D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
MULYONO (181010250417)
UNIVERSITAS PAMULANG
2022/2023
Kata Pengantar
Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan
rahmatnya untuk saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul
“Pengaruh Etika dalam Penegakan Hukum ” merupakan suatu karya tulis yang bersifat
library research. Maka penulis berharap makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai alternatif informasi terkait dalam pencarian informasi
yang dibutuhkan.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................5
BAB. II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
A. Pengertian Etika dan Hukum.....................................................................................................6
B. Profesi dalam bidang-bidang hukum.........................................................................................7
C. Hubungan dan Peran Etika dalam Penegakan Hukum.............................................................11
1. Hubungan Etika pada profesi hukum...................................................................................11
2. Peran Etika dalam penegakan Hukum.................................................................................15
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
kodratinya tak dapat lain daripada hidup dalam suatu kolektia yang berketeraturan.
Dikatakan dalam bahasa asing yang klasik, bahwa manusia adalah zoon politicon.
harus menata kehidupannya sendiri atas dasar karya ciptanya sendiri yang kultural, a
keteraturan hidup dalam kehidupan manusia itu amat digantungkan dari standar-standar
perilaku yang diciptakan sendiri oleh manusia, entah secara sepihak oleh tokoh
penguasanya, entah lewat kesepakatan oleh para warga dan/atau para wakilnya.
standar perilaku itu tertampakkan sebagai pola-pola pengalaman yang diikuti bersama oleh
manusia sekoletiva sebagai kebiasaan atau tatacra yang praktis. Inilah yang (pertama-
tama!) oleh Sumner disebut folkways. Manakala pada masanya nanti standar yang
sebagai sesuatu yangt normatif dan yang oleh karena itu ‘sudah harus diikuti tanpa
reserve karena hakikatnya sebagai sesuatu yang bersubstantifkan kebaikan bagi kehidupan
bersama maka standar perilaku seperti itu (juga menurut Sumner) sudah mesti
digolongkan ke dalam bidang mores atau ‘moral sosial’. Moral sosial inilah yang apabila
telah berhasil disosialisasikan, dan kemudian daripada itu terinternalisasi untuk mernjadi
dihubungkan. Dalam hal ini, etika merupakan suatu pedoman atau keyakinan bagi para
yang baik. Selain itu, etika dalam penegakan hukum memiliki peran tersendiri dalam
mengarahkan para penegak hukum (Law Enforcement) agar tidak keluar dari jalr yang
telah di tetapkan.
B. Rumusan masalah
Adapun yang masalah yang akan dibahas penulis dalam makalah ini, yakni:
2. Apakah para penegak hukum harus memiliki etika tersendiri dalam menjalankan
tugasnya?
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan etika ialah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak serta kewajiban moral;
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Istilah etika menghubungkan penggunaan
akal budi perseorangan dengan tujuan untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
Dalam bahasa Indonesia, perkataan etika lazim juga disebut susila atau kesusilaan
yang berasal dari Sanskerta, yaitu su (indah) dan sila (kelakuan). Jadi, kesusilaan
mengandung arti kelakuan yang baik dan berwujud kaidah, norma (peraturan hidup
kemasyarakatan). Selain itu dalam Ensiklopedi Indonesia, dijelaskan bahwa etika berasal
dari bahasa Inggris yakni Ethics, yang mengandung arti ilmu tentang kesusilaan, yang
menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat mengenai: apa yang
baik dan apa yang buruk; segala ucapan harus senantiasa berdasarkan hasil-hasil
Menurut Magnis Suseno (1991: 15), salah satu fungsi utama etika yaitu untuk
membantu kita mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan dengan moralitas yang
moralitas, dan yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Maka dalam pengertian tersebut, perlu dicari
1. Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moral
2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur kebutuhan dan nilai
masyarakat
4. Diperlukan oleh kaum agama, yang di satu pihak menemukan dasar kemantapan
mereka dan di lain pihak mau berpartisipasi tanpa takut-takut dengan tidak menutup
Secara sistematis, etika dibedakan menjadi etika umum dan etika khusus. Kemudian,
etika khusus dibedakan lagi menjadi etika individual dan etika etika sosial. Etika umum
