Anda di halaman 1dari 18

PERAN ETIKA PROFESI KEPOLISIAN DALAM UPAYA MENDUKUNG

POLISI MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM

LATAR BELAKANG

Etika dan profesi merupakan suatu kesatuan yang mengatur Kata etika sudah
melekat dalam setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya.
Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
dikerjakannya itu salah, benar, baik, atau buruk. 1 Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, menausia tidak akan pernah
bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya tanpa bantuan manusia yang lain. Oleh
karena itu manusia selalu memadukan kontak dengan manusia yang lain. Agar
tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan masyarakat, segala tindakan atau
hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, harus dilandasi
dengan etika dan secara konkret harus diatur oleh norma norma hukum

Dalam kehiduapan bermasyarakat, banyak aspek terpenting dari masyarakat


bergantung pada berfungsinya profesi - profesi yang baik. Profesi dalam sistem
sosial menempati kedudukan yang sangat strategis. belakangan ini banyak
Banyak dunia profesi yang kredibilitasnya turun akibat dari pelanggaran etika
dan kode etik profesi oleh sebagian pengemban profesi itu. Keadaan yang terjadi
seperti ini tentunya akan mengurangi rasa kepercayaan dan tanggung jawab yang
telah diberikan kepada pribadi manusia itu sendiri dari profesi yang yang telah
memberikan kepercayaan tersebut.

Ada beberapa profesi di dalam bidang hukum di Indonesia. Salah satu dari profesi
hukum itu adalah polisi. Profesi sebagai polisi dalam dunia hukum tidak dapat
dipisahkan dengan etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan
aparat negara terkait dengan fungsi dari lembaga kepolisian sesuai dengan Pasal

1 Muhammad Nuh, S.H.,M.H.,Adv. Etika Profesi Hukum, Pustaka Setia Offset, 2011,
hlm xvii.

1
30 ayat (4) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang
bunyinya Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, serta melayani masyarakat dan menegakkan hukum.
Memahami keberadaan polisi tidak dapat dilepaskan dari fungsi Polri itu sendiri
sesuai yang diamanatkan oleh konstitusi negara, serta konsep perlindungan
hukum terhadap masyarakat.

Polri sebagai sub sistem dari pemerintah secara responsif telah berupaya memberi
kontribusi mewujudkan prinsip Good Governance dan Clean Government baik
dalam pelaksanaan tugas pokok memelihara Kamtib mas, menegakkan hukum dan
melindungi, mengayomi serta melayani masyarakat maupun di kalangan internal
Polri sendiri sebagaimana dicanangkan dalam grand strategi Polri berupa Trust
Building (membangun kepercayaan).2 Kepolisian merupakan institusi penting
dalam mendukung terciptanya penegakan hukum yang adil, yang berdiri di garda
utama dalam penegakan hukum.3 Polisi dalam menjalankan tugasnya sebagai
penegak hukum, bukan hanya harus tunduk pada hukum yang berlaku sebagai
aspek luar, mereka dibekali pula dengan etika kepolisian sebagai aspek dalam
kepolisian.4

Citra Kepolisian Negara Republik Indonesia beberapa tahun terakhir terus diuji
akibat para oknum pejabatnya terlibat berbagai kasus pidana seperti Korupsi,
pelanggaran HAM, penyuapan, illegal logging dan berbagai kasus pidana lainnya.
Contoh kasus nyata terjadi yakni kasus penyuapan Badan Narkotika Nasional
(BNN) mengungkap kasus suap yang dilakukan perwira polisi berpangkat AKP.
2 Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melayani Publik, Gadjah Mada
University, Yogyakarta , 2006, Hal. 3

3 Dr.Sadjijono, SH., M.Hum. Memahami Hukum Kepolisian, Laksbang Pressindo Offset,


2010, hlm 53.

4 Agus Raharjo, Profesionalisme Polisi Dalam Penegakan Hukum, Jurnal Dinamika HukumVol.
11 No. 3 September 2011, hlm 2

2
Perwira polisi menjabat Kasat Narkoba di sebuah Polres.
JAKARTA Badan Narkotika Nasional (BNN) telah menyita aset jaringan
peredaran narkoba yang melibatkan Togiman alias Toge dan Kasat Narkoba Polres
Belawan yang sudah dicopot, AKP Ichwan Lubis.

