Anda di halaman 1dari 14

Latar belakang

Pasal 1 ayat (3) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar (UUD) 1945


menegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas negara hukum (the rule of law).
Pakar ilmu sosial, Franz-Magnis Suseno (1990), melihat bahwa perlindungan HAM
adalah salah satu elemen dari the rule of law, selain hukum yang adil. Kita bisa melacak
akar prinsip the rule of law dari putusan-putusan pengadilan internasional seperti
Pengadilan Hak Azasi Manusia (HAM) Eropa dan Komite HAM Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), untuk mengetahui pembahasan antara the rule of law dan Hak Asasi
Manusia.Pembukaan UUD 1945 menyatakan terbentuknya Negara adalah untuk
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Dinyatakan bahwa untuk itu, UUD 1945 harus mengandung ketentuan yang
“mewajibkan Pemerintah dan penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.” UUD
1945 selanjutnya menegaskan bahwa “Negara Indonesia berdasar atas
hukum(rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat).Hak asasi
manusia (HAM) merupakan hak-hak yang (seharusnya) diakui secara universal sebagai
hak-hak yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat kelahiran manusia itu
sebagai manusia. Dikatakan ‘universal’ karena hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian
dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli apapun warna kulitnya, jenis
kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan pula agama atau kepercayaan
spiritualitasnya. Sementara itu dikatakan ‘melekat’ atau ‘inheren’ karena hak-hak itu
dimiliki sesiapapun yang manusia berkat kodrat kelahirannya sebagai manusia dan
bukan karena pemberian oleh suatu organisasi kekuasaan manapun.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah:
1. Apa pengertian rule of law?
2. Bagaimana terbentuknya rule?
3. Apa fungsi dari rule of law?
4. Bagaimana Dinamika pelaksanaan Rule of law?
5. Apakah Negara Indonesia termasuk Negara yang adil dalam penegakan hukumnya?
6. pengertian HAM
7. HAM di indonesia
8. pelanggaran HAM

1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan
1. Pengertian rule of law.
2. Mengetahui asal mula terbentuk nya rule of law.
3. fungsi rule or law.
4. Mengetahui Dinamika pelaksanaan rule of law di Indonesia.
5. Negara Indonesia adalah Negara yang baik atau buruk dalam peradilannya.

2
BAB II

2. 1 Pengertian Rule Of law


Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:
Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan
umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara
hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena
menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law
terkait erat dengan keadilan sehingga harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat.Rule of law mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui
pembuatan system peraturan dan prosedur yang objektif, tidak memihak, tidak personal
dan otonom1).

2.2 Fungsi Rule Of Law


Fungsi Rule Of Law pada hakikat nya adalah jaminan adanya keadilan social
bagi masyarakat, terutama keadilan social.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal termuat dalam pasal-pasal UUD
1945 yaitu:
Pasal 1 ayat 3
Pasal 24 ayat 1
Pasa 27 ayat 1
Pasal 28D ayat 1 dan 2
2.3 Pelaksanaan Rule of Law
Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:
a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.
b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga
memihak pada keadilan. Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto
Raharjo: 2004), yang memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat

3
politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum progresif bahwa ”hukum adalah untuk
manusia”, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang kuat.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis dengan
kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back to law and order”,
kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh
kekuasaan atau kekuatan apapun.
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk. Contoh: Indonesia adalah salah satu
Negara terkorup di dunia (Masyarakat Transparansi Internasional: 2005).
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:
o Kasus korupsi KPU dan KPUD;
 Kasus illegal logging;
 Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA);
 Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika ;
 Kasus perdagangan wanita dan anak.

