OLEH :
KELOMPOK E
1) ADI SETIAWAN
2) TRI OCTAVIA PUTRI
3) REDI IRAWAN
4) ANGGUN DINA FEBRI
5) MARTINA ARISE PRAYOGIE
6) IGO NOVIA SUGU
7) M KHAHFIE INDRIANTO
8) M.DESTRA KHARISMA P
9) JENIA LESTARI
10) REPIYANSYAH
11) RUDI IRAWAN
12) WAHYU EFSO
13) HERWANIZAR (KETUA)
14) THAURISCA PITRI PEDITHA SANTANA
15) CHANDRA ARDINA PUTRA
16) AFRIAN EKA PUTRA
17) WAHYU EFSO
ANGKATAN 52
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Penulis menghaturkan rasa syukur atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya,
Dan juga penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Baik dalam segi bahasa, penyusunan kalimat maupun isi
makalah ini. Oleh karena itu, harapan penulis semoga makalah ini membantu
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih
baik lagi.
Penulis sadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena
kekurangan penulis dalam pengetahuan, maka dari itu penulis berharap agar para
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
hakikatnya masyarakat dapat ditelaah dari dua sudut, yakni sudut struktural dan
sudut dinamikanya.
Sejak awal sejarah pembentukan umat manusia dalam konteks interaksi dalam
atau norma adalah tuntunan atau kunci dalam mencapai stabilisasi interaksi
sehingga pelanggaran akan kaidah atau norma akan dijatuhi bersifat hukuman atau
sanksi sosial.Kaidah agama maupun kaidah hukum yang bersumber pula dari
tidak beradab adalah masyarakat yang tidak mempunyai kaidah agama maupun
kaidah sosial, atau masyarakat yang mengingkari atau menyimpang dari kedua
kaidah tersebut. Dalam sejarah kehidupan manusia hal ini telah banyak dibuktikan.
tidak ada yang berjalan lurus, mulus dan aman-amam saja. Sepanjang kehidupan
modifikasi lain akibat pengaruh teknologi globalisasi akan semakin canggih setua
usia bumi.Manusia pun menyadari bahwa ketenangan dan ketentraman hidup tidak
akan tercapai tanpa kesadaran pada diri untuk berubah, memperbaiki perilaku selain
dukungan masyarakat untuk memulihkannya. Secara kodrati, hal essensial ini akan
baik itu berupa peraturan tertulis maupun tidak tertulis, kelembagaan penerap
perubahan yang terjadi dalam masyarakat.Interaksi perubahan sosial di satu sisi dan
perubahan hukum di sisi lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan seperti
dua sisi sekeping mata uang. Interaksi tersebut membawa konsekuensi ilmiah
Paradigma atau yang disebut model atau cara pandang yang bersifat ilmiah adalah
cara pandang yang tidak bersifat individual melainkan kolektif, peers group, teman
sejawat yang telah mengalami uji “laboratorium sosial”. Oleh sebab itu perjalanan
oleh kaum ilmuwan dan masyarakat. Apa yang kita sebut sebagai paradigma telah
kembali pola pikir yang telah dianut orang banyak. Sejalan dengan hal ini maka
berpegang pada satu paradigma dan membelanya mati-matian, tanpa berfikir bahwa
persoalan hukum adalah persoalan sosial, maka kerap kali yang dihadapi adalah
memberikan penjelasan yang mudah dan dapat diterima semua pihak. paradigma
dalam proses berfikir merupakan sebuah tawaran saja bagi proses pembelajaran
suatu kaidah keilmuan, bukan tawaran akhir. Sepanjang perjalanan umat manusia
untuk terus berfikir, maka terbuka banyak sekali kemungkinan untuk timbul
1. Hukum melayani kebutuhan masyarakat, agar supaya hukum itu tidak akan
kondisi ketergantungan
Sebagai contoh dalam paradigma ini adalah kejahatan teknologi canggih seperti
waria, legalitas pernikahan lesbian dan homo, bayi tabung, euthanasia, status pria
hamil. Sedemikian banyak sesungguhnya yang terjadi dalam masyarakat yang perlu
dibungkus dengan baju hukum tetapi tidak semua di atur oleh hukum. Ini ibarat
fenomena gunung es, yang secara realitas hal-hal yang penulis kemukakan adalah
permukaan saja yang senyatanya lebih banyak dari contoh di atas. Hal-hal yang
diatur oleh hukum dikemudian hari sudah merupakan pilihan kebijakan publik dari
persoalan di atas masuk dalam perkara di pengadilan maka yang dijadikan dasar
adalah aturan yang bersifat umum, masih mencari-macari peraturan bahkan sudah
Paradima pertama ini dalam interaksi perubahan sosial terhadap perubahan hukum
paling banyak terjadi. Hal ini membuktikan bahwa hukum mempunyai peranan
1
Muhammad Siddiq Tgk. Armia. 2008. Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum.
