PENDAHULUAN
mempunyai motto Rastra Sewakotama yang artinya adalah Abdi Utama bagi Nusa
Indonesia.
PRASETYA. TRIBRATA ialah ialah Rastra Sewa Kottama (Abdi utama pada
nusa dan bangsa), Nagara Janottama (Warga Negara Utama dari pada Negara), dan
Arti kata Polisi jika didalami lebih jauh, akan memberikan beberapa
kata Polisi memiliki kedalam 3 pengertian dalam penggunaan sehari-hari yaitu, (1)
Polisi sebagai Fungsi, (2) Polisi sebagai Organ Kenegaraan, (3) Polisi sebagai
Pejabat atau Petugas. Polisi dalam sehari-hari disebut sebagai Pejabat atau Petugas.
1
Mabes Polri, Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan, Jakarta
Selatan, hlm. 9.
2
Ibid., hlm. 11.
1
2
masyarakat. Ini berarti Polisi dan masyarakat memiliki keterkaitan satu sama lain
karena Polisi ada ditengah-tengah masyarakat apabila dilihat dari tugas dan
tugasnya berperan ganda baik sebagai penegak hukum maupun sebagai pekerja
sosial (social worker) pada aspek sosial dan kemasyarakatan (pelayanan dan
pengabdian).”3
forma, yaitu adalah Polisi adalah hukum yang hidup. Melalui Polisi janji-janji dan
ditangan Polisi hukum dapat diwujudkan khususnya dalam bidang Hukum Pidana.
masyarakat”.
Dengan kata lain polisi berperan sebagai institusi pelayanan publik yang
menegaskan bahwa:
Polisi adalah salah satu pranata dalam sub sistem peradilan pidana (selain
dengan tugas-tugas yang berat dalam menegakkan hukum, terutama yang berkaitan
dengan suatu tindak kejahatan, karena selain daripada berhadapan dengan penjahat,
polisi juga dihadapkan pada proses pemeriksaan terhadap tindak kejahatan yang
keselamatan masyarakat, harta benda, bahkan Polisi itu sendiri. Polisi dituntut
Untuk itu Polisi diberikan wewenang dalam menghadapi situasi darurat dan
melakukan tindakan terukur sebagai bentuk dari noodweer yang tertulis dalam
4
Kewenangan yang dimiliki oleh Polisi yang dimaksud dalam Pasal 18 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah Diskresi. Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan oleh Polisi dalam menghadapi noodweer adalah Tembak di
prinsip dan dalam hal apa Polisi menggunakan kekuatan dalam tindakan kepolisian.
Polisi harus bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama,
(1) legalitas, yang berarti bahwa semua tindakan kepolisian harus sesuai
dengan hukum yang berlaku;
(2) nesesitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan dapat dilakukan
bila memang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan
situasi yang dihadapi;
(3) proporsionalitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan harus
dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan
tingkat kekuatan atau respon anggota Polri, sehingga tidak
menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang berlebihan;
5
(4) kewajiban umum, yang berarti bahwa anggota Polri diberi kewenangan
untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaian sendiri, untuk
menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin keselamatan umum;
(5) preventif, yang berarti bahwa tindakan kepolisian mengutamakan
pencegahan;
(6) masuk akal (reasonable), yang berarti bahwa tindakan kepolisian
diambil dengan mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi
dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas atau
bahayanya terhadap masyarakat.
tembak ditempat sebagaimana yang disimpulkan dari Pasal 5 Ayat (1) Peraturan
tahapan sebagaimana dimaksud Ayat (1) polisi memilih tahapan yang sesuai
dengan ancaman dari pelaku terhadap polisi maupun kepentingan umum dengan
sesuai dengan prosedur dan tidak bertentangan dengan asas pra duga tak bersalah
Undang-Undang Hukum Acara Pidana) pada butir ke 3 huruf c dan dalam Pasal 8
bawah. Persamaan di depan hukum (equality before the law) seolah hanya menjadi
pemanis dalam proses penegakan hukum di negeri ini. Prinsip dasar penegakan
hukum ini tidak pernah ditaati secara konsisten oleh penegak hukum di Indonesia.
Tebang pilih dalam menegakkan hukum justru menjadi tren yang lumrah
atas hak asasi manusia. Hal ini tertulis dalam Penjelasan atas Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Perilaku tidak adil dan
diskriminatif merupakan pelanggaran hak asasi, dan dalam hal polisi salah
Para hakim yang pada umumnya hanya terfokus pada kepastian hukum
keadilan sebab hakikat dan inti dari hukum adalah keadilan (gerechtigheid).4
5
Internet, Suara Banten.id, (https://banten.suara.com/read/2020/08/31/112335/kronologi
lengkap-oknum-polisi-tembak-tiga-warga-sipil-di-makassar).