Total aset yang sudah disita dalam kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU)
jaringan Lubuk Pakam ini sebesar Rp 16,4 miliar. Jubir BNN Kombes Slamet
Pribadi menyampaikan perkembangan pengusutan kasus ini.

Disebutkan, terungkapnya jaringan ini berawal dari tertangkapnya kurir berinisial


MR als AC saat membawa 46.000 butir ekstasi, 20,5 kg sabu, dan 600.000 happy
5 di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Gatot Subroto, Medan, 1 April 2016.

Dari MR didapat keterangan bahwa narkotika tersebut milik Napi Lapas Lubuk
Pakam berinisial Toge. Dalam menjalankan transaksi narkotika, TG dibantu oleh
kakak kandungnya Janti, inisial JT. Dari tangan JT petugas berhasil menyita uang
sebesar Rp 8,2 miliar. Kasus ini menyeret nama oknum polisi AKP IL yang
diduga menerima suap dari TG terkait kejahatan narkotika yang dilakukannya.
Dari tangan IL, BNN mengamankan uang tunai sebesar 2,3 miliar.5

Polisi sebagai garda penegak hukum, memiliki peran dalam menegakkan hukum
di Indonesia, pada kenyataannya. masih ada anggota polisi yang melakukan
pelanggaran hukum, mulai dari tindakan rnal administrasi sampai dengan tindakan
pidana yang kemudian justru merugikan masyarakat. keadaan inilah yang
mendorong penulis untuk mengkaji etika profesi Kepolisian, sebab profesi hukum
bukan saja menyangkut amanat kepercayaan yang menyangkut kepentingan
individu, tetapi juga menyangkut kepentingan umum.

5 http://www.jpnn.com/read/2016/05/19/412077/Perkembangan-Kasus-
Polisi-Ganteng-Terima-Suap- diakses tanggal 21 Oktober Pukul 19.00
WIB.

3
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peran kode etik profesi kepolisian dalam mewujudkan penegakan


hukum ?

KAJIAN PUSTAKA

a) Kajian mengenai etika


Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak). 6 Secara etimologis etika
berasal dari bahawa Yunani kuno Ethos yang berarti
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap.7
Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya. Etika menurut Magnis
Suseno adalah sebuah ilmu dan buku sebuah ajaran. Etika
adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan
rasional ajaran moral yang siap pakai itu.8
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa etika adalah akhlak atau kebiasaan yang
menurut manusianya itu sendiri masih dalam koridor atau jalan yang
benar. Selain itu, Etika bisa juga diartikan sebagai ilmu tentang yang baik
dan yang buruk yang diterima dalam suatu masyarakat, menjadi bahan
refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis. Sejak dicetuskan pada
Tahun 2002, telah bermunculan banyak tulisan yang mencoba

6 Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2010. Hlm 7

7 ibid

8 ibid

4
mengeksplorasi gagasan hukum progresif dalam aspek keilmuan.
Sekalipun ide hukum progresif belum bisa dipandang sebagai teori yang
final (sesuai dengan hakekatnya sebagai law in making atau on going
process), namun dari sedemikian banyak tulisan dan kajian mengenai
hukum progresif dapat ditarik beberapa pokok gagasan. Pertama,
paradigma hukum progresif adalah hukum untuk manusia yang
mengandung makna bahwa manusia merupakan sentral dalam cara
berhukum.9
Secara umum etika dibagi dua macam :
b) Kajian Mengenai Profesi
Perkataan profesi dan profesional sudah sering digunakan dan mempunyai
beberapa arti. Dalam percakapan sehari-hari, perkataan profesi diartikan
sebagai pekerjaan (tetap) untuk memperoleh nafkah (Belanda: baan;
Inggris: job atau occupation), yang legal maupun yang tidak. Jadi, profesi
diartikan sebagai setiap pekerjaan untuk memperoleh uang. Dalam arti
yang lebih teknis, profesi diartikan sebagai setiap kegiatan tetap tertentu
untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara berkeakhlian yang
berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi
dengan menerima bayaran yang tinggi. Keakhlian tersebut
diperolehmelalui proses pengalaman, belajar pada lembaga pendidikan
(tinggi) tertentu, latihan secara intensif, atau kombinasi dari semuanya
itu.10
Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. 11
Profesi adalah suatu moralcommunity(masyarakat moral)
yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Mereka

