Anda di halaman 1dari 10

Abstrak Pancasila telah menjadi kesepakatan nasional bangsa sebagai dasar negara di sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia

dan juga telah dilakukan berbagai usaha untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata di segenap aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan kesepakatan bangsa Indonesia, yang memiliki keabsahan ditinjau dari berbagai pendekatan baik historis, sosiologis dan yuridis. Pancasila memiliki kedudukan dan fungsi sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Kebenaran dan ketangguhan Pancasila tidak perlu diragukan lagi. Namun tanpa pemahaman secara mendalam terhadap konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya, disertai dengan sikap, kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan serta mengantisipasi perkembangan zaman oleh masyarakat luas terutama pada orang-orang yang berkecimpung di bidang teknik sipil, Pancasila akan memudar dan tidak dapat bertahan. Oleh karena itu setiap upaya pengembangan melalui implementasi Pancasila perlu dilaksanakan secara tepat dan benar, sehingga para teknik sipil dapat bersikap dan bertindak secara tepat dalam memperkokoh dan membangun sebuah bangunan baik gedung,jalan maupun jembatan. Untuk itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat dipergunakan oleh teknik sipil, sebagai pegangan mengimplementasikan Pancasila dengan baik dan benar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kata kunci : pancasila, implementasi, teknik sipil

Implementasi Pancasila Pada Bidang Teknik Sipil


A. Pengertian pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia. Pancasila sendiri berasal dari kata panca yang artinya lima dan sila yang artinya peraturan/asas jadi pancasila artinya lima asas yang proses terbentuknya 5 sila telah melalui banyak perdebatan. Pancasila dibuat untuk ditaati oleh seluruh rakyat Indonesia karena pancasila adalah dasar negara yang menjadi pedoman hidup bagi seluruh rakyat Indonesia jadi 5 sila tersebut harus diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Beberapa contoh penerapan pancasila yaitu:
a. Sila ketuhanan yang maha esa

Sila ini tercermin dari bebasnya rakyat Indonesia dalam hal memeluk agama dan telah dibuat pasal dalam hal kebebasan memeluk agama yaitu pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Ini berarti tiap warga negara Indonesia telah mendapat kebebasan untuk memeluk agama sebebas bebasnya asal tidak menyimpang dari sila ketuhanan yang maha esa itu sendiri. b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab Sila ini sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang dilandasi sikap adil dan beradab. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sila ini tercermin dengan dibuatnya pasal-pasal untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan di Indonesia. Contoh pasal yang mencerminkan sila kedua yaitu pasal 28i yang berisi: a) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. b) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. c) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. d) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

e) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan. Pasal dibuat agar kemanusiaan di Indonesia dijunjung tinggi dan pemberian hukuman bagi yang melanggar sila tersebut. c. Sila persatuan Indonesia Yaitu sila yang dibuat agar seluruh rakyat Indonesia adalah suatu kesatuan dan bukan merupakan bangsa yang terpecah belah. Tentu saja persatuan rakyat Indonesia yang bersifat positif yang harus dijunjung tinggi. Beberapa kejadian yang mencerminkan persatuan Indonesia ialah penggalangan dana bagi bencana alam di Indonesia. Saat tejadi letusan gunung merapi misalnya, banyak sekali penggalangan bermunculan untuk meringankan beban korban bencana merapi tersebut ini menunjukan rakyat Indonesia saling bersatu untuk saling membantu,contoh lainya yaitu program koin cinta bilqis, suatu persatuan penggalangan dana untuk menyelamatkan Bilqis Anindya Passa, bayi usia 17 bulan ini mengidap penyakit dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal (Atresia Bilier). Untuk menyembuhkannya harus dilakukan operasi transplantasi hati yang membutuhkan dana sekitar Rp 1 miliar. d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan Pada dasarnya negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat dalam sistem pemerintahan presidensial. Ini berarti negara Indonesia dipimpin oleh seorang presiden. Pemilihan seorang presiden dipilih langsung oleh seluruh rakyat Indonesia melalui pemilu. Ini bukti pencerminan dari sila keempat yaitu suatu negara dengan yang dipimpin oleh suatu kepala negara yang dipilih agar mendapat pemimpin yang bijaksana yang dapat memimpin Indonesia. e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Sila ini menunjukan agar keadilan harus dijunjung tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam masyarakat sila ini dapat tercermin dengan dibuatnya peraturan peraturan atau norma norma di masyarakat agar tercipta keadilan di masyarakat dan ditetapkannya hukuman bagi pelanggaran sebuah keadilan karena pada dasarnya Indonesia adalah negara hukum jadi segala pelanggaran bagi seluruh isi pancasila akan mendapatkan sanksi hukum yang berlaku di Indonesia. B. Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang teknik sipil Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia. Cabang ilmu teknik sipil sangat memerlukan pedoman dari pancasila , pedoman yang perlu dijadikan pegangan dalam bidang teknik sipil adalah :

