A. Latar Belakang
bersama dengan manusia lainnya dalam jangka waktu yang lama dan
bermasyarakat.
hubungan yang tertib atau teratur dan hukum sebagai suatu kaidah
sanksi. Yang salah satu fungsi pokoknya sebagai sarana kontrol sosial,
masyarakat1.
1
Soerjono Soekanto. Disiplin hukum dan disiplin sosial. Rajawali Pers. Jakarta. 1988. hlm 6.
1
Hukum secara sosiologi adalah penting dan merupakan suatu
demikian itu, maka hukum pertama-tama akan hadir sebagai suatu yang
bersifat law in the books, yang memuat rancangan hipotesis tentang batas-
batas perilaku manusia yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta
2
Soerjono Soekanto. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. 2006 hal 4
3
Ibid. hlm 2.
4
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Penerbit Liberty yogyakarta.
Yogyakarta. 2003. hal 25
2
asas kesadaran hukum. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka menjadi
dasar negara sebagai negara hukum yang dan bukan negara yang
kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa
seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita
dengan mana kita membedakan antara hukum dan bukan hukum (onrecht),
tidak diusut.
hukum itu adalah manusia. Hukum itu tergantung The Man Behind The
Gun5. Maka, apabila terjadi suatu perbuatan melanggar hukum, tentu akan
5
Jeremias Lemek. Mencari Keadilan: Pandangan Kritis Terhadap Penegakan Hukum di Indonesia.
Galang Press. 2007. hal 24.
6
Wirjono Prodjodikoro. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandune 2009
hal 16.
3
teori kehendak menganggap kesengajaan (opzet) ada apabila perbuatan
dan akibat suatu tindak pidana dikehendaki oleh si pelaku 7. Tidak sedikit
tidak ditanggapi atau dilayani. Menurut Von Savigny bahwa antara hukum
dan keaslian serta watak rakyat terdapat suatu pertalian yang organis 8.
pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat
7
Ibid, hal 67
8
Satjipto Raharjo. Hukum dan Masyarakat. Penerbit Angkasa. Bandung. 1986.
9
Skripsi Herlinsta Astrie Nunggraeni. Efektifitas Penggunaan Jembatan Penyebarangan orang
(JPO) dan Variabel-variabelyang Mempengaruhi Penyeberang Jalan Dalam Menggunakannya.
Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang. 2006.
4
bagi pejalan kaki, termasuk fasilitas penyeberangan jalan seperti jembatan
haruskan tidak ada pertemuan sebidang antara arus pajalan kaki dan jarak
suatu pusat tertentu, maka suatu ketika pejalan kaki harus menyeberangi
kendaraan yang berakibat pada kemacetan lalu lintas dan seringnya terjadi
10
Ibid.
11
Ibid.
5
Namun kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa
dengan kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Hal ini bisa
fungsikan untuk para pengemis dan anak jalanan serta rawan kejahatan.
Para pejalan kaki lebih suka lewat bawah jembatan dari pada lewat
tersebut. Padahal hal tersebut sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota
melakukan penertiban penggunaan jalur lalu lintas, trotoar dan bahu jalan,
6
Selain itu kondisi jembatan penyeberangan orang yang ada di kota
memilih untuk melintasi jalan yang cukup padat dengan cara langsung
lewat. Namun, masih ada pula warga masyarakat yang patuh dan memilih
Namun, tentu saja mereka harus hati-hati selain itu jalan naik
7
penyeberangan orang (JPO)12. Ironisnya lagi yang sering menjadi
hukuman dan denda tertentu yang dilaksanakan secara konsisten, adil, dan
tanpa diskriminasi13.
B. Identifikasi Masalah
12
Ibid.
13
Ibid.
8
Sehubungan dengan penegasan di atas, penulis menemukan permasalahan
Bandung dan pada akhirnya Negara Indonesia dapat menjadi negara yang
D. Metode Penelitian
9
dalam sistem kehidupan yang mempola, penelitian ini ingin
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Daerah Kota Bandung
dan Keindahan.