9 Yanius rajalahu, Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi Oleh Kepolisian


Republik Indonesia , Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

10B. Arief Sidharta,Etika dan Kode Etik Profesi Hukum, 2015, Hal 220

11 Supriadi, SH. Op. Cit., Hlm. 16

5
juga membentuk suatu profesi disatukan karena latar
belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama
memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain.Dengan
demikian, profesi menjadi suatu kelompokyang mempunyai
kekuasaan tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung
jawab khusus. Oleh karena memiliki monopoli atas suatu
keahlian tertentu, selalu ada bahaya profesi menutup
diribagi orang dari luar dan menjadi suatu kalangan
yang sukar ditembus. Profesi merupakan suatu konsep
yang lebih spesifik diabndingkan denga pekerjaan. Dengan
kata lain, pekerjaan memiliki konotasi yang lebih luas
daripada profesi, suatu profesi adalah pekerjaan, tetapi
tidak semua pekerjaan merupakan profesi. Suatu profesi
dapat didefinisikan secara singkat sebagai jabatan
seseorang kalau profesi tersebut tidak bersifat komersial,
mekanis pertanian dan sebagainnya. Secara tradisonal ada
empat profesi; kedokteran, hukum, pendidikan dan
kependetaan.12

c) Kajian Kode Etik dan Profesionalisme


Kode etik merupakan aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada
dan pada saat yang dibutuhkan dapat difungsikan sebagai
alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika rasional umum common sense dinilai
menyimpang dari kode etik.13 Kode etik adalah sebuah
pernyataan yang terwujud sebagai aturan-aturan moral
yang biasanya tertulis yang dibuat oleh sebuah organisasi.

12 Suhrawardi K. Lubis, SH. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Hlm. 10

13 Adams , dkk, 2007, Etika Profesi, Gramedia, Jakarta, hlm 112

6
Kode etik yang tertulis ini adalah kode etik yang ideal yang
diberlakukan oleh organisasi yang bersngkutan untuk
dipatuhi dan digunakan sebagai pedoman oleh anggota-
angotanya dalam tindakan tindakan mereka.14
Kode etik dapat mengimbangi segi negatif profesi dan
dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan
suatu profesi dapat diperkuat, karena setiap kliem
mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan
terjamin. Kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah
moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat.15
Roscoe Pound, filsuf hukum tokoh aliran Sociological
Jurisprudence yang terkenal dengan gagasannya tentang
hukum sebagai "a tool for social engineering", dalam
bukunya mengatakan bahwa perkataan profesi "refers to a
group of men pursuing a learned art as a common calling in
the spirit of a public service, no less a public service
because it may incidentally be a means of livelihood."16
Pandangan Roscoe Pound tentang pengertian profesi pada
dasarnya sejalan dengan pandangan Talcott Parsons.
Berdasarkan artikel yang telah disebut di atas, dan artikel
(entri) berjudul "PROFESSIONS" yang dimuat dalam
"INTERNATIONAL ENCYCLOPEDIA OF THE SOSCIAL
SCIENCES" Vol. 12 (1972).17
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi
yang ada, misalnya profesi dokter, profesi akuntan, profesi

14 Petrus Kanisius Noven Manalu Fungsi Kode EtikProfesi Polisi Dalam Rangka
Meningkatkan Profesionalitas kerjanya, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas
Hukum 2014

15 Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm 280 -282

16 Roscoe Pond, The Lawyers from Antiquity to Modern Times, 1953.

7
teknik dan lain-lain. Profesi hukum sangat bersentuhan
langsung denga kepentingan manusia atau orang yang
lazim disebut klien.18 Profesi hukum adalah suatu istilah
yang kompleks. disebut demikian karena kata "hukum"
yang melekat padanya memang bermakna kompleks,
multidimensional yang multifaset.
Tiga ciri utama profesi yaitu :
1. mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi
2. pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual
3. tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting bagi
masyarakat.
Tiga fungsi kode etik profesi :
1. memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
2. merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
3. mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etis dalam keanggotaan profesi.