Pradnya Paramita. Jakarta. Hlm. 9
suatu peristiwa menimbulkan sengketa, konflik, bahkan korban yang berjatuhan
4. Ius Constituendum
Essensi dari paradigma ini adalah penciptaan hukum digunakan untuk menghadapi
persoalan hukum yang akan datang atau diperkirakan bakal muncul. Paradigma
kedua ini disebut sebagai Paradigma Hukum Antisipasi Masa Depan. Persoalan
secara matang misalnya dari segi perangkat perundang-undangan. Hal ini banyak
C. Tujuan Penulisan :
PEMBAHASAN
Hukum (law, recht) merupakan salah satu sarana dan prasarana yang berfungsi
untuk mengatur kehidupan sosial, namun satu hal yang menarik untuk dikaji adalah
justru hukum tertinggal di belakang objek yang diaturnya. Dengan demikian selalu
terdapat gejala bahwa antara hukum dan perilaku sosial terdapat suatu jarak
perbedaan yang sangat mencolok. Apabila hal ini terjadi, maka timbul ketegangan
yang berkelanjutan, tetapi usaha ke arah ini selalu terlambat dilakukan bahkan
terkadang terasa jalan di tempat. Semestinya, pada waktu itulah dapat ditunjukkan
adanya hubungan yang nyata di antara perubahan sosial dan hukum yang
mengaturnya, sebab perubahan hukum baru akan terjadi apabila sudah bertemunya
dua unsur pada titik singgung yaitu adanya suatu keadaan baru dan adanya
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain pada suatu kelompok,
yang paling penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat dari hubungan tadi.
Reaksi tersebut menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas dan
dalam memberikan reaksi itu, manusia selalu mempunyai kecenderungan untuk
memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain. Hal ini karena ada
kebutuhan manusia akan keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya.2 Untuk dapat menyesuaikan diri dengan kedua hal ini, manusia
mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya sehingga menimbulkan
kelompok-kelompok sosial dalam kehidupan manusia. Kelompk-kelomok sosial ini
merupakan himpunan manusia yang hidup bersama dan dalam kehidupan ini
2
Abdul Manan. 2006. Aspek-aspek Pengubah Hukum. Kecana Prenada Media. Jakarta. Hlm.
72.
mempuyai kaitan timbal balik yang saling mempengaruhi dan kesadaran untuk
saling tolong-menolong.
Menurut Soerjono Soekanto3, hukum mempunyai tiga dimensi, yaitu sebagai nilai,
kaedah dan perikelakuan. Oleh karena itu maka hukum dapat dilihat dan dikaji dari
berbagai sudut. Hukum sebagai nilai, maka dikaji oleh filasafat hukum dan politik
hukum. Hukum sebagai kaedah dipelajari oleh ilmu hukum. Sedangkan hukum
sebagai perilaku dipelajari oleh Sosiologi Hukum, antropologi hukum dan psikologi
hukum. Lebih lanjut menurut Soerjono Soekanto,4 dengan metode sejarah,
ditelitilah perkembangan hukum dari awal sampai terjadinya himpunan kaidah-
kaidah hukum tertentu. Kemudian hukum tadi dibanding-bandingkan dengan
hukum yang berlaku di masyarakat-masyarakat lainnya, untuk mendapatkan
persamaan dan perbedaan. Itu semua, merupakan obyek penelitian dari sejarah
hukum dan ilmu perbandingan hukum. Ilmu hukum juga meneliti aspek-aspek yang
tetap dari suatu struktur hukum, aspek-aspek mana dapat dianggap sebagai inti atau
dasar dari hukum.