2.4 Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia


Dalam Proses Penegakan hokum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak
hukum yang terdiri dari: asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak,
dasar
 Kepolisian
fungsinya memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok yaitu:
- Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
- Menegakan Hukum.
- Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:
- Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
- Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

4
- Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan.
-Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
- Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya.
- Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata
tajam.
 Kejaksaan
wewenang dan tugas kejaksaan
-Melakukan penuntutan
- Melaksanakan penetapan hakim dan putusa pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
- melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusa lepas bersyarat.
- Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang.
-Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
 KPK( komisi Pemberantasn Korupsi)
KPK di tetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan daya
guna dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas KPK
 berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi
 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
 Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
 Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

5
 Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.
wewenang KPK
 Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
 Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.
 Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi
 Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.
 hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
 peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum
UU KPK.

 Badan peradilan
1) Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia.
MA mempunyai kewenangan
Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh peradilan.
Menguji peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang terhadap
Undang-undang
Kewnangan lain yang ditentukan undang-undang.

2) Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tignkat pertama dan
terakhir:
Menguji undang-undang terhadap UUD 1945.
Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
Memutuskan pembubaran parpol
Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum

3) Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan
kabupaten. Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik

6
pidana dan perdata di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal
57 UU No. 8 tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan
terhadap tindak korupsi, terorisme, narkotika atau psikotropika pencucian uang, dan
selanjutnya, tindak pidana.

2.5 Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung olehTuhan
Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti
dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila seseorang
melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang lain, maka ia
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua hak dasar yang paling
fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir
hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit
akan ditegakkan.Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak
Asasi Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu
pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan
perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan
keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

Sejarah Nasional Hak Asasi Manusia


Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10
Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat
manusia setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang
dilakukan negara-negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makana ganda, baik ke luar (antar negara-
negara) maupun ke dalam (antar negara-bangsa), berlaku bagi semua bangsa dan
pemerintahan di negara-negaranya masing-masing. Makna ke luar adalah berupa
komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak terjerumus lagi dalam
malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan

7
makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi HAM seduania itu harus
senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari masing-masing negara dalam
menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh pemerintahnya.Bagi negara-negara
anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan demikian setiap pelanggaran
atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota PBB bukan
semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang bersangkutan, melainkan
juga merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota PBB
lainnya.
Mereka absah mempersoalkan dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di
suatu negara ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM
internasional lainnya unuk mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap
pemerintah yang bersangkutan.
Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30 pasal yang
termaktub dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah standar nilai kemanusiaan yang
berlaku bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar belakang primordial apa pun serta
bertempat tinggal di mana pun di muka bumi ini. Semua manusia adalah sama. Semua
kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua.
Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di Sulawesi
Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku adat (Lontarak).
Antara lain dinyatakan dalam buku Lontarak(Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja
berselisih faham dengan Dewan Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para
Dewam Adat sendiri berselisih, maka rakyatlah yang memustuskan. Jadi asas-asas
HAM yang telah disorot sekarang, semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu,
namun hal ini kurang diperhatikan karena sebagian ahli hukum Indonesia sendiri
agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun dalam
perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada yang
bertanya mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang bertanya
mengapa bukan Social Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan masyarakat
yang menjadi tujuan ? Sesungguhnya dalam Human Rights sudah implisit adanya
kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan masyarakat. Demikian juga tidak

8
mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban. Orang yang dihormati haknya
berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi saling hormat-menghormati
terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau ada hak berarti ada kewajiban.

2.6 Pengertian HAM


Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki manusia, sesuai dengan
kodratnya.Menurut ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1988 bahwa hak asasi manusia
adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi
sebagai anugerah Tuhan Yang MahaEsa.
Sejarah singkat timbulnya HAM
A. Inggris
Magna Charta (1215) : terlahir karena protes keras kalangan bangsawan atas
pemerintahan John Lackland (1199-1216),seorang raja inggris yang pada waktu itu
bertindak sewenang-wenang.