Profesionalisme
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu
rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan corak suatu profesi.
Profesionalismen mencitakan dilakukannya kegiatan kegiatan kerja
tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan
berdasarkan raa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan
teresebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertlongan
kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya
kehidupan( Wingjosoebroto 1999).

d) Kajian Tentang Polisi


Pengertian polisi

17 David L. Sills (ed.), International Encyclopedia of the Social Sciences, Vol. 9 & 12,
Macmillan & the

18 Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2010. Hlm 19

8
pasal 1 angka 1 Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri.19
Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang undangan. Istilah
kepolisian di dalam Undang-Undang ini mengandung dua pengertian,
yakni fungsi polisi sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 Undang Undang
No. 2 Tahun 2002 tersebut fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi
pemerintahan Negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom, dan pelayanan
masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang
ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang undangan. Dengan
demikian dapat ditarik pemahaman, bahwa berbicara kepolisian berarti
berbicara tentang fungsi dan lembaga kepolisian. Pemberian makna dari
kepolisian ini dipengaruhi dari konsep kepolisian yang diembannya dan
dirumuskan dalam tugas dan wewenangnya.
Tugas Polisi
Pasal 13 Undang-Undang No 2 tahun 2002 menentukan, bahwa tugas
pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Menegakan hukum;
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Melaksanakan tugas pokok, Kepolisian Negara Republik
Indonesia mempunyai tugas yang diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-
Undang No 2 tahun 2002

Kode Etik Polisi


Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2011 Tentang Kode Etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia :20

19 Undang Undang No 2 tahun 2002 Tentang Polisi

20Perkap Nomor 14 tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi


Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)

9
Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan Catur
Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati
diri setiap Anggota Polri dalam wujud komitmen moral yang meliputi
etika kenegaraan, kelembagaan, kemasyarakatan, dan kepribadian.
Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya disingkat KEPP adalah norma-
norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau
filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal
yang diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota
Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan.

Ruang lingkup kode etik profesi polisi meliputi


a. Etika Kenegaraan;
b. Etika Kelembagaan;
c. Etika Kemasyarakatan; dan
d. Etika Kepribadian.

Penjelasan ruang lingkup etika :

Etika Kenegaraan memuat pedoman berperilaku Anggota Polri dalam


hubungan:

a. tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);


b. Pancasila;
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
dan
d. kebhinekatunggalikaan.

Etika Kelembagaan memuat pedoman berperilaku Anggota Polri dalam


hubungan:

a. Tribrata sebagai pedoman hidup;


b. Catur Prasetya sebagai pedoman kerja;
c. sumpah/janji Anggota Polri;
d. sumpah/janji jabatan; dan
e. sepuluh komitmen moral dan perubahan pola pikir (mindset).

Etika Kemasyarakatan memuat pedoman berperilaku Anggota Polri dalam


hubungan:

a. pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas);

10
b. penegakan hukum;
c. pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat; dan
d. kearifan lokal, antara lain gotong royong, kesetiakawanan, dan
toleransi.

Etika Kepribadian memuat pedoman berperilaku anggota Polri dalam


hubungan:

a. kehidupan beragama;
b. kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum; dan
c. sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara

PEMBAHASAN

Kode etik profesi merupakan suatu tuntutan, bimbingan atau pedoman moral atau
kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam
menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para anggota profesi itu sendiri dan
mengikat mereka dalam praktik. Kode etik juga merupakan aturan
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan
dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika rasional umum common sense
dinilai menyimpang dari kode etik.21
Sebagai salah satu profesi hukum polisi tidak dapat dipisahkan dengan
etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan aparat
negara terkait dengan fungsi dari lembaga kepolisian sesuai
dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 yang bunyinya Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, serta

21 Adams , dkk, 2007, Etika Profesi, Gramedia, Jakarta, hlm 112

11
melayani masyarakat dan menegakkan hukum. Pasal 13
Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang berbunyi: Memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap
masyarakat. dapat tercapai. Pelaksanaan dari Pasal 13 Undang-
undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia tersebut, Kepolisian Negara Republik Indonesia diberi
wewenang secara umum sesuai Pasal 15 ayat (1) Undang-
undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia antara lain:
a. menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat
yang dapat mengganggu ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit
masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
kewenangan administratif kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan
pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta
kegiatan masyarakat;
m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara
waktu. .

