Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pancasila yang berjudul “Rendahnya Kesadaran akan Etika Berlalu Lintas” ini
tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat berdasarkan tugas pengganti Ujian Akhir Semester (UAS)
semester I mata kuliah pancasila yang bertujuan supaya mahasiswa lebih memahami
dalam penguasaan materi khususnya pada bab pancasia sebagai sistem etika.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pancasila yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah pancasila ini dapat
disusun dengan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, Terima kasih.

Surabaya, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan jumlah populasi
terbanyak nomor empat di dunia. Dengan jumlah populasi yang tinggi tidak
menutup kemungkinan bahwa masyarakat berlomba-lomba untuk memenuhi
kebutuhan sandang, papan,dan pangan. Sehingga tidak di herankan lagi
apabila setiap kepala keluarga memiliki lebih dari satu kendaraan, baik itu
kendaraan bermotor ataupun mobil. Keadaan ini merupakan salah satu
perwujudan dari perkembangan teknologi modern. Hal itu menyebabkan
jumlah kendaraan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal
ini juga membawa pengaruh terhadap keamanan lalu lintas yang semakin
sering terjadi, pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan lalu
lintas.
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan
bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang
kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau
binatang. Kecelakaan merupakan hal yang tidak diharapkan oleh semua
orang. Namun, sekarang ini tingkat kecelakaan lalu lintas justru semakin
meningkat, 90 % kecelakaan lalu lintas yang berakibat fatal
( DINHUBKOMINFO Kabupaten Batang ). Panyebab kecelakaan lalu lintas
dimulai dari pelanggaran lalu lintas, pengendara tidak menguasai kendaraan
atau tidak terampil, tidak memiliki SIM sehingga tidak memahami tata tertib
lalu lintas dan kurang beretika dalam berkendara. Bahkan, jumlah kematian
akibat kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ke tiga setelah penyakit
jantung dan depresi ( data WHO ).
Pemakai jalan memiliki peranan yang sangat penting sehingga
penyelenggaraanya dikuasai oleh negara dan dilakukan oleh pemerintah untuk

1
mewujudkan pengguna jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan
teratur. Untuk menekan tingginya angka kecelakaan lalu lintas dapat
dilakukan dengan cara melakukan pembinaan di bidang lalu lintas jalan
dengan memberi wawasan tentang etika berlalu lintas yang meliputi aspek,
pengaturan, pengendalian dan keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran
lalu lintas jalan. Dalam rangka pembinaan lalu lintas jalan, sebagaimana
tersebut diatas, diperlukan penetapan suatu aturan umum yang bersifat
seragam dan berlaku secara nasional serta dengan mengingat ketentuan lalu
lintas yang berlaku secara internasional. Hal tersebut mendorong penulis
untuk mengkaji faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas sekaligus
mencari solusi untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas.
2. Masalah
1. Mengapa hingga saat ini pengguna jalan lalai kesadaran akan etika
berlalu lintas
2. Dampak yang ditimbulkan ketika pengguna jalan lalai akan etika
berlalu lintas
3. Bagaimana upaya penerapan etika berlalu lintas sebagai jalan
meminimalisir dampak yang ditimbulkan
3. Tujuan
1. Memberikan pengertian/pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya etika berlalu lintas.
2. Mengurangi angka kecelakaan akibat perilaku sebagai pengguna jalan
yang tidak tertib
3. Menanamkan dan membangun kesadaran masyarakat untuk
berperilaku tertib berlalu lintas dan tanggung jawab untuk
meningkatkan keselamatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” artinya kebiasaan.
Jika didefinisikan Etika adalah suatu adat kebiasaan yang berhubungan
erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat yang mengatur
hubungan antara kelompok manusia. Etika memiliki norma-norma positif
yang mengatur manusia untuk bersikap santun. Jika setiap orang memiliki
dan mematuhi etika maka hidup ini akan berjalan lancar. Jadi etika
sangat penting diterapkan dalam kehidupan masyarakat, karena dengan
adanya etika ada pedoman yang digunakan untuk mengatur perilaku
manusia untuk hidup rukun dengan masyarakat disekitarnya. Sehingga
dapat tercipta masyarakat yang tertib, damai, dan teratur. Tanpa adanya
etika manusia hidup tanpa pedoman. Jika diibaratkan maka hidup didunia
tanpa lampu, tanpa cahaya yang menuntun.
Manusia adalah makhluk sosial dan pasti butuh berhubungan
dengan orang lain. Hubungan antar manusia bisa dikemukakan bahwa
manusia berinteraksi dengan manusia lain. Tentu dalam berhubungan
dengan orang lain kita membutuhkan etika untuk memberikan pedoman
bagi kita untuk bersikap yang baik sehingga kita dapat hidup rukun dan
berdampingan dalam bermasyarakat.
B. Pengertian Lalu Lintas
Manusia adalah makhluk sosial dan pasti butuh berhubungan
dengan orang lain. Hubungan antar manusia bisa dikemukakan bahwa
manusia berinteraksi dengan manusia lain.Didalam berinteraksi manusia
tentu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemudian

3
muncullah istilah “Transportasi” yaitu perpindahan manusia atau barang
dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sebuah
kendaraan yang digerakkan manusia atau mesin. Seiring perkembangan
zaman manusia dapat menciptakan kendaraan bermotor untuk
memudahkan manusia dalam bertransportasi.
Dalam bertransportasi kemudian dikenal istilah “Lalu Lintas”. Di
dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Lalu Lintas didefinisikan
sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Jadi
pergerakan kita dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan menggunakan
alat transportasi melalui ruang jalan bisa dikatakan sebagai lalu lintas.
Seperti saat kita berkendara dari Tuban meuju Surabaya naik bis ataupun
nsepeda motor.

