PENDAHULUAN
Permasalahan yang sering dihadapi pada konstruksi yang didirikan pada tanah lunak adalah
rendahnya daya dukung tanah pada saat pembebanan pada konstruksi tersebut. Kandungan air yang
tinggi pada tanah lempung di daerah marina dapat merenggangkan ikatan antar butir tanah sehingga
daya dukung terhadap konstruksi yang didirikan di atasnya menjadi rendah. Selain itu, penurunan yang
berlebihan dapat terjadi pada saat struktur dibebani. Alternatif solusi untuk permasalahan pondasi
tersebut adalah dengan memperbesar ukuran pondasi atau memperbaiki kondisi tanah lunak.
Akhir-akhir terdapat perkembangan yang signifikan di dalam penerapan teknik-teknik
perbaikan tanah sebagai solusi dari masalah-masalah yang timbul pada tanah lunak. Salah satu metode
perbaikan tanah lunak yang diaplikasikan untuk meningkatkan daya dukung tanah lunak adalah
elektrokinetik.
Makalah ini memaparkan hasil dari suatu percobaan elektrokinetik di laboratorium yang
bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara penurunan kadar air pori tanah terhadap peningkatan
daya dukung pondasi tiang setelah dilakukan proses elektrokinetik.
TEORI ELEKTROKINETIK
Elektrokinetik adalah suatu metode perbaikan tanah dengan cara memberikan tegangan pada
elektroda yang ditanam di tanah untuk memperbaiki karakteristik geoteknik dari tanah lunak. Menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh J. Q. Shang dan K. L. Masterson [4], perbaikan karakteristik tanah
ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai kuat geser sebesar 69 persen, modulus geser sebesar 151
persen, dan tegangan pra-konsolidasi sebesar 700 persen. Pada hasil penelitian selanjutnya, dengan
pengaturan penempatan elektroda yang lebih baik, kapasitas daya dukung dari suatu model pondasi
meningkat sampai 4 kali lipat dan kuat geser undrained meningkat sampai 3 kali lipat setelah diberi
tegangan DC sebesar 5.2 Volt secara terus menerus selama 14 hari [1].
Pada saat dua kutub elektroda (anoda dan katoda) ditanam di dalam tanah dan dialiri dengan
arus listrik, maka akan terjadi proses elektrolisis di elektroda dengan persamaan sebagai berikut [2]:
Anoda
: 2H2O 4e- O2 + 4H+
(1)
Katoda
: 2H2O + 2e- H2 + 2OH- (2)
Proses elektrolisis di atas diikuti dengan perpindahan H + ke kutub katoda dan OH- ke kutub anoda
(electromigration) serta perpindahan air pori tanah dari area di sekitar anoda menuju ke katoda
(electroosmosis). Perpindahan air pori tanah ini mempunyai pengaruh yang besar dalam peningkatan
daya dukung tanah di sekitar kutub anoda.
Metode elektrokinetik sebagai alternatif perbaikan tanah memiliki beberapa kelebihan,
seperti: dapat diterapkan pada tanah yang memiliki permeabilitas rendah, efektif untuk tanah yang
memiliki butiran sangat halus, dan derajat kontrol arah aliran air pori tinggi. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada proses elektrokinetik dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses elektrokinetik [3]
Faktor-faktor
Ukuran butiran tanah dan
tipe mineral
Kondisi tanah
Sistem
Kadar garam
pH
Current density
Macam elektroda
Konfigurasi elektroda
Karakteristik
Efektif bila ukuran butiran yang lebih kecil dari 2m sebanyak 30% atau lebih
dan akan lebih efektif pada silty clays dengan moderate plasticity (kaolinite dan
illite) dibandingkan pada high plasticity clays
Tidak efektif pada tanah yang memiliki kadar garam yang tinggi
Tidak efektif pada pH yang rendah (pH < 6) dan sangat efektif pada pH yang
tinggi (pH > 9)
Bervariasi tergantung pada karakteristik geoteknik tanah
Logam perak, platinum, besi, dan tembaga lebih efektif daripada aluminium,
karbon hitam, dan timah
Direncanakan berdasarkan kondisi lapangan (arah aliran air pori)
Berat
jenis
Batas
cair
(%)
Batas
plastis
(%)
Kadar
garam
(g/L)
gravel
(%)
sand
(%)
fines
(%)
Klasifikasi
tanah
(USCS)
pH
2.709
35.41
28.41
17.3
26.82
73.28
ML-CL
9.08
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dengan cara memberikan tegangan sebesar 20 Volt pada kutub anoda
dan katoda secara kontinu selama 3, 6, 12, dan 24 jam. Kutub anoda yang digunakan merupakan tiang
bulat yang terbuat dari stainless steel, sedangkan kutub katoda terbuat dari tembaga. Model dan
konfigurasi elektroda pada percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Katoda(-)
20cm
x
30cm
50cm
Anoda(+)
10cm
50cm
(a)
*
Katoda(-)
Katoda(-)
(b)
Di dalam model pondasi tiang dipasang dua load cells, yang berfungsi sebagai alat pengukur
daya dukung tiang (Gambar 2). Load cell yang berada di bagian atas untuk mengukur daya dukung
friksi sepanjang 10 cm sisi bawah tiang, sedangkan load cell yang berada di bagian bawah untuk
mengukur daya dukung ujung dari tiang.