BAB II
10
PEMBAHASAN
banyak orang yang berjalan kaki di Kota Bandung yang menyeberang tidak
jalan raya karena pagar pembatas jalan telah dibuka. Orang yang berjalan
menyeberang jalan tidak melintasi JPO disebabkan pagar pembatas jalan telah
rusak dan terbuka akses bagi pejalan kaki menyeberang di jalan raya. Pejalan
yang tersedia dalam kondisi rusak dan tidak layak sebagai sarana
14
Fakrul Rozi Yamali, loc.cit.especially in dense urban areas will be vehicles. The purpose of this
research is to know the benefi ts of the Pedestrian Overpass (JPO)
11
menganggap perbuatannya tidak melanggar peraturan perundangundangan,
menggunakan JPO yang telah disediakan. Hal ini terungkap 84% responden
tidak menggunakan sarana JPO. Oleh karena itu, wajar bila pejalan kaki
jalan. Namun, ada orang yang memiliki motif tertentu membuka dan merusak
pagar pembatas jalan. Di samping itu, ada beberapa besi pagar dan atap JPO
dilepas oleh orang yang tidak bertanggungjawab, sehingga keadaan ini dapat
layak dilintasi oleh pejalan kaki. Pendapat tersebut ternyata kurang lebih
sama dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Bina Marga Pekerjaan
Menurut Kepala Dinas Bina Marga Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
pihaknya tidak pernah membuka pagar pembatas jalan. Orang yang tidak
15
https://www.rri.co.id/iptek/55334/pemkot-bandung-segera-perbaiki-jpo-merdeka rabu 3
januari 2024
12
Perbuatan mereka yang merusak dan menghilangkan pagar pembatas jalan,
merusak fasilitas umum. Kepala Dinas Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum
ini disebabkan adanya pejalan kaki yang tidak melewati JPO dengan alasan
tempat yang dituju terlalu jauh, adanya pejalan kaki yang tidak mau bersusah
lain.16
tempat yang telah ditentukan. Apalagi Pasal 132 ayat (1) huruf b UU Lalu
yakni alasan orang yang melintas jalan dan alasan kondisi JPO. Alasan orang
16
Ibid
17
Ibid
13
yang melintas jalan tidak mengambil manfaat fasilitas menyeberang
utamanya kesadaran hukum dalam menggunakan sarana JPO dan pejalan kaki
tidak mau bersusah payah melintasi JPO yang terlalu jauh. Sementara alasan
kondisi JPO disebabkan keberadaan JPO yang rusak dan tidak layak dilintasi
hukum pejalan kaki. Kesadaran hukum adalah nilai-nilai dalam diri manusia
terhadap aturan. Adapun pembeda ialah ketaatan hukum wujud karena ada
rasa takut akan berlakunya hukuman. Kesadaran hukum sering juga dikaitkan
Pejalan Kaki
pejalan kaki, dapat diperoleh beberapa kendala orang yang berjalan kaki tidak
terpaksa harus melewati jalan umum, jarak JPO yang terlalu jauh dari tempat
tujuan sehingga dicarilah jalan pintas, JPO yang sudah rusak dan tidak layak
untuk digunakan oleh pejalan kaki, serta JPO yang tidak aman dan nyaman
18
Ellya Rosana, “Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat,” Jurnal TAPIs
10, No. 1 (Juni 2014): hlm. 3, htt ps://doi.org/10.24042/tps.v10i1.1600.
14
untuk digunakan sebagai sarana penyeberangan. Tidak berbeda dengan para
responden,
Kepala Dinas Bina Marga Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
kendala penggunaan JPO, antara lain: posisi JPO cukup jauh dari tempat yang
dituju sehingga pejalan kaki sembarangan menerobos jalan atau marka jalan,
pejalan kaki merasa khawatir menaiki JPO karena bangunan JPO yang sangat
tinggi dan curam sehingga pejalan kaki agak susah untuk menaiki anak
dan kesadaran orang yang berjalan kaki untuk memanfaatkan fasilitas JPO
Daerah Kota Bandung mengemukakan kendala orang yang berjalan kaki tidak
sarana JPO banyak yang sudah rusak dan lapuk. JPO memang tersedia, tetapi
19
Suhaimi S, loc.cit.