C. Hubungan antara etika dengan berkendara di jalan raya.


Dalam penggunaan fasilitas jalan tidak sendirian, namun bersama
dengan banyak orang karena kita hidup bermasyarakat. Cakupan
masyarakat tentu sangat luas, dan pasti memiliki pemikiran yang berbeda-
beda dan cenderung memikirkan kepentingannya masing-masing. Tanpa
adanya Etika Berlalu Lintas mungkin kita tidak bisa membayangkan, pasti
sering terjadi kecelakaan di jalan raya. Kejadfian ini disebabkan
kurangnya tenggang rasa antar pengguna jalan, pengemudi cenderung
egois ingin cepat sampai. Jika ini dibiarkan terus-menerus maka angka
kecelakaan akan semakin meningkat. Oleh karena itu perlu adanya
pemahaman dan pelaksanaan Etika Berlalu Lintas.
Etika Berlalu Lintas yaitu pedoman sikap atau aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia lain di dalam berlalu lintas.
Etika tidak hanya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saja,
namun etika juga sangat penting diterapkan dalan berlalu lintas. Prinsip
etika yang diterapkan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

4
dengan etika berlalu lintas hampir sama yaitu tenggang rasa dan saling
menghargai. Dalam berlalu lintas kita harus tenggang rasa dengan
pengguna jalan lain dan jangan mementingkan egois.
Manfaat dan tujuan dibuat Etika Berlalu Lintas antara lain, dapat
mengatur individu dalam menggunakan jalan sehingga tidak seenaknya
sendiri, tercipta kelancaran, keteraturan, keselamatan, serta ketertiban,
dapat mengurangi angka kecelakaan. Menurut Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 dikatakan tertib, lancar, aman dan terpadu apabila dalam
berlalu lintas berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban
pengguna jalan serta bebas dari hambatan dan kemacetan jalan. Tanpa
adanya Etika Berlalu Lintas, maka pengemudi akan mengemudi
seenaknya sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain, lalu lintas
dijalan akan berjalan semrawut, sehingga rawan terjadi kecelakaan, sarta
akan terjadi kemacetan parah.
Berikut ini beberapa etika berlalu lintas yang wajib kita ketahui
sekaligus kita terapkan, antara lain:
1. Persiapan berangkat
Memakai kendaraan bermotorpun perlu melakukan persiapan
dengan mengecek seluruh komponen kendaraan. Pastikan sepeda
motor yang akan digunakan dalam keadaan baik. Jika ada yang perlu
diperbaiki, segera perbaiki. Jangan pernah menganggap remeh
masalah-masalah yang menyangkut kendaraan, karena bukan hanya
akan mengganggu proses perjalanan tetapi juga bisa membahayakan
keselamatan.
Komponen berikut perlu diperhatikan secara cermat adalah:
 Rem berfungsi dengan baik.
 Roda tidak ada yang rusak.
 Tekanan pada angin mencukupi.

5
 Lampu utama dan sein berfungsi dengan baik.
 Kaca spion dapat berfungsi dengan baik.
 Bensin dan oli cukup.
 Pastikan kandaraan dalam kondisi yang baik dan jangan
membawa barang terlalu banyak.
2. Mengemudi kendaraan
Tata cara berlalu lintas di jalan, antara lain:
 Bagi pengendara mobil jangan lupa memasang sabuk pengaman
 Bagi pengendara sepeda motor gunakan helm standar nasional
Indonesia.
 Menggunakan jalur jalan sebelah kiri.
 Apabila ingin keluar dari pinggir jalan, membelok kearah
kiri/kanan, pindah lajur dan menyalip beri tanda isyarat dengan
menggunakan lampu penunjuk arah (sein).
 Jaga jarak aman dengan kendaraan didepan.
 Perlambat kecepatan pada tempat penyeberangan pejalan kaki,
dekat sekolah, tempat keramaian pada persimpangan dan
tikungan.
 Nyalakan lampu utama pada siang maupun malam hari.Patuhilah
rambu lalu lintas untuk keselamatan anda.
3. Menyalip dan Melewati Kendaraan Lain
Berikut etika menyalip kendaraan lain, yaitu:
 Hanya boleh menyalip kendaraan lain jika mempunyai jarak
pandang bebas dan tersedia ruang yang cukup untuk
menghindari tabrakan dengan lalu lintas yang datang dari arah
berlawanan.