Universal Declaration of Human Right (pernyataan sedunia tntang hak asasi manusia)
dideklarasikan pada tanggal 10 desember 1948 oleh PBB. Deklarasi ini merupakan
pelaksanaan umum yang baku bagi semua bangsa dan negara agar menjamin pengakuan
dan pelaksanaan hak-hak kebebasan secara umum dan efektif. Ketentuan pasal-pasal
tenteng HAM dalam Deklarasi Universal antara lain sebagai berikut :
1. Pasal 1 (Semua orang dilahirkanmerdeka dan mempunyai martabat dan hak-
hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu
sama lain dalam persaudaraan),
2. Pasal 2 (Berisi atas kebebasan semua hak, seperti bangsa, ras, agama, warna
kulit dll,serta tidak adanya perbedaaan status politik, hukum, atau wilayah dari
mana mereka berasal),
3. Pasal 3 (Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan, dan keselamatan
orang),
4. Pasal 4 (Berisi larangan memperbudak atau memperhambakan seseorang),
5. Pasal 5 (Berisi larangan menganiaya atau memperlakukan seseorang dengan
kejam tanpa mengingat kemanusiaan),

9
6. Pasal 6 (Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi di
hadapan UU dimannapun ia berada),
7. Pasal 7 (Semua orang sama dihadapan UU dan berhak atas perlindungan yang
sama),
8. Pasal 8 (Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim
nasional yang berkuasa mengadili), dan
9. Pasal 9 (Tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan, atau dibuang secara
sewenang-wenang).
Serta masih banyak lagi pasal-pasal yang menjelaskan tentang hak asasi manusia.

2.7 HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang, di Indonesia telah berlaku 3
UUD dalam 4 periode, antara lain :
 Periode 18 agustus 1945 sampai 27 desember 1949 berlaku UUD 1945,
 Periode 27 desember 1949 sampai 17 agustus 1950 berlaku konstitusi Republik
Indonesia Serikat,
 Periode 17 agustus 1950 sampai tahun 1959 berlaku UUDS 1950, dan
 Periode 5 juli 1959 sampai sekarang berlaku UUD 1945.
Dalam UUD 1945 butir-buti hak asasi manusia hanya tercantum beberapa saja.
Sementara konstitusi RIS 1945 dan UUDS 1950 hampir bulat-bulat mencantumkan isi
deklarasi HAM dari PBB.
Pada awal orde baru, salah satu tujuan pemerintah adalah melaksanakan hak asasi
manusia yang tercantum dalam UUD 1945 serta berusaha untuk melengkapinya. Tugas
untuk melengkapi HAM ini ditangani oleh panitia MPRS yang kemudian menyusun
rancangan piagam hak asasi manusia serta hak dan kewajiban warga negara yang
dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968.
Pada awal reformasi itu diselenggarakan pula sidang istimewa MPR (1998) yang salah
satu ketetapannya berisi piagam HAM.

10
2.8 Pelanggaran HAM
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut
Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang,
dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida, dan
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
 Membunuh anggota kelompok,
 Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok,
 Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
 Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok, dan
 Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
 Pembunuhan,
 Pemusnahan,
 Perbudakan,

11
 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional,
 Penyiksaan,
 Perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara,
 penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional,
 Penghilangan orang secara paksa, dan
 Kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada
seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang
ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga
telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa
seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan
dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik
(Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang
menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal
33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

12
BAB III

3.1 Kesimpulan
Jadi, agar terciptanya kedamaian dalam suatu Negara. perlu adanya suatu
konsekuensi dalam menjalani sebuah peraturan hukum yang ada dalam suatu Negara,
yang berdasarkan pada prinsip Rule Of Law. sehingga system hukum kita bisa
mencapai suatu tujuan yaitu keadilan social bagi masyarakatnya.

3.2 Saran
Kita sebagai warga Negara yang baik kita seharusnya, perlu menegakan hukum
sesuai dengan kaidah- kaidah hukum yang berlaku. agar terciptanya keamanan,
ketertiban dan keselarasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

13
Daftar Pustaka
Widodo, SRI., dkk. 2011.pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.UMC press
http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/hak-asasi-manusia-dan-rule-of-
law.html
http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/
http://gurupkn.wordpress.com/2008/02/22/pengertian-pengertian-hak-asasi-
manusia/

14

Anda mungkin juga menyukai