6
Internet, Liputan 6, (https://www.liputan6.com/regional/read/4021827/kronologi-oknum-
polisi-tembak-pelaku-pungli-di-palembang).
7
Internet, Liputan 6, (https://www.liputan6.com/regional/read/4383084/cekcok-mulut-
oknum-polisi-lepaskan-tembakan-di-gading-serpong).
8
maka dari itu penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul: “Kewenangan
B. Rumusan Masalah
tembak di tempat?
8
Internet,Kompas.com,(https://regional.kompas.com/read/2021/03/14/165232978/kasus-
polisi-tembak-teman-kencan-di-pekanbaru-ini-fakta-faktanya).
9
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
b. Manfaat secara praktis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu
D. Kerangka Konseptual
penulis dalam membahas hal selanjutnya, untuk itu penulis akan menguraikannya
sebagai berikut:
1. Kewenangan
undangan antara lain dalam Pasal 30 Ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945,
tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan lain
sebagainya.
2. Tindakan Kepolisian
tindakan lain yang dilakukan secara bertanggung jawab menurut hukum yang
yang mengancam keselamatan, atau membahayakan jiwa raga, harta benda atau
3. Tembak Di Tempat
yaitu bersifat menindak. Tembak di tempat adalah sebuah istilah yang sering
Arief Ryzky Wicaksana, “Kewenangan tembak ditempat oleh aparat kepolisian terhadap
9
kewajiban (salah satu azas yang melandasi penggunaan wewenang polri dalam
menjalankan tugas). Azas kewajiban ini bersifat preventif dan represif non
melakukan tugas represif kepolisian dalam hal ini melakukan tembak ditempat.10
penulisan skripsi ini adalah mengetahui dan mengkaji prosedur polisi dalam
E. Landasan Teoretis
Pembelaan Diri yang diatur dalam hukum positif Indonesia dalam KUHP
10
Roberts K, “Penggunaan Diskresi dalam Penegakan Hukum oleh Kepolisian menurut
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia”,
Pagaruyuang Law Jurnal, Vol.2 Nomor. 2, Sumatera Barat, 2019, hlm 274.
(https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/paguruyuang).
12
Asas legalitas dalam hukum pidana Indonesia diatur dalam Pasal 1 Ayat (1)
tentu dapat dijatuhi pidana karena masih harus dibuktikan kesalahannya tersebut
atau orang dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang
saja, akan tetapi di samping itu harus ada kesalahan, atau sikap batin yang dapat
11
R. Soesilo, KItab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1991, hlm. 64-65.
12
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1994,
hlm. 158.
13
dicela, ternyata pula dalam asas hukum yang tidak tertulis tidak dipidana jika
tidak ada kesalahan (geern straf zonder schuld, ohne schuld keine strafe).13
dilakukannya.
pidana,yaitu:
13
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 73.
14
Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2011, hlm. 70.
15
Yeyen Erwino, “Pertanggungjawaban Hukum Bagi ;Anggota Polri Yang
Menyalahgunakan Senjata Api”. Jurnal Universitas Atma Jaya. hlm.7. (http://e-
journal.uajy.ac.id/12151/1/JURNAL)
16
Ibid. hlm.7-8.
14
F. Metode Penelitian
berikut:
1. Tipe Penelitian
kaidah-kaidah hukum. Yang dalam hal ini mengkaji pengaturan yang mengatur
Metode pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini yang sesuai dengan
17
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Cetakan 1, Mandar Maju, Bandung,
2008, hlm. 90.
15
tembak di tempat.
dengan judul dan masalah yang dibahas untuk melihat apakah penerapannya
telah operasional. Dalam hal ini meneliti kasus yang terjadi di Makassar, di
tahun 1945.
2) Peraturan Perundang-undangan
Indonesia.
16
internet, artikel dan lain sebagainya yang dapat digunakan sebagai literatur
Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk
Kamus Hukum.
diteliti.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini yang terdiri dari 4 (empat) Bab yang dimana dari
bab-bab tersebut terbagi dalam sub-sub bab yang kemudian sub-sub bab tersebut
akan terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil dan fokus. Adapun isi dari skripsi
BAB I Pendahuluan, bab ini memuat tentang latar belakang masalah yang akan
sistematika penulisan.
kepolisian melalui dasar hukum, dan prosedur serta syarat anggota polri
BAB III Kewenangan Tindakan Polisi Melakukan Tembak Ditempat, bab ini
BAB IV Penutup, bab ini berisi ringkasan dari seluruh penelitian dan diakhiri
dengan kesimpulan dan saran sebagai intisari dari hasil penelitian serta