6
 Tidak boleh menyalip kendaraan lain pada persimpangan, tempat
penyeberangan pejalan kaki atau perlintasan kereta api atau
kendaraan lain yang berhenti.
4. Membelok
Pengemudi kendaraan yang akan berbelok, berbalik arah atu
berpindah lajur wajib mengamati situasi lalu lintas si depan,
disamping, dan di belakang kendaraan serta memberi isyarat lampu.
5. Berlalu Lintas Di Persimpangan
Persimpangan ialah dimana dua jalan atau lebih bertemu.
Banyak terjadi kecelakaan di persimpangan. Ahl ini embuat
persimpangan menjadi tempat pengendara haru hati-hati.
Berikut ini hal-hal yang perlu di perhatikan saat mengendarai
kendaraan di persimpangan:
 Pada persimpangan jalan yang dilengkapi Alst Pemberi Isyarat
Lalu Lintas, pengemudi dilarang langsung belok kiri, kecuali
ditentukan lain oleh RambuLalu Lintas.
 kendaraan yang datang dari arah depan dan/atau dari arah
cabang persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan dengan
Rambu LaluLintas atau Marka Jalan;
 kendaraan lain dari jalan utama jika pengemudi datang dari
cabang persimpangan yang lebih kecil atau dari pekarangan
yang bberbatasan dengan jalan;
 kendaraan yang datang dari arah cabang sebelah kiri di
persimpangan 3 (tiga) yang tidak tegak lurus; atau
 kendaraan yang datang dari arah cabang persimpangan yang
lurus pada persimpangan 3 (tiga) tegak lurus.

7
 Jika persimpangan dilengkapi dengan alat pengendali lalu lintas
yang berbentuk bundaran, pengemudi haru memberi hak utama
kepada kendaraan lain yang datang dari arah kanan.

6. Mengemudi Dengan Penuh Konsentrasi


Dalam mengemudi harus konsentrasi di jalan, jangan sampai
fikiran melayang kemana-mana. Dalam berkemubi dilarang
sambil berponsel (telfon/sms), melamun, dalam keadaan lelah, dan
dibawah pengaruh obat/alkohol.
7. Memiliki Surat Ijin Mengemudi
Surat ijin mengemudi adalah bukti kompetensi bagi seseorang
yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
untuk mengemudi kendaraan bermotordi jalan dengan benar
sesuai pernyataan yang ditentukan berdasarkan Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Surat Ijin Mengemudi untuk kendaraan perseorangan digolongkan
menjadi:
 SIM A, berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan
barang perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan
tidak melebihi 3.500 kilogram
 SIM B I berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan
barang perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan
lebih dari 3.500 kilogram
 SIM B II berlaku untuk mengemudikan kendaraan alat berat,
kendaraan penarik, atau kendaraan bermotor dengan menari
kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat

8
yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandeng lebih
dari 1.000 kilogram
 SIM C berlaku untuk mengemudikan sepeda motor, dan
 SIM D berlaku untuk mengemudikan kendaraan khusus begi
penyandang cacat.

Untuk mendapatkan SIM, setiap orang harus memenuhi


persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian.

Persyaratan usia antara lain:

 Usia 17 tahun untuk SIM A, SIM C, dan SIM D


 Usia 20 tahun untuk SIM B I
 Usia 21 tahun untuk SIM B II

Persyaratan administratif antara lain:

 Identitas diri berupa kartu tanda penduduk


 Pengisian formulir permohonan
 Rumusan sidik jari

Persyaratan lulus ujian antara lain:

 Ujian teori
 Ujian praktik
 Ujian ketrampilan melalui stimulator
8. Mematuhi Rambu Lalu Lintas
Rambu lalu lintas yang biasanya kita temui di pinggir jalan
bukan hiasan atau ornamen untuk memperindah kanan kiri jalan.
Akan tetapi keberadaanya sangat penting, bukan hanya sekedar
mengganti eksistensi petugas polisi maupun Dinas lalu lintas dan

9
angkutan jalan raya. Karena biasanya pengemudi patuh atau
memperhatikan rambu-rambu jika ada petugas, sebaliknya jika
tidak ada mereka cenderung untuk melanggar. Padahal rambu-
rambu ini adalah hal yang terpenting, karena berfungsi;
menunjukkan kepada kita kondisi jalan sehingga kita dapat
mengkondisikan kendaraan dengan baik. Jika kita mematuhi
rambu-rambu maka kita akan selamat serta lancar dalam berlalu
lintas. Misalkan saja berhenti pada saat lampu merah dan sabar
menunggu lampu berubah warna hijau tanpa tergesa-gesa, tidak
parkir di tempat yang ada palang larangan parkir, dsb. Etika
tersebut sangat penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari demi keselamatan kita.

2. Landasan Hukum
A. Pancasila Sila Ke-2
Sila kedua dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
berbunyi “ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab “. Sila kedua ini
menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia. Sebagai manusia yang berketuhanan
diharapkan masyarakat Indonesia memiliki sikap saling mencintai sesama
manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, memiliki sikap menhormati sesama
manusia, dan merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Hakikat sila kedua, bahwa manusia adalah makhluk yang berbudi
yang memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Kemanusiaan berarti
sifat manusia yang merupakan esensi dan identitas manusia karena
martabat kemanusiaan. Martabat kemanusiaan berarti tidak sewenang-
wenang terhadap orang lain. Sedangkan, beradab mengandung arti tata
kesopanan, kesusilaan/moral.