12
Kepolisian merupakan institusi penting dalam mendukung
terciptanya penegakan hukum yang adil, yang berdiri di garda
utama dalam penegakan hukum. Lembaga Kepolisian Negara
Republik Indonesia memiliki etika profesi dalam melaksanakan
wewenangnya demi tercapainya tugas dan fungsi pemerintahan
dari kepolisian itu sendiri. Etika profesi itu ada untuk
menciptakan kepolisian sebagai aparat penegak hukum yang
profesional, memiliki kredibilitas, serta beretika. Hal tersebut
diatur dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang nomor 2 tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
berbunyi: Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara
Republuik Indonesia terikat pada kode etik profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Pengemban profesi kepolisian selain
memiliki keahlian dalam bidangnya, Persoalan yang ada polisi
bukan hanya melulu pada penguasaan teknis (hardskill), akan
tetapi juga kemampuan yang bersifat softskill, salah satunya
adalah komunikasi. Hal ini disadari betul oleh Mabes Polri yang
berpendapat bahwa polisi memiliki karakter tertentu yang
menghambat komunikasi disebabkan oleh kondisi pekerjaan
mereka yang penuh stress dan berkaitan dengan konflik. Situasi
tersebut membuat polisi mengembangkan karakter atau
cenderung bersikap negatif dalam berkomunikasi,seperti
prasangka buruk, kecurigaan berlebihan, gaya yang offensif,
agresif, dorongan untuk menonjolkan diri, sikap tidak
menghargai, sok berkuasa, dan tidak berempati.22
Etika Profesi bagi polisi merupakan kristalisasi nilai-nilai Tribrata
yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati

22 Joanne Brewster; Michael Stoloff; and Nicole Sanders.Police


Academies in Changing the Attitudes, Beliefs, and Behavior of Citizen
Participation, American Journal of Criminal Justice, Spring 2005: 30, 1;
hlm. 21-34

13
diri setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
wujud komitmen moral yang meliputi pada pengabdian,
kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya disusun kedalam
Kode Etik Profesi Kepolsiian Negara Republik Indonesia.23
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikat secara moral,
sikap dan perilaku setiap anggota Polri. Berkaitan dengan kasus oknum polisi
yang melakukan perbuatan penyuapan, bahwa perbuatan tersebut telah melanggar
Pasal 6 kode etik profesi kepolisian, yang berbunyi Anggota Polri dalam
menggunakan kewenangannya wajib berdasarkan norma hukum dan
mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta nilai-nilai
kemanusiaan. seharusnya sebagai aparat hukum melaksanakan menaati dan
menghormati norma kesusilaan, norma agama, nilai-nilai kearifan lokal, dan
norma hukum dan menjaga dan memelihara kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara santun.
Berkaitan dengan perbuatan yang melanggar norma hukum tersebut anggota polri
yang melakukan perbuatan tersebut dapat dikenai hukuman sesuai pasal 11 ayat 2
yang berbunyi Anggota Polri yang melakukan pelanggaran Kode Etik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikenakan sanksi berupa :
a. perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
b. kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas ataupun secara
langsung;
c. kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi;
d. pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi/fungsi
kepolisian.
Pasal 15
Anggota Polri yang diputuskan pidana dengan hukuman pidana penjara minimum
3 (tiga) bulan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat direkomendasikan oleh
anggota sidang Komisi Kode Etik Polri tidak layak untuk tetap dipertahankan
sebagai anggota Polri.
Pasal 16
Apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dengan Kode
Etik Profesi Polri, maka penyelesaiannya dilakukan melalui sidang disiplin atau
sidang Komisi Kode Etik Polri berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari

23 Pasal 1 Kode Etik Profesi kepolisian

14
terperiksa dan pendapat serta saran hukum dari Pengemban Fungsi Pembinaan
Hukum
Berkaitan dengan kasus kasus pelanggaran kode etik, kode etik sendiri berfungsi
sebagai acuan kontrol atau semacam pengawasan perilaku yang sanksinya lebih
difokuskan secara psikologis dan kelembagaan. Pelaku profesi yang melanggar,
selain menyalahi ketentuan perundang undangan yang berlaku juga dapat
bertanggung jawab secara moral berdasarkan kode etik profresinya. oleh karena
itu, sehubuingan dengan nilai nilai dan kepentingan yang terlibat di dalamnya,
pengemban profesi dituntut untuk melaksanakan pelayanan profesional dengan
dijiwai sikap etis. aparat penegak hukum sangat bergantung pada subyektivitas
yang bersangkutan. Untuk itu maka perlu pengawasan Komisi Kepolisian dengan
berpedoman pada kode etik aparat penegak hukum dengan berpedoman pada kode
etik aparat penegak hukum.24
Demikian pula pada profesi kepolisian, mempunyai kode etik yang berlaku
bagi Polisi dan pemegang fungsi kepolisian. Kode etik bagi profesi
kepolisian tidak hanya didasarkan pada kebutuhan profesionalisme, tetapi juga
telah diatur secara normative dalam UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Kapolri No.Pol. : 7 Tahun 2006 tentang Kode
Etik Profesi Polri dan Peraturan Kapolri No. Pol : 8 Tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Profesi Polri, sehingga Kode
Etik Profesi Polri berlaku mengikat bagi setiap anggota anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia atau di singkat (Polri). Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang memuat norma perilaku dan moral lahir dari
kesepakatan bersama serta dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas dan
wewenang bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga dapat
menjadi pendorong semangat Kepolisian guna menegakkan hukum.