membahas tentang prinsip-prinsip dasar dari moral, sedangkan etika khusus menerapkan
prinsip-prinsip dasar dari moral itu pada masing-masing bidang kehidupan manusia. Etika
khusus individual memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri, dan etika sosial
hukum sangat beragam. Akan tetapi, tanpa disadari bahwa bantuan dan jasa hukum
terkadang sering terabaikan dengan kondisi bangsa Indonesia yang sangat memburuk. Hal
ini tanpa adanya dukungan dari pemerintah terhadap calon penegak hukum yang
selanjutnya, di mana profesi hukum sering terabaikan bahwa masyarakat luas mempunyai
pandangan yang bermacam-macam, mulai dari Pengacara yang sulit hidupnya karena tidak
jelas apa yang akan ditangani. Jaksa yang sering dipersepsikan mendapatkan sogokan atau
suap hingga Hakim yang dinilai tidak bijaksana dalam memutuskan perkara perdata,
Profesi di bidang hukum memang tidak akan lepas dari hal-hal yang bersifat analitis,
teoritis, logis, sistematis, dan bahkan tidak terkecuali administratif. Adapun pembagian
profesi dalam bidang hukum yang dilandaskan pada teori atau doktrin bagi sistem hukum
1. Kekuasaan Kehakiman.
No. 48/2009 dalam pasal 1 ayat (1), tersebut berbunyi “Kekuasaan negara yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum RI”.
Undang-undang ini sangatlah penting, karena merupakan induk dari KUHAP, yang
untuk mengadili sebuah perkara. Dalam suatu sidang perkara perdata dan pidana,
biasanya terdiri dari 3 orang hakim, satu hakim ketua dan dua hakim anggota. Kecuali
untuk peradilan acara cepat hanya ada satu hakim untuk setiap perkara.
Kekuasaan yang merdeka berarti tidak boleh ada campur tangan dari pihak
eksekutif (pemerintah), maupun legislatif. Seperti yang telah disebutkan dalam Bab
Hukum Perdata Formal (Hukum Acara Perdata), maka kekuasaan kehakiman ini
2. Kejaksaan.
dalam pasal 1 ayat (1), tersebut berbunyi “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
1) Mengadakan penuntutan.
undang.
5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
3. Kepolisian Negara.
2/2002 dalam pasal 1 ayat (1), tersebut berbunyi “Kepolisian adalah segala hal ihwal
yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.
ketentuan dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan peraturan negara lainnya.
Untuk pelaksanaan tugas penyelidikan tersebut, Kepolisian Negara berwenang
adalah orang yang mendampingi pihak yang berperkara untuk memastikan klien yang
hukum. Setiap orang yang telah lulus sarjana hukum bisa menjadi advokat, asalkan
mengikuti pendidikan profesi advokat dan lulus ujian profesi advokat yang diadakan
oleh organisasi profesi advokat. Untuk masyarakat yang tidak mampu, akan tetapi
butuh didampingi advokat, maka dapat meminta bantuan kepada lembaga yang
5. Notaris.
kepada masyarakat, yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
Juris atau guru besar dalam perkembangan ilmu hukum sangat besar
kontribusinya, mereka mendidik para mahasiswa hukum, menjadi saksi ahli dalam
persidangan, melakukan aktivitas advokasi kebijakan, dan melakukan studi. Selain itu
juga masih banyak profesi-profesi di bidang hukum, seperti arbiter, juru sita, penuntut
Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan oleh aparatur
hukum dalam pemerintahan suatu negara1. Kalau diadakan penelusuran sejarah, maka
akan dapat dijumpai bahwa etika telah dimulai oleh Aristoteles, hal ini dapat
manusia kepada manusia lainnya, yang tidak didasarkan kepada egoisme atau
kepentingan individu, akan tetapi didasarkan atas hal-hal yang bersifat altruistis, yaitu
terlihat adanya gejala penurunan etika dikalangan aparat penegak hukum, yang mana
Profesi hukum dewasa ini memiliki daya tarik tersendiri, akibat terjadinya suatu
paradigma baru dalam dunia hukum. sehingga menyebabkan konsorsium ilmu hukum
memandang perlu memiliki etika dan moral oleh setiap setiap profesi hukum, apalagi
dewasa ini isu pelanggaran hak asasi manusia semakin marak diperbincangkan dan
menjadi wacana publik yang sangat menarik2. Dengan adanya etika profesi hukum
khususnya dalam bidang itu, oleh karena itu oleh karena itu setiap profesional harus
1
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Cristine S.T. Kansil, S.H.,M.H. Pokok-pokok Etika Profesi Hukum,. PT Pradnya
Paramita. Jakarta, 2003, cetakan kedua, hlm 8
2
Supriadi, S.H.,M.Hum. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Sinar Grafika,Jakarta, 2006, hlm
19
secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan
pelayanan dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan keahlian dan
berkeilmuan.