10
B. UUD 1945
UUD 1945 pasal 28 A manyatakan bahwa setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Berdasarkan UUD 1945 diatas bahwa setiap individu harus menghormati
hak untuk hidup manusia. Dalam berkendara kita harus berhati-hati
sehingga kita tidak menghilangkan nyawa orang lain dengan cara apapun.
UUD 1945 pasal 28 J mnyebutkan bahwa setiap individu wajib
menghormati Hak Asasi Manusia agar tertib dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam berkendara kita harus mengindahkan pasal ini
karena akan tercipta keselarasan.
C. Aturan Berlalu Lintas
Menurut undang-undang Lalu Lintas No. 22 tahun 2009 pada pasal
28 menyebutkan bahwa pengendara harus memiliki Surat Izin Mengemudi
karena dengan memiliki Surat Izin Mengemudi menyatakan pengendara
sudah terampil dan dapat mengetahui peraturan berkendara. Jika
pengendara tidak memiliki SIM pada pasal 278 pengendara dijatuhi denda
maksimal 1 juta rupiah.
Pasal 57 ayat 3 menyatakan pengendara harus mengkomplitkan
kelengkapan kendaraan minimal sabuk keselamatan, ban cadangan,
segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, helm, dan rompi pemantul
cahaya bagi pengemudi kendaraan bermotor roda empat/lebih yang tak
memiliki rumah-rumah dan perlengkapan P3K. Sanksi yang diatur bagi
pengendara yang menyalahi ketentuan ini akan dikenakan pidana
kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,
seperti diatur dalam Pasal 278.
Dalam pasal 283 pengendara harus berkonsentrasi dengan
kendaraan yang dikemudikan. Jika pengendara menggunakan handphone
atau lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi pada saat berkendara

11
maka akan dikenai sanksi denda paling banyak Rp. 750.000 atau pidana
paling lama 3 bulan.
Pasal 106 ayat 2 pengendara baik roda 4 atau roda 2 harus
memperhatikan keselamatan pejalan kaki. Jika pengendara mengendarai
kendaraan dengan sewenang-wenang maka pidana paling lama 2 bulan
dan denda paling banyak Rp 500.000,-
Pengendara sepeda motor diwajibkan memnuhi syarat teknis dan
layak jalan seperti spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu
penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot,
dan kedalaman alur ban (diatur Pasal 106 Ayat (3)). Sanksi bagi
pelanggarnya diatur Pasal 285 Ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan
paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000.
Bagi pengendara roda empat/lebih diwajibkan memenuhi
persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu
mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan,
lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur
kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper,
penggandengan, penempelan, dan penghapus kaca. Pasal 285 Ayat (2)
mengatur, bagi pelanggarnya akan dikenai sanksi pidana paling lama dua
bulan kurungan atau dendan paling banyak Rp 500.000.
Pasal 288 Ayat (2) mengatur, bagi setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat
menunjukkan SIM yang sah dipidana dengan pidana kurungan paling
lama satu bulan dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.
Setiap bepergian, jangan lupa pastikan surat tanda nomor
kendaraan bermotor sudah Anda bawa. Kalau kendaraan baru, jangan lupa
membawa surat tanda coba kendaraan bermotor yang ditetapkan Polri.
Jika Anda alpa membawanya, sanksi kurungan paling lama dua bulan atau
denda paling banyak Rp 500.000 akan dikenakan bagi pelanggarnya

12
(Pasal 288 Ayat (1)). Ini harus jadi perhatian bagi pengemudi mobil dan
penumpangnya. Jangan lupa mengenakan sabuk pengaman selama
perjalanan Anda. Selain untuk keselamatan, juga untuk menghindari
sanksi pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak
Rp 250.000 seperti diatur dalam Pasal 289.
Pada pasal 293 Saat berkendara pada malam hari, pastikan lampu
utama kendaraan Anda menyala dengan sempurna. Bagi pengendara yang
mengemudikan kendaraannya tanpa menyalakan lampu utama pada
malam hari, dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau
denda paling banyak Rp 250.000. Para pengendara motor yang berkendara
pada siang hari diwajibkan menyalakan lampu utama. Sekarang, sudah
bukan sosialisasi lagi. Bagi pelanggarnya akan dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 15 hari atau denda paling banyak Rp 100.000.
Setiap pengendara yang akan membelok atau berbalik arah,
diwajibkan memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat
tangan. Jika melanggar ketentuan ini, Pasal 284 mengatur sanksi kurungan
paling banyak satu bulan atau denda Rp 250.000. Para pengemudi yang
akan berpindah jalur atau bergerak ke samping, wajib mengamati situasi
lalu lintas di depan, samping dan dibelakang kendaraan serta memberikan
isyarat. Jika tertangkap melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi
paling lama satu bulan kurungan atau denda Rp 250.000 (Pasal 295). Ini
salah satu peraturan baru dalam UU Lalu Lintas yang baru. Pasal 112 ayat
(3) mengatur, pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri.
Bunyi pasal tersebut “Pada persimpangan jalan yang dilengkapi dengan
alat pemberi isyarat lalu lintas, pengemudi kendaraan dilarang langsung
berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh rambu lalu lintas atau pemberi
isyarat lalu lintas.
Pengendara bermotor yang balapan di jalan akan dikenai pidana
kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp 3.000.000