24 Yunan Hilmy "Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Melalui PendekatanRestorative


Justice Dalam Sistem Hukum Nasional", Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem
Hukum Nasional, Volume 2 Nomor 2, Agustus 2013.

15
PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan banyaknya Tugas dan kewenangan Polri telah memberi banyak manfaat
bagi Polri. Namun di sisi lain terdapat akses negatif dari penyelenggaraan tugas
pokoknya berupa penyimpangan perilaku anggota Polri seperti penyalahgunaan
kekuasaan yang dilakukan oknumnya, seperti perbuatan tercela dari sudut moral,
dan hukum antara lain diskriminasi, tidak tegasnya penegakan hukum dan
perilaku negatif.
Dengan demikian kode etik profesi kepolisian berfungsi sebagai acuan kontrol
atau semacam pengawasan perilaku yang sanksinya lebih difokuskan secara
psikologis dan kelembagaan. Pelaku profesi yang melanggar, selain menyalahi
ketentuan perundang undangan yang berlaku juga dapat bertanggung jawab secara
moral berdasarkan kode etik profresinya.

SARAN
Berkaca dari berbagai kasus yang ada, seharusnya Polri perlu memulai langkah
baru dengan inovasi inovasi menghindarkan anggota polri dari berbagai
penyelewengan. Yakni dengan pemberian sanksi yang tegas terhadap anggota

16
polri yang melakukan penyelewengan ataupun tidak patuh dengan kode etik
profesi kepolisian. Perbuatan buruk yang dilakukan anggota polri bukan lagi
sekadar menyangkut oknum, melainkan Polri sebagai institusi. Untuk itu,
Kepolisian harus memulai ''tradisi baru'' untuk memperbaiki citra di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
1. Muhammad Nuh, S.H.,M.H.,Adv. Etika Profesi Hukum, Pustaka
Setia Offset, 2011.
2. Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
3. Dr.Sadjijono, SH., M.Hum. Memahami Hukum Kepolisian,
Laksbang Pressindo Offset, 2010.
4. Suhrawardi K. Lubis, SH. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.
5. Adams dkk, Etika Profesi, Gramedia, Jakarta, 2007.
6. Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Jurnal Indonesia :

1. Yanius Rajalahu Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi


Oleh Kepolisian Republik Indonesia, Lex Crimen Vol. II/No.
2/Apr-Jun/2013
2. B. Arief Sidharta Etika Dan Kode Etik Profesi Hukum, (2015),
journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/article/view/1423
3. Petrus Kanisius Noven Manalu Fungsi Kode Etik Profesi Polisi
Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalitas kerjanya,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Hukum 2014 e
journal.uajy.ac.id/5978/1/JURNAL.

17
4. Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance Melayani Publik,
Gadjah Mada University, Yogyakarta , 2006.
5. Yunan Hilmy "Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Melalui
Pendekatan Restorative Justice Dalam Sistem Hukum Nasional",
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional,
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2013
6. Agus Raharjo, Profesionalisme Polisi Dalam Penegakan Hukum,
Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 3 September 2011

Jurnal Inggris :

1. Joanne Brewster; Michael Stoloff; and Nicole Sanders.Police


Academies in Changing the Attitudes, Beliefs, and Behavior of
Citizen Participation, American Journal of Criminal Justice,
Spring 2005: 30, 1; hlm. 21-34
2. David L. Sills (ed.), International Encyclopedia of the Social
Sciences, Vol. 9 & 12, Macmillan & the

Internet :
http://www.jpnn.com/read/2016/05/19/412077/Perkembangan-Kasus-
Polisi-Ganteng-Terima-Suap-

18

Anda mungkin juga menyukai