15
Di samping itu, lampu penerangan JPO masih kurang untuk pengguna
JPO pada malam hari.20 Lepas dari beragam tanggapan responden tersebut,
JPO disebabkan tidak adanya lampu penerangan dan adanya penutup dinding
berupa reklame pada JPO. Kedua faktor tersebut bisa menimbulkan perkara
kejahatan kriminal pada area sekitar fasilitas untuk menyeberang, antara lain
jumlah anak tangga JPO, dan bordes JPO yang tersedia relatif sedikit sebagai
tempat istirahat.22 Selain itu, alasan pejalan kaki sehingga tidak menggunakan
beberapa upaya, antara lain Pemerintah Kota Bandung harus secara rutin
JPO karena melewati pagar pembatas jalan. Tindakan pejalan kaki seperti ini
16
melintasi fasilitas penyeberangan dengan menerapkan berbagai langkah yang
negatif bagi orang yang berjalan kaki yang tidak memanfaatkan fasilitas
bagi pejalan kaki yang melintas di jalan raya, dan sebagainya. Upaya
yang apik dan menarik sehingga masyarakat menjadi tertarik dan antusias
dengan pendapat tersebut. Beberapa upaya yang perlu dilakukan agar pejalan
agar tumbuh kesadaran setiap warga negara untuk menggunakan JPO demi
keselamatan orang yang berjalan kaki dan pengguna jalan lainnya, mendesak
23
Ahmad Maghfur, penerj., Keselamatan Pejalan Kaki: Manual Keselamatan Jalan untuk
Pengambil Keputusan dan Praktisi (Global Road Safety Partnership Indonesia, 2015), hlm. 16.
24
Tardi Dwisasti, loc.cit.
17
dinas terkait agar segera memperbaiki sarana JPO yang sudah rusak,
agar dapat membawa hasil, sehingga perlu pengarahan agar orang berjalan
kaki menyeberang pada fasilitas yang telah dirancang dan tidak melintas
petunjuk kepada orang yang melintas di area JPO dan bisa mempengaruhi
Agar orang berjalan kaki terdorong memakai JPO, maka harus ada
jaminan keadaan aman dan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Pengadaan
25
Roni Amriel, loc.cit.
26
Lilis Trianingsih dan Retna Hidayah, “Analisis Prilaku Pejalan Kaki Pada Penggunaan Fasilitas
Penyeberangan Di Sepanjang jalan Kawasan Malioboro Yogyakarta,” INERSIA 10, No. 2 (Desember
2014): hlm. 107
27
Edy Supriady Koswara, Roestaman, dan Eko Walujodjati, loc.cit
28
Zayyinul Hayati Zen, Denny Astrie Anggraini, dan Peggy Riski Ananda, op.cit., hlm. 101.
18
Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung perlu mengevaluasi kebijakan
dan merumuskan sanksi bagi pejalan kaki yang tidak menggunakan JPO
menganggarkan dana untuk merawat setiap fasilitas bagi pejalan kaki seperti
29
Era Elfi andi, “Pelaksanaan Kebijakan Mengenai Fasilitas Pejalan kaki Di Kota Bandung Tahun
2013,” Jom FISIP 2, No. 1 (Februari 2015): hlm. 9.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
20
cenderung menerobos pembatas jalan yang telah dirusak, rendahnya kesadaran
hukum untuk memanfaatkan JPO, dan tidak adanya sanksi bagi pejalan kaki yang
tidak menggunakan JPO. Upaya untuk mengatasi kendala, antara lain perlu
penertiban secara rutin terhadap pejalan kaki yang tidak menggunakan JPO,
pemerintah perlu mensosialisasikan aturan agar menggunakan JPO, pemerintah
perlu menjelaskan bahaya bagi pejalan kaki yang menerobos pembatas jalan,
pemerintah perlu mendesain JPO yang apik agar tampak menarik, dan dinas
terkait perlu memasang lampu-lampu di area JPO, memperbaiki JPO yang rusak,
dan menertibkan iklan-iklan di area JPO.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
Achmad Sanusi. 1984. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum
Indonesia. Bandung: Penerbit Tarsito.
21
Mempengaruhi Penyeberang Jalan Dalam Menggunakannya. Skripsi:
Tidak Diterbitkan. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Semarang.
Kansil. 1984. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:
Penerbit Balai Pustaka. Lamintang. 1983. Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia. Bandung: Sumur Batu.
Moch Anwar. 1989. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II).
Bandung: Alumni. Moeljatno. 2007. KUHP. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 2004. Metode Research. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.
Niniek Supami. 1996. Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan
Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika.
Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. 2006. Pokok-
Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
22
................ 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: PT. Rajawali pers.
B. Peraturan Perundang-undangan :
23