13
(Pasal 297). Ketentuan mengenai jalur atau lajur merupakan salah satu
ketentuan baru yang dimasukkan dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun
2009, yang diatur dalam Pasal 108. Agar menjadi perhatian, selengkapnya
bunyi pasal tersebut adalah: (1) Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus
menggunakan jalur jalan sebelah kiri (2) Penggunaan jalur jalan sebelah
kanan hanya dapat dilakukan jika: a. pengemudi bermaksud akan
melewati kendaraan di depannya; atau b. diperintahkan oleh petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk digunakan sementara
sebagai jalur kiri (3) Sepeda motor, kendaraan bermotor yang
kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor
berada pada lajur kiri jalan. (4) Penggunaan lajur sebelah kanan hanya
diperuntukkan bagi kendaraan.
Setiap pengendara yang akan membelok atau berbalik arah,
diwajibkan memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat
tangan. Jika melanggar ketentuan ini, Pasal 284 mengatur sanksi kurungan
paling banyak satu bulan atau denda Rp 250.000. Para pengemudi yang
akan berpindah jalur atau bergerak ke samping, wajib mengamati situasi
lalu lintas di depan, samping dan dibelakang kendaraan serta memberikan
isyarat. Jika tertangkap melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi
paling lama satu bulan kurungan atau denda Rp 250.000 (Pasal 295).
Ini salah satu peraturan baru dalam UU Lalu Lintas yang baru.
Pasal 112 ayat (3) mengatur, pengemudi kendaraan dilarang langsung
berbelok kiri. Bunyi pasal tersebut “Pada persimpangan jalan yang
dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas, pengemudi kendaraan
dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh rambu lalu
lintas atau pemberi isyarat lalu lintas. Pengendara bermotor yang balapan
di jalan akan dikenai pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda
paling banyak Rp 3.000.000 (Pasal 297).

14
Ketentuan mengenai jalur atau lajur merupakan salah satu
ketentuan baru yang dimasukkan dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun
2009, yang diatur dalam Pasal 108. Agar menjadi perhatian, selengkapnya
bunyi pasal tersebut adalah: (1) Dalam berlalu lintas pengguna jalan harus
menggunakan jalur jalan sebelah kiri (2) Penggunaan jalur jalan sebelah
kanan hanya dapat dilakukan jika: a. pengemudi bermaksud akan
melewati kendaraan di depannya; atau b. diperintahkan oleh petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk digunakan sementara
sebagai jalur kiri (3) Sepeda motor, kendaraan bermotor yang
kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan kendaraan tidak bermotor
berada pada lajur kiri jalan. (4) Penggunaan lajur sebelah kanan hanya
diperuntukkan bagi kendaraan dengan kecepatan lebih tinggi, akan
membelok kanan, mengubah arah atau mendahului kendaraan lain.
3. Landasan Nilai Moral dan Nilai Sosial
Menurut Ine Kusuma, masalah etika tidak dapat dipisahkan dari
masalah hakikat manusia yang hidup di dunia dengan segala dimensinya.
Hakikat manusia yaitu tujuan hidupnya menentukan bagaimana manusia harus
berbuat, sebab perubuatan dihubungkan dengan makna hidup. Jadi, hakikat
manusia bukan hanya tentang norma-norma kebaikan melainkan meliputi
seluruh perbuatan dan hidup manusia yang sesuai dengan hakikatnya.
Sebagai manusia, pengguna jalan raya juga harus mempertimbangkan
hakikat dirinya sebagai manusia yang mematuhi norma moral maupun sosial (
tertib berkendara ) dan memiliki prinsip keselamatan orang lain.

15
BAB III
PEMBAHASAN

Menurut data dari DINHUBKOMIFO Kab. Batang jumlah rata-rata korban


akibat kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia mencapai 1 juta orang per tahun.
Kerugian yang diderita mencapai 2 % GDP (US$ 100 milyard ). Sedangkan di
Indonesia sendiri kecelakaan lalu lintas mengakibatkan korban tewas rata-rata 30
orang per hari. Kerugian yang dialami mencapai 2 % dari GDP (US$ 3,5 milyard .
Berikut ini jumlah kendaraan yang terlibat laka lantas 2016 menurut Badan
Pusat Statistik Polres Provinsi Jawa Barat

16
Dapat disimpulkan bahwa jumlah kecelakaan di Indonesia masih
tergolong relatif tinggi. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas disebabkan
oleh pengguna jalan yang enggan menggunakan etika ketika berlalu lintas.
Contohnya saja Orang enggan mengenakan helm atau jaket bahkan sepatu
( sebagai syarat keselamatan dalam berkendara ) dengan berbagai alasan.
Padahal peralatan tersebut apabila dengan tertib digunakan pengendara
sebagai bentuk “ warning “ penyelamatan pribadi pengendara.
Masyarakat lebih persimitif dalam melanggar lalu lintas misalnya
apabila mendapatkan Surat Izin Mengemudi tanpa mengindahkan prosedur
keselamatan, budaya instan dengan membayar sejumlah uang kepada oknum
tertentu agar mendapat Surat Izin Mengemudi dengan mudah, tanpa