Pada hakekatnya hukum merupakan salah satu produk manusia dalam membangun
dunianya, yang bisa dicermati atau ditelaah melalui interaksi yang berlangsung di
masyarakat. Seperti kata Cicero, Ubi Societes Ibi Ius (di mana ada masyarakat, di
sana ada hukum). Soediman Kartohadiprodjo menyatakan bahwa “hukum” itu
sebenarnya adalah manusia. Dalam artian hukum itu dilahirkan oleh manusia dan
untuk menjamin kepentingan dan hak-hak manusia itu sendiri. Hukum adalah
cermin dari manusia yang hidup. Dan karena manusia yang hidup oleh Tuhan
senantiasa dilengkapi dengan Raga, Rasa, Rasio dan Rukun, keempat hal inilah
yang dipakai untuk membedakan antara individu yang satu dengan yang lain,
masyarakat yang satu dengan yang lain. Sehingga kelengkapan ini yang
mempengaruhi pemberian arti terhadap hukum dan peranannya dalam hidup
bermasyarakat.5
atau landasan teoritik untuk mempelajari apakah hukum itu mengalami perubahan
1. Adanya pemikiran manusia, melalui akal dan budi yang diberikan oleh
Tuhan pada manusia akan selalu berkembang dari waktu ke waktu, kondisi
3
Soerjono Soekanto. 1986. Mengenal Sosiologi Hukum. Alumni. Bandung 1986. Hlm. 12.
4
Soerjono Soekanto. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Grafindo Persada. Jakarta. Hlm. 9-11.
5
Sudjono Dirjosisworo. 1983. Sosiologi Hukum. Rajawali. Jakarta. 1983. Hlm. 15.
ini menyebabkan manusia untuk senantiasa mempergunakan pemikirannya
Teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan zamannya dan teori
berkaitan dengan suatu kondisi bahwa hukum itu tumbuh dan berkembang
dihadapi suatu masyarakat atau suatu bangsa, karena bisa saja norma –
norma yang sudah ada tidak cocok lagi dengan kondisi masyarakat tersebut.
Agar hukum dapat berlaku efektif di tengah masyarakat, maka harus diperhatikan
2. Perubahan hukum harus mencakup dalam cara penerapanya. Pola pikir yang
perbarui itu dapat dipatuhi oleh masyarakat, maka dalam kaidah (aturan)
harus memuat sanksi dan daya paksa dan perubahan itu harus dibuat oleh
Demikian juga dengan hukum yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, betapa
pun sederhana dan kecilnya masyarakat itu norma hukum pasti ada dalam
6
Sabian Usman. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Hlm.
155
7
Sorjono Soekanto. 1999. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Hlm. 95
masyarakat. Hukum tidak dapat dipisahkan dari jiwa dan cara berpikir dari
masyarakat yang mendukung kebudayaan yang lahir dari kehidupan masyarakat itu.
Perubahan sosial dalam suatu masyarakat di dunia ini merupakan suatu hal yang
normal, yang tidak normal justru jika tidak ada perubahan. Demikian juga dengan
hukum, hukum yang dipergunakan dalam suatu bangsa merupakan pencerminan
dari kehidupan sosial suatu masyarakat yang bersangkutan. Dengan memperhatikan
karakter suatu hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa) akan terlihat
pula karakter kehidupan sosial dalam masyarakat itu. Hukum sebagai tatanan
kehidupan yang mengatur lalu lintas pergaulan masyarakat, dengan segala peran
dan fungsinya akan ikut berubah mengikuti perubahan sosial yang melingkupinya.
Cepat atau lambatnya perubahan hukum dalam suatu masyarakat, sangat tergantung
dalam dinamika kehidupan masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat dalam
kehidupan sosialnya berubah dengan cepat, maka perubahan hukum akan berubah
dengan cepat pula, tetapi apabila perubahan itu terjadi sangat lambat, maka hukum
pun akan berubah secara lambat seiring dan mengikuti perubahan sosial dalam
masyarakat itu.8
sistematika, pilihan kata, dan bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti
Hukum dan modernisasi memiliki hubungan yang erat antara yang satu dengan
yang lain. Sebab hukum tanpa modernisasi tidak berarti, dan modernisasi tanpa
hukum akan sia-sia. Karena jika semakin modern suatu wilayah maka akan semakin
karena tidak ada hukum yang mengatur, dan hal ini akan menimbulkan dampak
Menurut Marc Galanter dalam buku sosiologi hukum, aturan-aturan hukum modern
antara lain:
tidak bervariasi dalam penerapannya. Aturan ini lebih bersifat teritorial dari
pada seluruh anggota, pada semua agama, suku, kelas, kasta dan daerah
ada pada fungsi, kondisi, dan penghargaan dalam pelaksanaan hal yang sulit.
untuk menyederhanakan standar yang sah dari penerapan umum, bukan untuk
menujukkan hal yang unik dan intuisi. Oleh karena itu penerapan hukum
dapat dijalankan.