a. Pengambilan keputusan dimana harus sejalan dengan konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam proses pengambilan keputusan bersama tidak boleh bertentangan dengan prinsip Pancasila : Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengambilan keputusan adalah bagian dari perencanaan yang akan selalu dihadapi oleh setiap pengelola suatu usaha. Pihak berwenang akan memilih alternatif terbaik dari yang tersedia. Tetapi pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menentukan alternatif yang terbaik. Untuk suatu persoalan yang sederhana menentukan alternatif mungkin dapat dilakukan tanpa banyak mengalamai kesulitan,tetapi untuk sistim yang kompleks diperlukan metode tertentu untuk menghadapinya. Dalam konsep sistim tersedia metodologi untuk menghadapi persoalan di atas, yaitu analisis sistim yang pada garis besarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang terbaik, dengan melihat sumber daya yang diperlukan dibandingkan manfaat yang akan diperoleh, termasuk pengkajian resiko yang mungkin dihadapi. Pemilihan di atas dilakukan dengan simulasi, atau metode matematis yang lain sebelum memberi kesimpulan dan mengambil keputusan berdasarkan judgment (penilaian) atas dasar pengalaman. (Soeharto Imam,1995). Dalam bidang teknik sipil sebagai contoh dari pengambilan keputusan adalah Perencanaan infrastruktur konstruksi perkerasan jalan, Pengambilan Keputusan (Decision Making) dalam pemilihan konstruksi perkerasan jalan tidak cukup hanya mempertimbangkan faktor-faktor parameter perencanaan konstruksi perkerasan jalan seperti : fungsi jalan,kinerja perkerasan(pavement performance),umur rencana,lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan,sifat tanah dasar, kondisi lingkungan, dan faktor lainnya. Akan menjadi persoalan yang rumit dan komplek, bila pengambilan keputusan(Decision Making) dalam pemilihan perencanaan konstruksi perkerasan jalan, dihadapkan pada beberapa pilihan alternatif konstruksi jalan dan kriteria-kriteria yang harus dipertimbangkan, meskipun kriteria tersebut tidak masuk dalam variabel parameter rumus-rumus perencanaan konstruksi jalan,dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, sehingga tujuan, kualitas dan hasil akhir dari perencanaan dan pelaksanaan proyek peningkatan/rehabilitasi jalan di Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Lamongan dapat tercapai dan diharapkan semua pihak pemangku kepentingan (Stakeholder). Berdasarkan hasil analisis kriteria-kriteria yang menjadi bahan pertimbangan terkait pengambilan keputusan dan kebijakan dalam pemilihan jenis konstruksi perkerasan b. Keputusan bersama Segenap perilaku para warga sipil atau seorang enginers selalu bersendi pada keputusan bersama yang mengikat dan mengandung sanksi terhadap penyimpangan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang. Banyak sekali pasal-pasal dalam kontrak Jasa Konstruksi (JAKON) yang bunyinya identik dengan bunyi pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), sebagai contoh; Semua kenaikan