17
mengikuti tes maupun ujian praktik. Selain itu kita juga melihat banyak
pelajar-pelajar usia SMP yang diberi keleluasaan oleh orang tuanya untuk
mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya. Padahal mereka merupakan
seseorang yang belum dapat mengendalikan emosi dan belum mengerti
tentang berbagai regulasi berlalu lintas, Tidak memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan lalu lintas, membiarkan kendaraan bermotor yang ada
dijalan tanpa dilengkapi plat tanda nomro kendaraan yang sah, pelanggaran
terhadap perintah yang diberikan petugas pengatur lalu lintas jalan, rambu-
rambu atau tanda permukaan jalan, pelanggaran terhadap ketentuan tentang
ukuran dan muatan yang diijinkan, cara menaik dan menurunkan penumpang,
pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan
beroprasi di jalan yang ditentukan.
Rendahnya kesadaran akan etika yang berlaku di lalu lintas dapat
disebakan oleh beberapa faktor, diantaranya
1. Minimnya pengetahuan mengenai peratutran, marka dan rambu-
rambu lalu lintas
Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan
mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas, arti dari marka, dan
rambu-rambu lalu lintas. Penyebabnya adalah kurangnya
kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu
lalu lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka
lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti
seluruh prosedur.
2. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau
bahkan orang tuanya sendiri
Kondisi ini sangatlah memprihatinkan bila seorang
anak kelak mencontoh orang tuanya, bila orang tuanya sering
melanggar peraturan, kemungkinan besar anak juga melanggar.
3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi

18
Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang
indonesia. Contohnya, seorang pengemudi tidak akan melanggar
lalu lintas ketika ada polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas
di simpang jalan atau ada polisi yang sedang jaga di pos dekat
simpang tersebut. Namun bila tidak ada polisi, dia bisa berkendara
tanpa etika.
4. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain
Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar
keselamatan pengemudi saat mengemudikan kendaraannya seperti
wajib memasang safety belt untuk pengemudi roda 4 dan wajib
memakai helm,kaca spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu
pada siang hari bagi roda 2. Namun masih banyak warga yang
tidak melaksanakan aturan tersebut di atas.
5. Bisa "damai" ketika ditilang
Ketika pengemudi-pengemudi melanggar peraturan
atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat dirazia, hal
yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan
"damai".
Contoh kasus nyata yang terjadi di Indonesia adalah terjadinya
kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Selatan yang disebabkam oleh
penggunaan ponsel saat berkendara, selain itu kejadian kecelakaan di Tugu
Tani yang disebabkan karena pengemudi mengendara mobil dalam keadaan
mabuk mengonsumsi narkoba dan Kasus kecelakaan yang menimpa Saipul
Jamil yang disebabkan karena pengemudi mengemudi mobil dengan
kecepatan tinggi dan tidak bia menstabilkan mobil dalam kecepatan tinggi.
Kasus tersebut tidak mencerminkan pengendara mematuhi etika lalu lintas.
Banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas akibat dampak dari
rendahnya etika berlalu lintas adalah:
1. Faktor Manusia

19
a) Pengguna Jalan yang Tidak Terampil
Skill dalam berkendara sangat dibutuhkan karena untuk
menjaga keselamatan dalam berkendara. Pengguna jalan yang tidak
terampil tidak mengetahui jarak aman dan tidak dapat memelihara
jalur sehingga terjadi kecelakaan. Pengguna jalan yang tidak
mempunyai Surat Izin Mengemudi mangakibatkan pengguna jalan
tersebut tidak paham akan aturan berlalu lintas serta tidak paham akan
berbagai regulasi yang telah ditetapkan. Hal tersebut menjadikan para
pengguna jalan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan peraturan
yang ada. Sehingga menimbulkan ketidakdisiplinan para pengguna
jalan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
b) Sikap emosional yang belum matang
Lima tahun terakhir, kelompok usia 22-30 tahun(usia
produktif) paling dominan menjadi korban kecelakaan yakni sekitar
33,56%. Pengguna jalan yang masih berusia produktif kurang dapat
mengendalikan emosi pada dirinya sehingga dalam berkendara
melaju dengan kecepatan tinggi tidak sesuai kecapatan rata-rata yang
tertera pada rambu-rambu lalu lintas. Kecepatan tinggi dapat
menyebabkan kecelakaan karena pengendara hanya mempunyai
sedikit waktu untuk melihat bahaya dan mengambil tindakan,
semakin jauh jarak pengereman yang dibutuhkan, kehilangan kendali
kendaraan misalnya jika ada tikungan harus belok kanan karena
kehilangan kendali justru belok kiri, dan pengguna jalan lain
mungkin salah menilai kecepatan pengendara.
Kecepatan tinggi dapat menghemat sedikit tetapi menimbulkan
dana yang besar. Pengguna jalan yang berkecepatan tinggi dapat
menghemat waktu dan bahan bakar, namun jika terjadi kecelakaan
justru mengakibatkan dana yang besar harus dikeluarkan.
c) Pengaruh minuman keras dan narkoba

20
Minuman keras dan Narkoba mengandung zat yang dapat
menghilangkan kesadaran. Pengguna jalan yang kehilangan
kesadarannya akan mangalami kecelakaan lalu lintas yang tidak
dapat terhindarkan lagi. Karena pengguna jalan yang kehilangan
kesadaran sudah tidak dapat mengendalikan laju kendaraannya, tidak
dapat mematuhi peraturan dan rambu-rambu yang ada.