Seseorang pengemban profesi hukum haruslah orang yang dapat dipercaya secara
penuh, bahwa ia (propesional hukum) tidak akan menyalahgunakan situasi yang ada.
mengerahkan segala kemampuan pengetahuan dan keahlian yang ada padanya, sebab
dan oleh karena itu pulalah pelayanan profesi hukum memerlukan pengawasan dari
masyarakat.
Hubungan etika dengan profesi hukum, bahwa etika profesi adalah sebagai sikap
hidup yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional dibidang
yang seksama, dan oleh karena itulah didalam melaksanakan profesi hukum kita harus
Selain itu dalam pelaksanaan tugas profesi hukum itu selain bersifat kepercayaan
yang berupa habl min-annas (hubungan horizontal) juga harus disandarkan kepada
habl min Allah (hubungan vertikal), yang mana habl bin Allah itu terwujud dengan
cinta kasih, perwujudan cinta kasih kepada-Nya tentunya kita harus melaksanakan
sepenuhnya atau mengabdi kepada perintah-Nya yangb antara lain cinya kasih
kepada-Nya itu direalisasikan dengan cinta kasih antar sesama manusia, dengan
menghayati cinta kasih sebagai dasar pelaksanaan profesi, maka otomatis akan
melahirkan moyivasi untuk mewujudkan etika profesi hukum sebagai realisasi sikap
hidup dalam mengemban tugas (yang pada hakikatnya merupakan amanah) profesi
hukum. Dan dengan itu profesi hukum memperoleh landasan keagamaan, maka ia
sekaligus sebagai sarana mewujudkan kecintaan kepada Allah SWT dengan tindakan
nyata.
: etika profesi adalah sikap etis sebgai bagian intergral dari sikap hidup dalam
bersangkutan sendiri yang dapat atau paling mengetahui tentang apakah prilaku dalam
mengemban profesi memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Karena tidak
memiliki kompetensi teknikal, maka awam tidak memilikinhal tiu. Di sampin tiu,
pengemban profesi sering dihadapkan pada situasi yang menimbulkan masalah pelik
untuk menentukan perilaku apa yang memenuhi tuntunan etika profesi. Sedangkan
prilaku dalam mengemban profesi dapat membawa akibat (negatif) yang jauh
terhadap klien atau pasien. Kenyataan yang dikemukakan tadi menunjukan bahwa
kalangan pengemban profesi itu sendiri membutuhkan adanya pedoman objektif yang
kongkret bagi prilaku profesinya. Karena itu dari lingkungan para pengemban profesi
tiu sendiri dimunculkanlah seperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus
Perangkat kaidah itulah yang disebut kode etik profesi (bisa di singkat: kode
eitk), yang dapat tertulis maipun tidak tertulis yang diterapkan secara formal oleh
organisasi profesi yang bersangkutan, dan di lain pihak untuk melindungi klien atau
pasien (warga masyarakat) dari penyalahgunaan keahlian dan atau otoritas
profesional.
Dari uraian diatas terlihat betapa eratnya hubungan antara etik dengan profesi
hukum, sebab dengan etika inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas
diharapakan.