Ciri hukum modern yang dikemukakan oleh Marc Galanter pada intinya ia
negara semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab
Pada dasarnya setiap permasalahan akan tetap ada dalam pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat, dan masalah itu dari waktu ke waktu berbeda bahkan
menjadi lebih sulit untuk diselesaikan. Dan disaat itu terjadi, pemerintah akan
konflik merupakan suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham,
dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih, dimana pertentangan tersebut dapat
berbentuk fisik dan nonfisik. Kriteria konflik menurut Marck, Syinder, dan Gurr
yaitu :
memusuhi.
d. Dapat dideskripsikan dengan mudah oleh para pengamat sosial yang tidak
Pokok pikiran yang terkandung menurut teori konflik yang dikemukakan oleh
Dahrendorf adalah :
1. Setiap masyarakat manusia tunduk pada proses perubahan; perubahan ada
dimana-mana
2. Disensus dan konflik terdapat dimana-mana
3. Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan
perubahan masyarakat
4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap
anggota lain 10
Hubungan gejala sosial dan hukum merupakan salah satu kajian penting dari
interaksi atau timbal balik, dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap
perubahan hukum dan disisi lain juga akan mempengaruhi perubahan sosial.
Dengan demikian perubahan hukum dan gejala sosial ibara sisi mata uang yang sulit
dampak tertentu. Untuk menganalisa dampak yang ditimbulkan setidaknya ada dua
paradigma yaitu :
10
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004), hlm. 218.
11
Trubus Rahardiansah, Pengantar Sosiologi Hukum (Jakarta: Universitas Trisakti, 2005),
hlm. 175.
Ciri-ciri dari paradigma ini adalah :
Makna yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa hukum akan bergerak
Inti dari paradigma ini adalah hukum diciptakan untuk mengantisipasi atau
matang.
KESIMPULAN
Agar hukum dapat berlaku efektif di tengah masyarakat, maka harus diperhatikan
1. Perubahan hukum tidak dapat dilakukan secara parsial melainkan
perubahan-perubahan itu harus menyeluruh, terutama kepada doktrin dan
norma-norma yang tidak sesuai lagi dengan kondisi zaman.
2. Perubahan hukum harus mencakup dalam cara penerapanya. Pola pikir yang
statis dalam cara penerapan hukum hendaklah ditinggalkan, demikian dalam
cara-cara penafsiran hukum yang tidak melihat perkembangan zaman.
3. Perubahan hukum harus juga diadakan dalam kaidah (aturan) yang sesuai
dengan falasafah hidup bangsa indonesia. Agar kaidah (aturan) yang di
perbarui itu dapat dipatuhi oleh masyarakat, maka dalam kaidah (aturan)
harus memuat sanksi dan daya paksa dan perubahan itu harus dibuat oleh
instansi yang berwenang.
Hukum dan modernisasi memiliki hubungan yang erat antara yang satu dengan
yang lain. Sebab hukum tanpa modernisasi tidak berarti, dan modernisasi tanpa
hukum akan sia-sia. Karena jika semakin modern suatu wilayah maka akan semakin
banyak permasalahan-permasalahan baru yang muncul, dan jika hukum tidak di
modernisasi maka kejahatan-kejahatan yang muncul tersebut tidak dapat di atasi
karena tidak ada hukum yang mengatur, dan hal ini akan menimbulkan dampak
yang tidak baik bagi suatu wilayah ataupun suatu negara.
Hubungan gejala sosial dan hukum merupakan salah satu kajian penting dari
disiplin sosiologi hukum. Hubungan atau interaksi tersebut merupakan hubungan
interaksi atau timbal balik, dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap
perubahan hukum dan disisi lain juga akan mempengaruhi perubahan sosial.
Dengan demikian perubahan hukum dan gejala sosial ibarat sisi mata uang yang
sulit untuk dipisahkan, keduanya berinteraksi satu sama lainya serta menimbulkan
dampak tertentu.
DAFTAR PUSTAKA