harga dan upah selama masa pembangunan menjadi tanggung jawab pihak kedua sepenuhnya. Dalam hal memasukan penawaran, pihak kedua telah memperhitungkan kemungkinan ini. Kenaikan harga tidak boleh menjadi alasan untuk merendahkan kualitas pekerjaanidentik dengan pasal 1610 KUHP. Bunyi kontrak yang sering dijumpai identik dengan bunyi KUHPerdata pasal 1613 adalah ; Pihak Kedua bertanggung jawab atas segala kerugian Pihak Pertama sebagai akibat perbuatan orang-orang yang dipekerjakan olehnya . Dan yang identik dengan pasal 1612 KUHPerdata adalah ; Apabila akibat dari adanya keadaan Force Majeure pekerjaan terpaksa harus dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi, maka kepada kontraktor akan dibayarkan harga sebesar prestasi pekerjaan yang telah dikerjakan dan telah diterima. Kontraktor tidak berhak mengajukan tuntutan-tuntutan lain misalnya ganti rugi, dan sebagainya. Pasal-pasal pada KUH Perdata yang berkaitan dengan perjanjian pekerjaan pemborongan Jasa Konstruksi (JAKON), misalnya pasal 1604 s/d 1617 dan pasal 1831, 1837, yang cukup membantu mengatasi permasalahan dunia pekerjaan pemborongan. Pada kesempatan minggu ini akan kita lihat satu per satu isi dari pasalpasal 1604 s/d 1617 tersebut diatas, sebagai berikut : 1. Pasal 1604. Dalam hal pemborongan pekerjaan dapat ditetapkan dalam persetujuan bahwa si pemborong hanya akan melakukan pekerjaan saja atau bahwa ia juga akan memberikan bahannya. 2. Pasal 1605. Dalam halnya si pemborongan diwajibkan memberikan bahannya, dan pekerjaannya dengan cara bagaimanapun musnah sebelumnya pekerjaan diserahkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai menerima pekerjaan tersebut. 3. Pasal 1606. Jika si pemborongan diwajibkan melakukan pekerjaan dan pekerjaannya musnah, maka ia hanya bertanggung jawab untuk kesalahannya. 4. Pasal 1607. Jika di dalam hal yang tersebut dalam pasal yang lalu, musnahnya pekerjaan itu di luar sesuatu kelalaian dari pihaknya si pemborongan, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedangkan pihak yang memborong tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui pekerjaannya, maka si pemborong tidaklah berhak atas harga yang diijinkan, kecuali apabila musnahnya barang itu disebabkan oleh suatu cacat dalam bahannya. 5. Pasal 1608. Jika suatu pekerjaan dikerjakan sepotong demi sepotong atau seukuran demi seukuran, maka pekerjaan itu dapat diperiksa sebagian demi sebagian; pemeriksaan tersebut dianggap terjadi untuk semua bagian yang telah dibayar, apabila pihak yang memborongkan tiap-tiap kali membayar sipemborong menurut imbangan dari apa yang telah selesai dikerjakan. 6. Pasal 1609. Jika suatu gedung, yang telah diborongkan dan dibuat untuk suatu harga tertentu, seluruhnya atau sebagian musnah disebabkan karena suatu cacat dalam penyusunannya atau bahkan karena tidak sanggupnya tanahnya, maka para ahli pembangunannya berserta para pemborong adalah bertanggung jawab untuk itu semua selama sepuluh tahun. 7. Pasal 1610. Jika seorang ahli pembangunan atau seorang pemborong telah menyanggupi untuk membuat suatu gedung secara memborong, menurut rencana

yang telah diperkirakan serta ditetapkan bersama-sama dengan si pemilik tanah, maka tak dapatlah ia menuntut suatu penambahan harga, baik dengan dalih tambahnya upah-upah buruh atau bahan-bahan bangunan, maupun dengan dalih telah dibuatnya perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan yang tidak termasuk dalam rencana, jika perubahan-perubahan atau perbesaran-perbesaran itu tidak telah disetujui tertulis dan tentang harga tidak telah diadakan persetujuan dengan si pemilik. 8. Pasal 1611. Pihak yang memborongkan, jika dikehendaki demikian, boleh menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjaannya telah dimulai asal ia memberikan ganti-rugi sepenuhnya kepada si pemborongan untuk segala hal biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaan serta untuk keuntungan yang terbilang karenanya. 9. Pasal 1612. Pemborong pekerjaan berhenti dengan meninggalnya si pemborong. Namun itu pihak yang memborongkan diwajibkan untuk membayar kepada para ahli warisnya si pemborong harganya pekerjaan yang telah dikerjakan menurut imbangannya terhadap harganya pekerjaan yang telah dijanjikan dalam persetujuan, serta harganya bahan-bahan bangunan yang telah disediakan, asal pekerjaan atau bahan tersebut dapat mempunyai sesuatu manfaat baginya. 10. Pasal 1613. Si pemborongan adalah bertanggung jawab terhadap perbuatanperbuatan orang-orang yang dipekerjakan olehnya. 11. Pasal 1614. Tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu, tukang-tukang besi dan lain-lain tukang, yang telah dipakai untuk memdirikan sebuah gedung atau untuk membuat suatu pekerjaan lain yang diborongkan, tidak mempunyai tuntutan terhadap orang untuk siapa pekerjaan-pekerjaan itu telah dibuatnya, selainnya sejumlah orang ini berutang kepada si pemborong pada saat mereka memajukan tuntutannya. 12. Pasal 1615. Tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu, tukang-tukang besi dan lain-lain tukang, yang atas tanggung jawab sendiri secara langsung dan untuk suatu harga tertentu menyanggupi melaksanakan suatu pekerjaan, tunduk pada aturan-aturan yang diberikan dalam bagian ini. Mereka adalah pemborongpemborong di dalam bagian pekerjaan yang mereka lakukan. 13. Pasal 1616. Orang-orang buruh yang memegang suatu barang kepunyaan orang lain, untuk mengerjakan sesuatu pada barang tersebut, adalah berhak menerima barang itu, sampai biaya dan upah-upah yang dikelurkan untuk barang itu dipenuhi seluruhnya, kecuali jika pihak yang memborongkan telah memberi jaminan secukupnya untuk pembayaran biaya dan upah-upah tersebut. 14. Pasal 1617. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban juru-juru pengankut dan nakodanakoda diatur di dalam Kitab Undang-Udang Hukum Dagang. c. Pengawasan pelaksanaan keputusan bersama Dalam pengawasan pelaksanaan keputusan bersama pada dasarnya bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk memberikan peringatan dini kepada pelaksana agar dalam melaksanakan tugas bersikap jujur, adil, transparan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Kegiatan rakyat yang menyampaikan pendapat dan pembuat keputusan bersama, para pelaksana kesepakatan bersama dan pengawas pelaksanaan keputusan bersama harus bersinergi sesuai dengan fungsi masingmasing. Pengawasan bermaksud memberikan koreksi dan peringatan agar pelaksana bersikap jujur, adil, transparan dan untuk kepentingan rakyat. Dalam pembuatan keputusan bersama harus berdasar pada konsep, prinsip dan nilai Pancasila, dilandasi