Keadilan adalah nilai dan keutamaan yang paling luhur, dan merupakan unsur
penting dari harkat dan martabat manusia. Hukum dan kaidah, peratuiran-peraturan,
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia adalah sebagai titik tumpu
(dasar, landasan) serta muara dari hukum. Sebab hukum itu sendiri dibuat adalah
Dari apa yang diuraikan di atas, terlihat bahwa penyelengaraan dan penegakan
sebagai kebutuhan pokok, agar kehidupan bermasyrakat itu sendiri, dan hal inilah
yang diupayakan oleh para pengemban profesi hokum H.F.M. crombag sebagaimana
peran kemasyarakatan profesi hukum itu sebgai berikut: penyelesaian konflik secara
formal (peradilan), pencegahan konflik (legal drafting, legal advice), penyelesaian
konflik secara informal, dan penerapan hukum yang secra khas mewujudkan bidang
menjalankan fungsinya harus selalu mengacu pada tujuan hukum untuk memberikan
Indonesia.
hukum.
diterapkan.
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
Saat ini yang menjadi sorotan yang sangat-sangat menyedot perhatian setiap
orang adalah faktor penegak hukum. Ruang lingkup penegak hukum sangat luas
sekali, oleh karena mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung
profesi hukum yang akhirnya terejawantah dalam kode etik profesi hukum. Istilah
etika berhubungan dengan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral.
kejuruan tertentu. Sedangkan kode etik adalah norma dan asas yang diterima oleh
suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku. Keduanya memiliki kesamaan
dalam hal etika moral yang khusus diciptakan untuk kebaikan jalannya profesi yang
Hubungan etika dengan profesi hukum, bahwa etika profesi adalah sebagai
yang membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi seksama. Dan oleh
karena itulah dalam melaksanakan profesi terdapat kaidah-kaidah pokok berupa etika
a) Profesi harus dipandang sebagai pelayanan dan oleh karena itu sifat “tanpa
keseluruhan.
Yap Thiam Hiem, dalam bukunya “Masalah Pelanggaran Kode Etik Profesi Dalam
Penegakan Keadilan dan Hukum”, maksud dan tujuan kode etik ialah untuk
mengatur dan memberi kualitas kepada pelaksanaan profesi serta untuk menjaga
kehormatan dan nama baik organisasi profesi serta untuk melindungi publik yang
penegakan hukum seharusnya sudah tidak dapat lagi hadir dalam criminal justice
system kita, jika para unsur catur wangsa (hakim, jaksa, polisi, advokat) penegak
Dengan kata lain jangan ada celah-celah kecil yang makin lama makin meluas (efek
terjadi.
Persoalan yang menyeruak dan menjangkiti hukum di Indonesia saat ini lebih
disebabkan karena terjadinya degradasi moral dalam tubuh aparatur penegak hukum
kita. Dalam benak penulis, momentum saat ini dapat menjadi langkah awal
pemerintah bersama jajaran institusi penegak hukum, akademisi hukum dan pihak
lain terkait penegakan hukum, untuk merekonstruksi kode etik profesi hukum
dimana substansinya harus jauh lebih accountable (tanggung jawab). Lebih tegas
penegak hukum.
Jadikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas profesi hukum
yang tidak lain adalah untuk selalu mengacu pada tujuan hukum yang tidak lain
martabat manusia. Jika boleh meminjam risalahnya Umar bin Khattab kepada Musa
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, berupa kesediaan untuk memberikan
dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
seksama. Sehingga dalam proses penegakan hukum, etika profesi merupakan suatu standar
Setiap para penegak hukum memiliki etika profesi tersendiri dalam melaksanakan
tugasnya. Dan etika-etika tersebut berbeda satu sama lain, dikarenakan perbedaan fungsi
Etika merupakan suatu standar atau acuan dalam menjalankan profesi, khususnya
dalam penegakan hukum, etika profesi menjadi suatu pembatas antara pelaksanaan
kewajiban dan pencapaian tujuan hukum. Namun, batas tersebut tidak menjadikan
pelaksanaan kewajiban dan pencapaian tujuan hukum tersebut dipisah tetapi diiringkan
sejalan sehingga tujuan hukum bisa tercapai melalui pelaksaanan kewajiban yang tidak