2. Faktor Kendaraan
Kendaraan yang memiliki kondisi yang baik, akan membuat
pengendara tetap aman selama ia memegang etika berlalu lintas, berikut
ini masalah yang dapat menyebabkan kecelakaan dikarenakan faktor
kendaraan:, yakni Kendaraan tidak laik jalan (usia tua, rusak), Ban tiba-
tiba pecah (bersifat insidentil), Rem blong, lampu tidak berfungsi/tidak
ada, Melebihi muatan, Bukan peruntukannya (ban dan bodi modif yang
tidak sesuai).
3. Faktor Jalan
Kondisi jalan juga sangat mempengaruhi seperti, Jalan sempit, Jalan
licin (habis hujan, banjir, ada ceceran minyak/oli,dsb), Jalan
bergelombang, Tikungan tajam, tanjakan/menurun, Jalan terlalu
mulus/hotmix yang bikin pengendara merasa sangat nyaman akhirnya
malah jadi lengah.
4. Faktor Cuaca
Cuaca yang kurang bersahabat juga dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas, seperti berkabut, hujan, longsor, dan banjir.

Melihat begitu besarnya dampak yang terjadi apabila kita tidak menerapkan
etika berlalu lintas, pemerintah sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk
memgatasi pelanggaran lalu lintas dengan cara, Pertama-tama seorang petugas harus
bertanya pada dirinya sendiri, siapakah pelanggar peraturan lalu lintas tersebut. Hal
ini bukanlah menyangkut apa pekerjaannya, siapa namanya, dan seterusnya. Yang

21
pokok disini adalah bahwa seorang yang melanggar peraturan lalu lintas, bukanlah
selalu seorang penjahat (walaupun kadang-kadang petugas berhadapan dengan
penjahat). Seorang pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas adalah seseorang
yang lalai di dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya.

Yang kedua adalah bahwa seorang petugas atau penegak hukum harus
menyadari bahwa dia adalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh negara untuk
menangani masalah-masalah lalu lintas. Penegak hukum harus mempunyai
pendidikan formal dengan taraf tertentu, serta pengetahuan dan pemahaman hukum
yang cukup besar. Pengutamaan kekuatan fisik, bukanlah sikap professional di dalam
menangani masalah-masalah lalu lintas.

Perencanaan jalan raya dan pemasangan rambu lalu lintas yang disertai 
pertimbangan, akan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pemasangan rambu
yang tepat untuk memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat tikungan yang
berbahaya, misalnya, akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Pemasangan
rambu yang tidak wajar akan menyebabkan terjadinya kebingungan pada diri
pengemudi. Bentuk jalan raya, besar kecilnya bentuk huruf, dan warna rambu lalu
lintas, mempunyai pengaruh terhadap pengemudi.

Pemasangan lampu lalu lintas, juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku


pengemudi. Apabila lampu lalu lintas tersebut ditempatkan sejajar dengan garis
berhenti, maka hal itu akan menyebabkan pengemudi menghadapi masalah.
Masalahnya adalah, untuk melihat lampu dengan jelas, maka dia harus berhenti jauh
di belakang garis behenti. Apabila hal itu dilakukan, maka dia akan dimaki-maki oleh
pengemudi-pengemudi yang berada di belakangnya. Kalau dia berhenti tepat di garis
berhenti, maka agak sukar baginya untuk melihat lampu lalu lintas.

Salah satu cara dalam menangani para pelanggar lalu lintas yaitu dengan
menempuh pendidikan pengemudi. Pada masyarakat di luar Indonesia, sekolah
mengemudi merupakan suatu lembaga pendidikan yang tujuan utamanya adalah

22
menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan terampil di dalam mencegah
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut dikelola oleh para ahli,
yang tidak hanya melingkupi mereka yang biasa menangani masalah-masalah lalu
lintas, akan tetapi kadang-kadang juga ada psikologinya maupun ahli ilmu-ilmu sosial
lainnya. Di dalam sekolah pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok adalah
sikap dari instruktur. Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana dimana
murid-muridnya dengan konsentrasi penuh menerima pelajarannya.

Selain itu Pengintegrasian pendidikan etika berlalu lintas dapat dimasukan


dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan atau Agama. Karena etika berlalu
lintas mencakup moral siswa. Penanaman etika tidak hanya dalam kewarganegaraan
maupu agamanya saja, namun siswa juga wajib mengetahui etika berlalu lintas.
Diharapkan dengan pendidikan terus-menerus siswa menjadi memahami serta
mematuhi etika berlalu lintas. Sosialisasi/Pembelajaran etika tidak hanya di sekolah
saja akan tetapi juga kepada publik Hal ini ditujukan agar masyarakat mengetahui
etika berlalu lintas yang baik sehingga dapat mematuhi aturan. Cara
mensosislisasikannya pada pelajar yaitu dengan cara integrasi kurikulum sekolah
dengan materi disiplin lalu lintas.

Sedangkan menurut Rio anggota FSRJ yang sekarang berganti nama menjadi
RSA ( Road Safety Asosiation) untuk meningkatkan tingkat keselamatan di jalan raya
salah satu caranya adalah dengan mengubah paradigma masyarakat. Masyarakat
harus dapat memahami bahwa selain skill untuk berkendara tetapi juga pemahaman
mengenai peraturan dan etika berkendara. Cara yang dilakukan oleh RSA untuk
mengubah paradigma masyaraka misalnya

a) Turun langsung ke jalan untuk mensoialisasikan akan pentingnya safety


ridding
b) Selalu mengingatkan para pemangku kepentingan untuk ikut serta
menciptakan rasa aman dan nyaman di jalan.

23
c) Mensosialisasikan etika berkendara sejak dini mulai dari tingkat pendidikan
TK
d) Menanamkan 3 istilah yaitu
1. Rules artinya paham dan taat pada peraturan pemerintah dan undang-
undang yang berlaku.
2. Skill artinya keahlian berkendara dan membaca situasi agar dapat
mengahadapi hal tak terduga agar dapat terhindar dari kecelakaan.
3. Attitude artinya menghargai sesama pengguna jalan dan paham atas
pentingnya keselematan diri dan sekiatrnya.

Selain cara-cara yang telah dilakukan oleh RSA, menurut penulis cara lain untuk
mengurangi tingginya angka kecelakaan yaitu :

a) Sosialisasi sejak dini melalui pendidikan mulai dari tingkat TK sampai SMA
yang dilakukan oleh pihak yang berwenang, seperti guru maupun pihak
kepolisian.
b) Pendidikan lalu lintas diintegralkan dengan mata pelajaran yang berkaitan
dengan nilai tersebut. Misalnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
dan PAI dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi.
c) Mengadakan seminar/workshop dengan tema keselamatan berkendara
disekolah-sekolah, kampus, maupun masyarakat umum.
d) Mengadakan lomba- lomba yang berhubungan dengan lalu lintas misalnya
Lomba Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan LLAJ.

24
BAB IV

KESIMPULAN

Dari berbagai pemaparan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa


hingga akhir-akhir ini masyarakat belum dapat memahami dan mematuhi aturan etika
berlalu lintas. Itu merupakan penyebab utama yang menyebabkan angka kecelakaan
lalu lintas tinggi. Jika masyarakat dapat memahami etika berlalu lintas maka
keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat di jalan raya dapat terjalin. Selain itu
banyak upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah agar masyarakat paham akan
etika berlalu lintas. Upaya – upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi kecelakaan
sebagai dampak rendahnya etika berlalu lintas. Namun upaya pemerintah saja tidak
cukup, diperlukan adanya korelasi dengan orang tua sebagai wadah dalam

25
membentuk karakter anak yang patuh akan hukum sehingga mereka dapat mematuhi
aturan etika berlalu lintas dengan baik dan benar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Citra, Malik, 2012, Makalah Pelanggaran Lalulintas(www.makalah.co.id/2013/04/


makalah-pelanggaran-lalulintas.html)

Dwinanda, Reiny, 2019, Kecelakaan Lalu Lintas Akibat Penggunaan Ponsel


Meningkat (https:// nasional. republika.co.id/berita/q17ox4414/kecelakaan-
lalu-lintas-akibat-penggunaan-ponsel-meningkat)

Ita, Purnama Sari, 2014, Makalah Etika


BerlaluLintas(https://itaprnms.blogspot.com/2014/11/ makalah-etika-berlalu-
lintas.html)

Nugroho, Faisal, 2018, Pojok Opini: Etika Berlalu Lintas dan Budaya Taat Hukum
(ppidunia.org /2018/10/14/pojok-opini-etika-berlalu-lintas-dan-budaya-taat-
hukum/)

Rusyanto, Edo, 2010, Usia Produktif Korban Kecelakaan Terbanyak


(https://edorusyanto.wordpress.com/2010/12/30/usia-produktif-korban-
kecelakaan-terbanyak/)

Sucahyo, Danang, 2013, Sepercik Pengetahuan Tentang


Hukum(https://danangsucahyo.blogspot.com/2013/01/makalah-sosiologi-
pelanggaran-berlalu.html)

Sugeng, 2014, Etika dan Tata Cara Berlalu Lintas di Jalan Raya (Materi Pendidikan
Lalu Lintas / PPL Diintegrasikan Ke Mapel PPKn) Kurikulum 2013
(https://www.salamedukasi.com/2014/09/etika-dan-tata-cara-berlalu-lintas-
di.html)

27

Anda mungkin juga menyukai