oleh sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Suara terbanyak bukan merupakan satu-satunya kriteria dalam pembuatan keputusan bersama. Keputusan bersama bukan keputusan pribadi-pribadi, tetapi merupakan kontrak sosial yang harus dipatuhi oleh semua pihak, termasuk pihak yang usulnya tidak disetujui. Keputusan bersama mengikat dan mengandung sanksi. Sikap mau mengakui pendapat yang diputuskan bersama harus dikembangkan. Dengan demiian kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah suatu pedoman pada bidang teknik sipil yang bersifat normatif, etis, dan telelogis. Dalam pelaksanaan suatu proyek,suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian yang menghambat tercapainya tujuan proyek dapat segera diselesaikan dengan baik. Pengawasan ( supervising ) adalah suatu proses pengevaluasian atau perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek. Namun apabila dalam pelaksanaan suatu proyek tidak didasari dengan pedoman pancasila pelaksanaan mungkin akan tidak berjalan dengan lancar bahkan akan terjadi suatu penyimpangan. Salah satu contoh adalah pembangunan dalam bidang infrastruktur, khususnya jalan dan beberapa kebutuhan rakyat lainnya seperti irigasi, drainase maupun jembatan. Yang jelas, apa yang menjadi tanggungjawabnya, akan selalu dipenuhi, meskipun harus setahap demi tahap. Di Sulteng sendiri, ada sejumlah jalan dan infrastruktur lainnya yang menjadi tanggungjawab negara. Entah itu tanggungjawabnya sejak awal ataupun tanggungjawab yang otomatis melekat tatkala provinsi ini tak mampu lagi menanganinya akibat kerusakan yang terlalu parah hingga harus menelan anggaran yang tak kuasa ditanggung. Tahun 2011 ini, dana APBN digelontorkan untuk membiayai perbaikan infrastruktur di beberapa wilayah mencapai kurang lebih Rp67.128.498.000. Proyek yang harus mengocek uang rakyat miliaran rupiah itu untuk membiayai sejumlah pekerjaan diantaranya Jembatan Sibarani IV, Jembatan Tawaeli III, Jembatan Kambayang, Pemeliharaan Berkala Jalan Molosipat-Lambunu dan LambunuMepanga, Jalan Tinombo-Kasimbar, Ogoamas-Siboang. Belum lagi jalan Tinombo-Kasimbar, Toboli-Parigi, serta pembiayaan lainnya. Oleh pengelola bernama Satuan Kerja (Satker) Dinas PU Sulteng, proyek yang rata-rata berada di wilayah Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong ini dinamai Proyek Jalan Nasional Wilayah II Tahun 2011. Tapi memang, sesuatu yang berbau kepentingan apalagi yang bersangkutan dengan uang, selalu membawa manusia yang mengelolanya kerap tergoda, apalagi nominalnya mencapai miliaran rupiah seperti itu, bukan lagi rahasia umum bahwa untuk meloloskan suatu paket harus mengeluarkan uang sampai ratusan juta, konspirasi maupun monopoli proyek kerap terjadi seperti disebutkan Wakil Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), DR Sukarmi SH MHUM, saat sosialisasi persainagan usaha yang dilaksanakan swessbel-hotel Silae Palu Kamis

