakukan.
Jurnal yang dibuat oleh ketiga penulis tersebut adalah jurnal Problematika Penegakan
Hukum Di Indonesia Menuju Hukum Yang Responsif Berlandaskan Nilai-Nilai
Pancasila. Maka dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa topik jurnal sesuai dengan
keahlian penulis.
BAB IV
PENUTUP