Cone Body
(a)
(b)
(c)
(d)
Kadar air
Kadar air sebelum dan setelah proses elektrokinetik dapat dilihat pada Gambar 4. Sebelum
proses elektrokinetik, kadar air di semua variasi jarak di antara anoda dan katoda bernilai sama.
Setelah proses elektrokinetik dilakukan, air dalam tanah bergerak dari anoda ke katoda, sehingga kadar
air di katoda (x/L = 1) lebih tinggi dari pada di anoda (x/L = 0) seperti terlihat pada Gambar 4(a).
Selain itu, kadar air akan menurun seiring dengan bertambahnya waktu (Gambar 4(b)). Pada lempung
marina, kadar air yang tinggi menyebabkan daya dukung tanah tersebut menjadi rendah. Penurunan
nilai kadar air di kutub anoda setelah proses elektrokinetik akan memberikan dampak positif terhadap
peningkatan daya dukung tanah di sekitar lokasi anoda.
(a)
(b)
Gambar 4. Variasi kadar air (%) terhadap lokasi dari anoda (x/L) dan durasi waktu (jam)
P
As
P
Kapasitas ujung Qb
Ab
Kapasitas friksi
Qs
(3)
(4)
Dimana:
P
As
Ab
Gambar 5 menunjukkan adanya peningkatan daya dukung tiang dan kapasitas daya dukung
tanah yang signifikan setelah proses elektrokinetik selama 3, 6, 12, dan 24 jam. Peningkatan tersebut
mempunyai hubungan yang erat dengan penurunan kadar air yang terjadi selama proses elektrokinetik.
Selain itu ditunjukkan pula bahwa setelah durasi 6 jam, proses elektrokinetik lebih efektif sejalan
dengan peningkatan durasi waktu, dimana peningkatan daya dukung tiang dan kapasitas daya dukung
tanah lebih tinggi dari pada sebelum durasi 6 jam.
Tabel 3. Daya dukung tiang
Tahanan friksi (kg)
Durasi
waktu
(jam)
Awal*
Akhir**
1.10
5.63
1.0
12
24
Awal*
Akhir**
5.1
1.5
7.4
7.60
7.6
1.5
1.13
13.81
12.2
1.04
16.87
16.2
Rasio
Awal*
Akhir**
4.9
2.6
13.03
5.0
9.8
6.5
2.5
17.4
7.0
1.8
19.1
10.6
2.93
32.91
11.2
1.6
21.8
13.6
2.64
38.67
14.6
Kapasitas friksi
(kg/cm2)
Kapasitas ujung
(kg/cm2)
Kapasitas total
(kg/cm2)
0.06
1.20
1.27
0.09
1.59
1.68
12
0.16
3.10
3.26
24
0.19
3.54
3.73
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
3
6
12
Durasi w aktu (jam )
24
(a)
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
3
6
12
Durasi w aktu (jam )
24
(b)
Gambar 5. Peningkatan daya dukung tiang (a) dan kapasitas daya dukung tanah (b)
KESIMPULAN
Pada penelitian ini, percobaan elektrokinetik dilakukan sebagai salah satu metode perbaikan
tanah lempung marina. Dari hasil pengujian laboratorium dan analisa yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Proses elektrokinetik menurunkan kadar air tanah yang terletak di sekeliling anoda sebesar 13
persen. Penurunan kadar air tanah ini akan meningkatkan daya dukung tanah di lokasi tersebut.
2. Proses elektrokinetik dapat meningkatkan daya dukung tiang di lempung marina, dimana daya
dukung tiang mengalami peningkatan yang berarti setelah 24 jam proses elektrokinetik sebesar 14
kali dibandingkan daya dukung tiang pda kondisi awal.
3.
Setelah dilakukan proses elektrokinetik, penurunan kadar air pori tanah yang terjadi memberikan
dampak yang positif berupa peningkatan daya dukung pondasi tiang.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Misic, S., Shang, J.Q., and Lo, K.L. (2003). Load carrying capacity enhancement of skirted
foundation element by electrokinetics. International Journal of Offshore and Polar Engineering,
Vol. 13, No. 3, pp. 182-189.
Richard, E.S. and Krishna, R.R. (2002). Effect of pH control at the anode for the electrokinetic
removal of phenanthrene from kaolin soil. Chemosphere. Elsevier Science Ltd., Vol. 51, No. 4,
pp. 273-287.
Shang, J.Q. and Lo, K.Y. (1997). Electrokinetic dewatering of phosphate clay. Journal of
Hazardous Materials. Elsevier Science, Vol. 55, No. 1, pp. 117-133.
Shang, J.Q. and Masterson, K.L. (2000). An electrokinetic testing apparatus for
undisturbed/remoulded soils under in-situ stress condition. Geotechnical Testing Journal.
GTJODJ, Vol. 23, No. 2, pp. 215-224.