PERTEMUAN KULIAH KE 2
MATERI : SIFAT, ASAS, DAN SUMBER HUKUM
SIFAT, ASAS, DAN SUMBER HUKUM
Mengenai sifat hukum kepolisian yang merupakan bagian dari hukum pada
umumnya, dapat dilihat dari berbagai segi antara lain dari kekuatan sanksinya,
sehingga dari segi ini ditemukan penggolongan hukum kedalam dua golongan
yaitu hukum yang bersifat memaksa ( dwingendrecht ) dan hukum yang bersifat
mengatur ( regelendrecht ). Menurut Erlyn Indarti ( 2002 ), mengemukakan
bahwa hukum kepolisian secara umum dapat diklasifikasikan kedalam “ hukum
prosedural “, yakni hukum yang memberikan kekuasaan bagi polisi atau
menggariskan prosedur tindakan polisi ( intern ) dan “ hukum substantif “, yakni
hukum yang menetapkan dan mendefinisikan ( suatu ) tindakan sebagai sekedar
pelanggaran hukum ataukah tindakan pidana ( extern ).
c) Mengingat HAM adalah merupakan hak – hak yang paling dasar yang
harus dijunjung tinggi, dimana setiap anggota polisi pun mempunyai
kedudukan yang sama didalam atau dimuka hukum dengan warga negara
lainnya. Oleh karena itu perlu ada ketentuan –ketentuan yang mengatur
tentang bagaimana polisi melaksanakan tugas dan wewenangnya agar tidak
menyimpang dan atau memaksa dirinya untuk melakukan kegiatan
berdasarkan peraturan perundang – undangan , sebagaimana diatur dalam
pasal 13 s/d 19 Undang – Undang No. 2 Tahun 2002;
Pertama, asas berarti prinsip atau garis hukum yang diterapkan secara langsung
kepada suatu perbuatan faktual nyata / konkrit ( tindakan kepolisian ) dalam
masyarakat;
Ketiga, asas – asas hukum kepolisian mengandung nilai – nilai dan tuntutan etika
yang menjiwai kaidah – kaidah dalam peraturan kepolisian sebagai hukum positif.
Asas hukum Kepolisian Negara RI bersumber dari pedoman hidup kepolisian “Tri
Brata “ yang memuat nilai – nilai dan prinsip dalam pelaksanaan tugas kepolisian,
yaitu : Pertama, “ Rastra Sewakottama “ polisi abdi utama dari nusa dan bangsa
( mengutamakan kepentingan nusa dan bangsa ), dengan perubahan : berbakti
kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketaqwaan terhadap Tuhan YME; Kedua,
“ Nagara Yanottama “ polisi warga negara utama atau teladan, dengan perubahan
: menjunjung tinggi kebenaran keadilan dan kemanusiaan dalam menegakkan
Hukum Negara Pancasila dan UUD 1945; Ketiga, “ Yana Anucasana Dharma “
polisi wajib menjaga ketertiban pribadi rakyat, dengan perubahan : senantiasa
melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat, dengan keikhlasan untuk
mewujudkan keamanan dan ketertiban.
2. Asas Kepolisian.
a. Asas Legalitas.
Asas Legalitas merupakan asas yang paling mendasar dalam negara hukum (NKRI
dengan konstitusi UUD 1945), terutama negara hukum formal yang menyatakan
bahwa setiap tindakan polisi ( kepolisian ) harus didasarkan hanya kepada undang
– undang (UU No. 2 Th 2002 dan UU lainnya) dan peraturan yang berlaku, sebagai
ciri yang menonjol dalam menegakkan supremasi hukum. Namun dengan
pesatnya perkembangan masyarakat dengan segala permasalahan barunya, asas
legalitas diartikan bukan lagi sah menurut undang – undang dan peraturan
melainkan sah menurut hukum dan sesuai dengan tujuan hukum (
doelmatigheid ). Asas legalitas diterapkan dalam tataran fungsi kepolisian “
represif yustisial “ dalam proses pidana formal sesuai dengan Hukum Acara
Pidana yang berlaku ( UU No. 8 Th 1981 ttg KUHAP dan UU No. 2 Th 2002 psl 16 )
b. Asas Kewajiban.
c. Asas Partisipasi.
Tindakan polisi preventif dianggap lebih efisien daripada tindakan polisi represif,
bahkan menyelidiki sebab – sebab terjadinya kejahatan. Pernyataan E.H.Glover
( 1934 ) dalam buku instruksi resmi dari “ The London Metropolitan Police “
sebagai berikut : “ Tujuan pertama dari kepolisian yang efisien ialah pencegahan
adanya kejahatan, kemudian penyelidikan dan penghukuman pelanggar apabila
terjadi kejahatan. Adapun perlindungan atas jiwa dan harta benda, pemeliharaan
ketenteraman umum dan tidak adanya kejahatan ini hanyalah merupakan bukti,
apakah tujuan – tujuan pembentukan kepolisian telah dicapai “.
Asas Subsidiaritas adalah asas yang memberi wewenang kepada polisi untuk
memungkinkan melakukan atau dapat mengambil tindakan pengganti bagi
instansi atau petugas yang berwenang atau berkewajiban, belum mengambil
tindakan, sehingga berarti asas ini menjamin tidak ada satu kasuspun yang
terlepas dar kewenangan kepolisian memelihara ketertiban umum. Asas
subsidiaritas tumbuh dan berkembang dari kebiasan praktek kepolisian dan
kebiasaan masyarakat bila memerlukan pertolongan dan bantuan selalu
memintanya kepada polisi, sebab adalah antara lain :
Pertama, instansi yang diperlukan memang tidak terdapat ditempat itu, seperti
didaerah terpencil tidak terdapat instansi bea cukai, imigrasi, kejaksaan dsbnya;
f. Asas Oportunitas.
Mengenai sumber – sumber hukum diantara para ahli terdapat perbedaan antara
sumber hukum formal dan sumber hukum material ; dimaksudkan dengan
sumber hukum formal adalah sumber yang menentukan kekuatan dan berlakunya
suatu ketentuan hukum, yang penting adalah cara terciptanya hukum dan bentuk
dalam mana hukum itu dinyatakan, sumber hukum material supaya berlaku maka
diberi bentuk tertentu sehingga menjadi hukum formal. Sedangkan sumber
hukum material adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum.
Sumber hukum kepolisian juga menganut ketentuan – ketentuan umum sumber
hukum yaitu dikelompokkan menjadi sumber hukum kepolisian dalam arti formil
dan sumber hukum kepolisian dalam arti material.
a. Undang – Undang.
c. Traktat.
Traktat adalah perjanjian internasional, diadakan oleh dua negara atau lebih,
sebagai perjanjian “ bilateral “ atau “ multilateral “ didalam Hukum Internasional
sebagai salah satu sumber hukum. Ternyata hubungan internasional negara –
negara mencakup juga soal- soal pemberantasan kejahatan internasional yang
telah meningkat kepada bentuk kejahatan lintas negara ( transnational
crime )sehingga telah memacu lahirnya kerjasama internasional mengadakan
traktat – traktat yang dipelopori PBB melalui Konvensi – konvensi anata lain “
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime ( UNCATOC )
Tahun 2000. Dalam kerjasama internasional bentuk – bentuknya antara lain :
Ekstradiksi, Penegakkan hukum, Penyerahan terhukum, Penyelidikan bersama,
dan Mutual legal assistance.
d. Jurisprudensi.
Satjipto Rahardjo dengan bukunya Ilmu Hukum tahun 2000, dalam Momo
Kelana ( 2007 ) menjelaskan “ Salah satu esensi dari doktrin atau ajaran preseden
dalam sistem “ common law “ adalah bahwa ketentuan – ketentuan hukum itu
dikembangkan dalam proses penerapannya “. Dengan menyebut “ Jurisprudensi
“ sebagai salah satu sumber hukum kepolisian maka berarti hukum kepolisian “
memberikan tempat yang penting” bagi keputusan hakim yang dihasilkan melalui
proses pengadilan, dalam penerapan pada tingkat penyelidikan dan penyidikan.
e. Ilmu Pengetahuan.
Sumber hukum materil yaitu merupakan sumber yang menentukan isi kaidah
hukum itu sendiri, maksudnya adalah bahwa penilaian yang menentukan kaidah
masyarakat telah menjadi kaidah hukum mendapat penguatan dari masyarakat.
Dari perkembangan kaidah – kaidah didalam masyarakat dapat diketahui adanya
macam – macam kaidah, antara lain : Kaidah kesusilaan perorangan ; Kaidah
kesusilaan masyarakat ; dan Kaidah hukum. Contoh : seseorang yang “
bertelanjang “ akan berkembang proses isi kaidah yaitu, apabila dilakukan
didalam kamar milik pribadi sendiri, penilaian baik atau buruknya perbuatan itu
tergantung menurut penilaian pribadi yang bersangkutan ; apabila dilakukan
dimuka umum, penilaian baik buruknya menurut masyarakat setempat ; apabila
telah dicela oleh masyarakat umum dan menunjukkan hal – hal tidak bermoral
serta aspirasi masyarakat mengusulkan kepada pemerintah agar diberi sanksi
berarti telah meningkat menjadi kaidah hukum ( pro dan kontra UU Pornografi ).