(27/10) lalu , bahwa ada 249 kasus monopoli proyek yang sedang ditangani KPPU, 20 kasus diantaranya dari Sulteng, menyangkut pengadaan buku di Poso, pengadaan alat kesehatan (alkes) dan proyek jalan. Dalam Pasal 22 UU Nomor 5 tahun 1999, dengan tegas telah memberikan kewenangan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), untuk memberikan sanksi kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa, yang terbukti melakukan praktek persekongkolan. Dalam meraup keuntunagan ada saja jalan yang ditempuh, tak peduli uang milik siapa. Kata merampok mungkin paling tepat disandingkan pada orang yang kerap mengambil keuntungan dengan cara yang tidak normal alias haram. Yang penting kerja selesai, meski amburadul tapi keuntungan sudah didapat. Inilah yang terjadi pada pengelola utama proyek ini. Segala cara dilakukan Satker PU termasuk dengan jalan menggandeng pihak-pihak terkait untuk bekerjasama memanipulasi proses pekerjaan. Siapapun, jika diberi kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar, pasti tergoda dan mau melakukan apa saja asalkan tujuan bisa tercapai. Hal nyata dan merupakan investigasi langsung Majalah Teropong, mengungkap bagaimana Satker melakukan kerjasama dengan sejumlah kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di Dinas PU sendiri. Bagaimana kerjasama terlarang bersama PPK, hasil investigasi mengungkap sejumlah konspirasi terlarang dengan sejumlah kontraktor. Sebut saja PT. Wanita Mandiri Perkasa (WMP) yang mengerjakan peningkatan dan pelebaran jalan nasional di Desa Enu, Kecamatan Sindue, Kabupaten Dongala. Anggaran untuk proyek ini mencapai Rp22.763.392.000. Ada lagi PT Silkar yang terjun langsung menangani pekerjaan jalan dan jembatan di Desa Dusunan Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. Kemudian PT. Cahaya Bulu Mampu, kontraktor untuk mega proyek pembangunan Jembatan Tawaeli Cs. Fantastis, anggarannya mencapai Rp43 miliar. Menelisik segala kecurangan di negeri ini memang tak akan ada habisnya. Mengurai satu demi satu benang kusut penelantaran uang rakyat, rasanya tak mungkin. Terlalu banyak jika harus dipaparkan semuanya, banyak yang tersembunyi maupun samar-samar. Meski harus diakui, melaporkan sesuatu yang berbau penyimpangan, sudah sangat membosankan, tapi demi mencari hikmah dan pembelajaran bagaimana sepak terjang pejabat kita, tak ada salahnya jika sedikit diurai bagaimana rakyat selama ini dibodohi, uangnya dimakan, namun hasil yang diperoleh tak pernah sebanding.

Kesimpulan Maksud penyusunan Pedoman Umum Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara ini ialah agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat diaktualisasikan oleh setiap warga negara, utamanya pada bidang teknik sipil, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan tujuan dapat dijadikan tuntunan dalam merumuskan dan melaksanakan setiap kebijakan pembangunan segenap aspek kehidupan bangsa menuju terwujudnya citacita nasional yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Daftar putaka http://kajian-tekniksipil.blogspot.com/2012/02/analisis-keputusan-pemilihan-konstruksi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sipil Oetomo, Wateno dan Dandoko Hadi Susanto. 2012. Analisis Keputusan Pemilihan Konstruksi Perkerasan Jalan dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan ). Surabya : Pernah muat di Jurnal EXTRAPOLASI ISSN : 1693-8259, Volume : 04 No. 01 Juni 2011 (Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya). Diunduh 22 februari 2012 Abdirahman, Abu. 2009. Pancasila Sebagai Sosial.http://www.punyahari.blogspot.com. Diunduh 22 oktober 2011 Dhian. 2011. Dasar Hukum Pancasila Sebagai http://www.nonadhian.blogspot.com. Diunduh 22 Oktober 2011. Dasar Kehidupan

Negara.

Perdana, Iqbal. 2010. Fungsi dan Kedudukan http://www.sukatulis.wordpress.com. Diunduh 23 Oktober 2011.

Pancasila.

Vika. 2008. Modul Mata Kuliah Pancasila. http://www.vivixtopz.wordpress.com. Diunduh 23 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai