Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HUBUNGAN MANUSIA, MASYARAKAT DAN HUKUM


&
HUBUNGAN MANUSIA, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Oleh :
Kennedy Trisno Halomoan Manik 221010202182
Irpan Maulana 221010202071
Agyoga Nadi Jalu Prakoso 221010201904
UNIVERSITAS PAMULANG
FAKULTAS HUKUM JURUSAN ILMU HUKUM
SEPTEMBER 2022
Dr Sri Utamininggsih SH.,SPd.,M.MPd.,MH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya..
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika
melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang
akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya. Sedangkan pengertian manusia
adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab
atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul
multidimensi dengan berbagai kemungkinan. Masyarakat juga memiliki pengertian manusia
yang hidup bersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang dan bercampur atau bergaul
dalam waktu yang cukup lama serta berkumpulnya, manusia akan menimbulkan manusia-
manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia bahwa sadar bahwa mereka merupakan
satu-kesatuan. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.
Kebudayaan juga memiliki pengertian hal kompleks yang mencakup beberapa hal di
dalamnya seperti kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat serta kemampuan yang
dapat diperoleh manusia sebagai bagian dari kelompok masyarakat tersebut.
Pengertian tentang hukum, manusia, serta masyarakat dan kebudayaan adalah hal yang
saling berkaitan. Manusia merupakan bagian dari masyarakat dan di dalam masyarakat terdapat
lebih dari satu manusia yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam berinteraksi yang erat
kaitannya dengan hidup saling bersosialisasi tersebut hukum dan kebudayaan memiliki peran
tersendiri. Di tengah-tengah masyarakat, hukum dan kebudayaan memiliki peran penting untuk
membatasi perilaku manusia dalam bermasyarakat agar tercipta suatu keharmonisan bersama
dan sebagai dasar acuan bagi manusia dalam bertindak di masyarakatnya. Dalam pembahasan
makalah ini akan membahas lebih rinci tentang fungsi hukum dan kebudayaan bagi manusia
dalam bermasyarakat.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan antara manusia dengan hukum ?


2. Bagaimana sistem hukum menurut Freedman dan hubungannnya dengan sistem hukum
Indonesia dalam lingkup pengaturan masyarakat ?
3. Mengapa hukum sangat diperlukan dalam mengatur manusia dalam kehidupan
bermasyarakat ?
4. Bagaimana hukum bekerja untuk menjalankan fungsinya bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat ?
5. Apa fungsi hukum untuk mengatur manusia dalam hidup bermasyarakat ?
6. Bagaimana hubungan antara manusia dan kebudayaan ?
7. Bagaimana kebudayaan bekerja untuk menjalankan fungsinya bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat ?

Tujuan Masalah

1. Untuk menjelaskan hubungan antara manusia dengan hukum.


2. Untuk menjelaskan sistem hukum menurut Freedman dan hubungannnya dengan
sistem hukum Indonesia dalam lingkup pengaturan masyarakat.
3. Untuk menjelaskan hukum sangat diperlukan dalam mengatur manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. Untuk menjelaskan bagaimana hukum bekerja menjalankan fungsinya bagi manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Untuk menjelaskan fungsi hukum untuk mengatur manusia dalam hidup
bermasyarakat.
6. Untuk menjelaskan hubungan antara manusia dengan kebudayaan.
7. Untuk menjelaskan bagaimana kebudayaan bekerja menjalankan fungsinya bagi
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Manusia dengan Hukum

Di dunia ini manusialah yang bekuasa.Yang mengeksploitasi dan mengeksplorasi dunia ini
adalah manusia. Karena kekuasaannya itulah maka manusia merupakan pusat atau titik
sentral dari keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia ini. Dengan demikian
manusia merupakan subjek dan bukan objek. Sebagai subjek manusia mempunyai
kepentingan di dunia ini, mempunyai tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi atau
dilaksanakan, mempunyai kebutuhan hidup.Sejak manusia dilahirkan sampai meninggal,
sejak dulu sampai sekarang, bahkan diwaktu mendatang, dimana-mana, yang mampu
maupun yang tidak mampu, manusia selalu mempunyai kepentingan, mempunyai tuntutan
atau kebutuhan yang diharapkan untuk dipenuhi. Dalam kenyataanya kepentingan-
kepentingan manusia selama ini selalu diancam atau diganggu oleh berbagai bahaya, yang
merupakan kendala untuk dapat dilaksanakan atau dipenuhinya harapannya. Alam sering
mengganggu kepentingan manusia dalam berbagai bencana. Tetapi gangguan atau bahaya
terhadap kepentingan manusia itu datangnya juga dari manusia sendiri. Oleh karena
kepentingan manusia selalu diganggu oleh bahaya disekelilingnya, maka manusia
menginginkan adanya perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya, jangan sampai
selalu diganggu oleh berbagai bahaya tersebut. Maka kemudian terciptalah perlindungan
kepentingan berbentuk kaedah sosial termasuk di dalamnya kaedah hukum. Tatanan
kaedah sosial dapat dibagi dua, yaitu kaedah sosial dengan aspek kehidupan pribadi dan
kaedah socsial dengan aspek kehidupan antar pribadi. Kaedah sosial dengan aspek
kehidupan pribadi yaitu kaedah agama dan kaedah kesusilaan, sedangkan kaedah sosial
dengan aspek kehidupan antar pribadi adalah kaedah sopan santun dan kaedah hukum.
Tujuan kaedah agama dan kaedah kesusilaanadalah agar manusia menjadi sempurna, agar
supaya tidak ada manusia menjadi jahat. Kedua kaedah tersebut ditujukan kepada sikap
batin manusia sebagai individu. Kalau kaedah agama ditujukan kepada iman, maka kaedah
kesusilaan ditujukan kepada akhlak.
2. Sistem Hukum menurut Freedman dan Hubungannnya dengan Sistem Hukum
Indonesia dalam Lingkup Pengaturan Masyarakat

Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan hukum


bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya Hukum.
Pertama: Substansi Hukum: Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai
sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi
juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang
mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi
juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab
undang-undang (law books). Sebagai negara yang masih menganut sistem Cicil Law Sistem
atau sistem Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah
menganut Common Law Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah peraturan-
peraturan yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis bukan dinyatakan
hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia. Salah satu pengaruhnya
adalah adanya asas Legalitas dalam KUHP. Dalam Pasal 1 KUHP ditentukan “tidak ada
suatu perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”.
Sehingga bisa atau tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum apabila perbuatan
tersebut telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan. Teori
Lawrence Meir Friedman yang Kedua adalah Struktur Hukum/Pranata Hukum. Dalam teori
Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa
atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik. Struktur hukum bedasarkan UU No. 8
Tahun 1981 meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana
Pidana (Lapas). Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang.
Sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Terdapat adagium yang menyatakan
“fiat justitia et pereat mundus”-meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan.
Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang
kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-
undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang baik maka keadilan
hanya angan-angan. Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan
peran penting dalam memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas
penegak hukum rendah maka akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya
buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah masih
terbuka.Teori Lawrence Meir Friedman yang Ketiga adalah Budaya Hukum. Kultur hukum
menurut Lawrence Meir Friedman adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem
hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana
pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan,
dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum
masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya
hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini.
Secara sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu
indikator berfungsinya hukum. Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak
berdaya, seperti pekerjaan mekanik. Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah
apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja
atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta
memutuskan bagaimana mesin itu digunakan. Dikaitkan dengan sistem hukum di
Indonesia, Teori Friedman tersebut dapat kita jadikan patokan dalam mengukur proses
penegakan hukum di Indonesia. Polisi adalah bagian dari struktur bersama dengan organ
jaksa, hakim, advokat, dan lembaga permasyarakatan. Interaksi antar komponen pengabdi
hukum ini menentukan kokoh nya struktur hukum. Walau demikian, tegaknya hukum tidak
hanya ditentukan oleh kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan kultur hukum di
masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diartikan bahwa berfungsinya sebuah
hukum merupakan pertanda bahwa hukum tersebut telah mencapai tujuan hukum, yaitu
berusaha untuk mempertahankan dan melindungi masyarakat dalam pergaulan hidup.
Tingkat efektivitas hukum juga ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat kepatuhan warga
masyarakat terhadap aturan hukum yang telah dibuat. Menurut Achmad Ali jika suatu
aturan hukum dapat ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya,
maka dapat diartikan bahwa aturan hukum tersebut efektif. Namun demikian meskipun
sebuah aturan yang ditaati dapat dikatakan efektif, derajat keefektivannya masih
bergantung pada kepentingan mentaatinya. Jika ketaatan masyarakat terhadap suatu aturan
hukum karena kepentingan yang bersifat compliance (takut sanksi), maka derajat
ketaatannya dinilai sangat rendah. Berbeda ketika ketaatannya berdasarkan kepentingan
yang bersifat internalization, yakni ketaatan karena aturan hukum tersebut benar-benar
cocok dengan nilai intrinsik yang dianutnya, maka derajat ketaatan seperti inilah yang
merupakan derajat ketaatan tertinggi.
Dalam uraian diatas tentang sistem hukum menurut Freedman yang terdiri dari
Struktur hukum, Substansi hukum, dan Budaya hukum saling terkait. Dalam hal lain ketiga
sub-sistem tersebut juga memiliki fungsi bagi manusia dalam bermasyarakat sesuai aturan
yang sah berlaku.Struktur hukum yang memiliki banyak unsur hukum yang tertulis dan
tidak tertulis berupa aturan-aturan dan sumber hukum yang memuat hal-hal tertentu dimuat
dalam berbagai UU, pasal-pasal dan peraturan lainnya yang secara langsung dibuat guna
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan keteraturan dimana kehidupan bermasyarakat
akan mengacu dan dibatasi oleh hal-hal yang sudah diatur dan secara sah disepakati hal ini
akan membuat masyarakat berperilaku secara hati-hati jika ada suatu pelanggaran akan ada
sanksi yang akan di dapat sebagaimana yang telah diatur sebelumnya dalam struktur hukum.
Hal ini telah menunjukan bahwa hukum telah menyediakan suatu peraturan dan bisa
dikatakan hukum memiliki fungsi bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya substansi hukum yang isinya terdiridari para penegak dan instansi hukum juga
sangat dibutuhkan untuk menjalankan dan memberlakukan struktur hukum agar bisa
dipatuhi masyarakat. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat penegak
hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen sehingga selain struktur hukum yang
bisa mengatur masyarakat, substansi hukum juga mampu mengaturnya juga.Budaya hukum
dimana yang dimaksudkan adalah erat kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat.
Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik
dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Keteraturan juga
tidak akan dicapai tanpa kesadaran masyarakat untuk mau patuh dan tunduk kepada hukum
untuk mengatur kehidupan bermasyarakatnya.Hal-hal diatas telah menunjukkan bahwa
hukum memiliki sistem hukum yang mampu mengatur dan memiliki fungsi bagi manusia
dalam kehidupannya bermasyarakat.
Dari penjabaran ini, maka diketahui bahwa kerja hukum sebagai alat pengaturan
masyarakat adalah bersifat sistemis. Yakni kerja sinergis yang sempurna antara komponen
komponen yang dibutuhkan agar tujuan hukum dapat terlaksana dan mencapai sasarannya
(memberikan keadilan bagi individu-individu dalam masyarakat) yang satu sama lain tidak
dapat dipisah-pisahkan, yaitu: substansi hukum yangbaik, struktur hukum yang kokoh
(memiliki kekuatan dan berintegritas), serta kultur yang kondusif (kesesuaian ideologi
hukum dengan budaya masyarakat yang bersangkutan) untuk penegakan hukum tersebut.
3. Hukum Diperlukan dalam Mengatur Manusia dalam Kehidupan Bermasyarakat

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam
ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana
ada masyarakat disitu ada hukumannya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu
bangunan struktur sosial yang bermasyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang
bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu,
dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum. Bagaimana hal ini
terjadi? Manusia, disamping bersifat sebagai makhluk individu, juga berhakekat dasar
sebagai makhluk sosial, mengingat manusia tidak dilahirkan dalam keadaaan yang sama
(baik fisik, psikologis, hingga lingkungan geografis, sosiologis, maupun ekonomis)
sehingga dari perbedaan itulah muncul inter dependensi yang mendorong manusia untuk
berhubungan dengan sesamanya. Berdasar dari usaha pewujudan hakekat sosialnya di atas,
manusia membentuk hubungan sosio-ekonomis di antara sesamanya, yakni hubungan di
antara manusia atas landasan motif eksistensial yaitu usaha pemenuhan kebutuhan
hidupnya (baik fisik maupun psikis). Dalam kerangka inter relasi manusia di atas motif
eksistensial itulah sistem hubungan sosial terbentuk. Usaha perealisasian motif eksistensial
dalam suatu sistem hubungan sosial bersifat sangat kompleks akibat dari kuantitas dan
heterogenitas kebutuhan di dalam kemajemukan manusia dengan pluralitas perbedaanya
itu, oleh karena itu upaya yang dilakukan dalam kompleks inter relasi ini meniscayakan
kebutuhan akan satu hal keteraturan. Hanya dengan prasyarat keteraturanlah, maka usaha
perealisasian motif eksistensial dari masing-masing individu manusia di dalam
kebersamaan antar sesamanya dapat terwujud, mengingat bagaimanapun di sisi lain
manusia masih juga berhakekat sebagai makhluk individual sehingga sebuah kepentingan
pemenuhan kebutuhan hidup (motifeksistensial) seorang manusia akan berhadapan dengan
kepentingan manusia lain. Konflik kepentingan ini secara alami akan mendorong manusia
untuk saling berkompetisi dan saling mengalahkan di antara sesamanya, kondisi ini pada
ujungnya jika dilakukan secara tidak terkendali akan melahirkan kekacauan (chaos), dan
jika hal ini sudah terjadi maka justru eksistensi manusia itu sendiri yang terancam. Untuk
mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan
(organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang
bernama masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial masyarakat
yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal:
aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).Dari sinilah hukum tercipta, yakni sebagai
bagian pranata pengatur disamping pranata lain yaitu kekuasaan, dan sifat hubungan antara
hukum dan kekuasaan ini layaknya dua permukaan mata uang karena kedua unsur pranata
pengatur ini berhubungan secara sistemik sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, keberadaan
yang satu meniscayakan keberadaan yang lain. Untuk menciptakan keteraturan maka
dibuatlah hukum sebagai alat pengatur, dan agar hukum tersebut dapat memiliki kekuatan
untuk mengatur maka perlu suatu entitas lembaga kekuasaanyang dapat memaksakan
keberlakuan hukum tersebut sehingga dapat bersifat imperatif. Sebaliknya, adanya entitas
kekuasaan ini perlu diatur pula dengan hukum untuk menghindari terjadinya penindasan
melalui kesewenang-wenangan ataupun dengan penyalah gunaan wewenang. Mengenai
hubungan hukum dan kekuasaan ini, terdapat adagium yang populer: “Hukum tanpa
kekuasaan hanyalah angan-angan, dan kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”.

4. Kerja Hukum untuk Menjalankan Fungsinya bagi Manusia dalam Kehidupan


Bermasyarakat

Fungsi hukum bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat haruslah mampu


berfungsi secara efektif dan ideal dan memberi manusia jati diri dalam hidup di
lingkungan masyarakatnya. Untuk memfungsikan dirinya, hukum haruslah dapat bekerja
secara efisien dalam mengendalikan dan memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Manusia yang merupakan bagian dari masyarakat agar mampu
memasyarakatkan manusia itu sendiri untuk bisa bersosialisasi dan berbaur dengan
manusia lainnya dan membentuk kesatuan masyarakat ideal.
Dengan latar belakang kompleksitas antar manusia bermotifkan kepentingan
masing-masing, maka akan mendorong manusia untuk saling berkompetisi dan berebut
saling mengalahkan antar sesamanya yang dapat berujung pada kekacauan. Kekacauan
di sini dapat bermakna dua hal: Pertama, kekacauan dalam arti sebenarnya di mana yang
terjadi bukanlah suatu tatanan sosial yang teratur melainkan pola kehidupan antar
manusia yangtidak terkendali dan mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Kedua,
adalah kekacauan dalam arti semu yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat namun
yang dijalankan tidak secara ideal melalui sistem kekuasaan yang otokratis (sewenang-
wenang) sehingga walaupun individu manusia berada dalam suatu tatanan sosial namun
mereka tatap merasa terancam eksistensinya. Hukum dihadirkan untuk menciptakan
keteraturan dengan mencegah atau mengatasi segala bentuk kekacauan sebagaimana di atas.
Adanyainter dependensi (hakekat sosial) mendorong manusia untuk melakukan inter
relasi di antara sesamanya guna merealisasikan kepentingan atas dasar motif
eksistensialnya masing-masing (hakekat individual). Inter relasi dengan latar belakang
inter dependensi ini memaksa manusia-manusia yang saling bertemu untuk melakukan
bargainingdi antara mereka demi saling terpenuhinya kepentingan eksistensial masing-
masing, dan proses bargaining yang terjadi ini tidak lain adalah proses tawar-menawar
di antara kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan. Proses bargaining of
interestyang ideal (fair) adalah proses tawar menawar yang bersifat equal, yaitu proses
tawar-menawar oleh mereka yang berkedudukan seimbang dan yang dilakukan secara
seimbang pula, sehingga proses inter relasi-inter dependensi yang terjadi bersifat saling
memenuhi satu sama lain dan masing-masing pihak merasa terpuaskan oleh adanya
hubungan tersebut dikarenakan kepentingan masing-masing telah dipenuhi oleh adanya
pihak lawan tanpa ada satu pihak yang merasa dirugikan. Fungsi kerja dari hukum adalah
menciptakan norma equalityini, yaitu dengan mengatur kepentingan-kepentinganyang
saling berhadapan agar dapat bertemu secara seimbang dan agar proses bargainingatas
kepentingan-kepentingan tersebut juga berjalan seimbang. Secara lebih dalamlagi, proses
penyeimbangan kepentingan
ini dilakuan mula-mula dengan cara penciptaan normahak dan kewajiban atas
kepentingan yang berhadapan tersebut, untuk kemudian diciptakannorma penyeimbangan
atas hak dan kewajiban yang ada itu. Oleh karena itu, pada hakekatnya secara sederhana
hukum tidak lain 3 adalah pengaturan tentang hak dan kewajiban setiap individu manusia
sebagai bagian dari suatu tatanan sosial masyarakat. Penyeimbangan kedudukan
kepentingan antar manusia yang saling berhadapan perlu dilakukan mengingat adanya
pluralistik perbedaan latar belakang dari masing-masing manusia yang ada agar hubungan
inter dependensi yang berlangsung tidak bersifat parasitisme (merugikan dan menindas
salah satu pihak) akibat adanya perbedaan kekuatan sumber daya, melainkan dapat benar-
benar bersifat mutualisme (saling menguntungkan secara fair). Sehingga, mereka yang
berada sebagai pihak yang lemah secara sumber daya / kekuatan sosial-ekonomisnya dapat
terkuatkan dengan cara perlindungan maksimal atas hak-hak mereka, sedangkan mereka
yang berada sebagai pihak yang lebih kuat sumber dayanya dapat dibatasi kekuatan dan
kekuasaannya itu dengan cara penciptaan norma-norma imperatif yang bersifat limitatif
seperti melalui pembebanan kewajiban-kewajiban tertentu. Di sisi lain, adanya posisi yang
seimbang antar pihak yang saling berinterakasitidak akan berarti apa-apa jika proses
bargaining kepentingan-kepentingan yang ada tidak berjalan secara seimbang pula. Maka,
perlu diciptakan norma penyeimbangan hak dan kewajiban di dalam masing-masing
kepentingan tersebut. Setiap subyek yang telah bersepakat untuk berhubungan dengan
subyek lain atas landasan pemenuhan kepentingan diri masing-masing berkewajiban
memenuhi kebutuhan pihak lawan melalui pemberian sumber dayayang dimilikinya dan
pada saat yang sama ia mempunyai hak agar kebutuhannya dipenuhi oleh pihak lawan atas
sumber daya yang dimiliki oleh pihak lawannya itu, dan hal ini bersifat timbal balik.
Terciptanya suatu inter relasi yang telah dapat bersifat seimbang dalam hubungan hak dan
kewajibannya di antara manusia yang telah berkedudukan seimbang pula inilah yang
dinamakan dengan istilah keadilan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa eksistensi
hukum diciptakan untuk menciptakan ketertiban melalui pemenuhan keadilan di antara
tiap-tiap individu di dalam masyarakat, sehingga dapat diketahui bahwa tujuan hukum yang
pertama dan utama adalah memberikan keadilan secara sosial (keadilan dalam
kebersamaan) bagi tiap-tiap individu di dalam tatanan sosial yang bernama masyarakat.

5. Fungsi Hukum di Dalam Masyarakat

Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung pada


berbagai faktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum dalam
masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam
masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat hukum lebih berfungsi untuk menjamin
keamanan dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur sosial yang diharapkan
oleh masyarakat. Namun, dalam masyarakat yang sudah maju hukum, hukum menjadi
lebih umum, abstrak, dan lebih berjarak dengan konteksnya.Secara umum dapat
dikatakan bahwa ada beberapa fungsi hukum dalam masyarakat. Yaitu :

1. Fungsi Menfasilitasi
Dalam hal ini termasuk menfasilitasi antara pihak-pihak tertentu sehinggga tercapai
suatu ketertiban.
2. Fungsi Represif
Dalam hal ini termasuk penggunaan hukum sebagai alat bagi elite penguasa untuk
mencapai tujuan-tujuannya.
3. Fungsi Ideologis
Fungsi ini termasuk menjamin pencapaian legitimasi, hegemoni, dominasi,
kebebasan, kemerdekaan, keadilan dan lain-lain.
4. Fungsi Reflektif
Dalam hal ini hukum merefleksi keinginan bersama dalam masyarakat sehingga
mestinya hukum bersifat netral.

Selanjutnya Aubert mengklasifikasi fungsi hukum dalam masyarakat, antara lain:


1. Fungsi mengatur ( Govermence )
2. Fungsi Distribusi Sumber Daya
3. Fungsi safeguart terhadap ekspektasi masyarakat
4. Fungsi penyelesaian konflik
5. Fungsi ekpresi dari nilai dan cita-cita dalam masyarakat.

Menurut Podgorecki, bahwa fungsi hukum dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Integrasi
Yakni bagaimana hukum terealisasi saling berharap ( mutual expectation ) dari
masyarakat.
2. Fungsi Petrifikasi
Yakni bagaimana hukum melakukan seleksi dari pola-pola perilaku manusia agar
dapat mencapai tujuan-tujuan sosial.
3. Fungsi Reduksi
Yakni bagaimana hukum menyeleksi sikap manusia yang berbeda-beda dalam
masyarakat yang kompleks sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam
hal ini, hukum berfungsi untuk mereduksi kompleksitas ke pembuatan putusan-
putusan tertentu.
4. Fungsi Memotivasi
Yakni hukum mengatur agar manusia dapat memilih perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai dalam masyarakat.
5. Fungsi Edukasi
Yakni hukum bukan saja menghukum dan memotivasi masyarakat, melainkan juga
melakukan edukasi dan sosialisasi.

Selanjutnya, menurut Podgorecki, fungsi hukum yang aktual harus dianalisis melalui
berbagai hipotesis sebagai berikut :
1. Hukum tertuis dapat ditafsirkan secara berbeda-beda, sesuai dengan sistem sosial dan
ekonomi masyarakat.
2. Hukum tertuis ditafsirkan secara berbeda-beda oleh berbagai sub kultur dalam
masyarakat. Misalnya, hukum akan ditafsirkan secara berbeda-beda oleh mahasiswa,
Dosen, advokat, polisi, hakim, artis, tentara, orang bisnis, birokrat dan sebagainya.
3.Hukum tertulis dapat ditafsrkan secara berbeda-beda oleh berbagai personalitas
dalam masayarakat yang diakibatkan oleh berbedanya kekuatan/kepentingan
ekonomi, politik, dan psikososial. Misalnya golongan tua lebih menghormati hukum
daripada golongan muda. Masyarakat tahun 1960-an akan lebih sensitif terhadap hak
dan kebebasan dari pekerja.
4. Faktor prosedur formal dan framework yang bersifat semantik lebih menentukan
terhadap suatu putusan hukum dibandingkan faktor hukum substantif.
5. Bahkan jika sistem-sistem sosial bergerak secara seimbang dan harmonis, tidak
berarti bahwa hukum hanya sekedar membagi-bagikan hadiah atau
hukuman.Dalam suatu sistem bahwa antara hukum, kekuasaan dan politik sangat
erat kaitannya serta studi tentang hubungan antara komponen hukum, kekuasaan
dan politik juga merupakan bidang yang mendapat bagian dari sosiaologi hukum.

Fungsi hukum menurut masyarakat yaitu, hukum merupakan sarana perubahan sosial.
Dalam hal ini, hukum hanyalah berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi saja sehingga
dalam kasus seperti ini bukan hukum yang mengubah masyarakat, melainkan
perkembangan masyarakat yang mengubah hukum.
Sikap dan kehidupan suatu masyarakat berasal dari berbagai stimulus sebagaia berikut
:

1. Berbagai perubahan secara evolutif terhadap norma-norma dalam masyarakat.


2. Kebutuhan dadakan dari masyarakat karena adanya keadaan khusus atau keadaan
darurat khususnya dalam hubungan distribusi sumber daya atau dalam hubugan
dengan standar baru tentang keadilan.
3. Atas inisiatif dari kelompok kecil masyarakat yang dapat melihat jauh ke depan yang
kemudian sedikit demi sedikit mempengaruhi pamndangan dan cara hidup
masyarakat.
4. Ada ketidak adilan secara tekhnikal hkum yang meminta diubahnya hukum tersebut.
5. Ada ketidak konsistenan dalam tubuh hukum yang juga meminta perubhan terhadap
hukum tersebut.
6. Ada perkembangan pengetahuan dan tekhnologi yang memunculkan bentukan baru
untuk membuktikan suatu fakta.

Kemudian dalam suatu masyarakat terdapat aspek positif dan negatif dari suatu gaya
pemerintahan yang superaktif. Negatifnya adalah kecenderungan menjadi pemerintahan
tirani dan totaliter. Sedangkan positifnya adalah bahwa gaya pemerintahan yang superaktif
tersebut biasanya menyebabkan banyak dilakukannya perubahan hukum dan perundang-
undangan yang dapat mempercepat terjadinya perubahan dan perkembangan dalam
masyarakat. Perkembangan masyarakat seperti ini bisa kearah positif, tetapi bisa juga
kearah yang negatif.

6. Hubungan Antara Manusia dan Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain.
Dimana manusia memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dari banyak segi.
Sedangkan kebudayaan lebih dekat kepada karya seni adat istiadat yang tumbuh dari suatu
kumpulan masyarakat.

Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku
kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang di laksanakan oleh manusia. Menurut
saya jika dilihat dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat
dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dinyatakan
sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain, seperti masyarakat yaitu orang
yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan tidak ada masyarakat yang tidak
memilikikebudayaan dan begitu pun sebalik nya. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat.
Contohnya seperti masyarakat dari desa biasanya hanya meniru atau mengikuti budaya
yang di lakukan masyarakat dari kota tanpa memikirkan sisi positif dan negatifnya, mereka
hanya berfikir bahwa budaya kota itu lebih maju dan harus mereka jadikan contoh.
Lantas seperti apakah akibat yang akan terjadi jika masyarakat dari desa selalu
mengikuti kebudayaan yang ada di kota? akibatnya tidak sedikit dari masyarakat desa justru
menirukan hal-hal buruk saja, hal ini selalu terjadi karna faktor cara berfikir masyarakat
cendrung menirukan, hal ini lah yang terkadang dapat menimbulkan konflik pada
masyarakat luas karena adanya perbedaan pandangan kebudayaan. Akan tetapi, seiring
dengan perubahan zaman yang semakin maju perbedaan pandangan tentang kebudayaan
ini mulai surut. Hal ini di sebabkan karena mereka ingin budaya yang mereka miliki dapat
di satukan nantinya. Memang hubungan manusia dan kebudayaan itu sangat sulit untuk
dilepaskan karena fungsi kebudayaan dan manusia itu sangat diperlukan untuk mengatur
hubungan antar manusia dalam mewujudkan tingkah lakunya.

7. Kerja Kebudayaan untuk Menjalankan Fungsinya bagi Manusia dalam Kehidupan


Bermasyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. bermacam
kekuatan yang harus dihadapimasyarakat dan anggota-anggotanyaseperti kakutan alam ,
maupun kekuatan-kekuatan lainnya didalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya.
selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik dibidang spiritual
mauun material. kebutuhankebutuhan masyarakat tersebutdiatas untuk sebagian besar
dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. dikatakan sebagian
besar karena kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang
merupakan hasil ciptaanya juga terbatas didalam memenuhi segala terbatas didalam
memenuhi segala kebutuhan.
Dalam tindakan –tindakan untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada taraf
permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak didalam batas-batas untuk
melindungi dirinya. taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang
hingga kini masih rendah taraf kebudayaan . misalnya suku bangsa kubu yang yang tinggal
dipedalaman daerah jambi masih bersikapmenyerah terhadap lingkungan alamnya. rata-rata
mereka itu masih merupakan masyrakat yang belum mempunyai tempat tinggaltetap karena
persedian bahan pangan semarta-mata tergantung dari lingkungan alam. taraf teknologi
mereka belum tercapai tingkatan dimana manusia diberikan kemungkinan-kemungkinan
untuk memanpaatkan dan menguasai lingkungan alamnya.
Keadaan berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, yang taraf kebudayaannya lebih
tinggi , hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi , memberikan kemungkinan-
kemungkinan yang sangat luasuntuk memampaat hasil alam dan apabila mungkin, menguasai
alam. perkembangan teknologi dinegara-negara besar seperti amerika serikat, rusia, prancis,
jerman, dan sebagainya, merupakan berapa contoh dimana masyarakat tidak lagi pasif
menghadapi tantangan alam sekitarnya.
Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk
mengadakantata tertib dalam pergaulaan kemasyarakatan. kekutan yang tersembunyi dalam
masyarakattidak selamamnya baik. untuk menghadapi kekuatan yang buruk, manusia
terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya
merupakan petunjuk tentang bagaimans manusia harus bertindak dan berlaku didalam
pergaulan hidup.
Kaidah-kaidah kebudayaan berarti peraturan tentang tingkah laku atau tindakan yang harus
dilakukan dalam suatu keadaan tertentu.
NORMA MASYARAKAT

&

NORMA SOSIAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya..
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB III
PEMBAHASAN
1. NORMA YANG BERLAKU DI MASYARAKAT

Manusia cenderung untuk memelihara hubungan dengan masyarakat dan alam


sekitarnyadengan selaras. Hubungan manusia terjalin secara vertikal (Tuhan) horizontal
(Masyarakat) danalamiah (lingkungan alam) secara seimbang, serasi dan selaras (Syahril
Sarbani. Olehkarena itu, manusia peru mengendalikan diri, baik terhadap sesama, lingkungan
alam maupunTuhan. Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan
terhadap peraturanatau norma..norma merupakan petunju tingkah laku yang harus dijalankan
dalam kehidupansehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai individuatau anggota masyarakat selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dalam
interaksi sosial setiapindividu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sosial dan peran
mereka masing-masing.Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu senantiasa didasari oleh
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Manusia dilahirkan dan hidup tidak terpisahkan satu sama lai, melainkan berkelompok.Hidup
berkelompok ini merupakan kodrat manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Selain
itu juga untuk mempertahankan hidupnya, baik terhadap bahaya dari dalam maupun bahaya y
angdatang dari luar. Setiap manusia terdorong untuk melakukan berbagai usaha untuk
menghindariatau melawan dan mengatasi bahaya-bahaya itu.

Mengingat banyaknya kepentingan, tidak mustahil terjadi konflik antar sesama manusia,karena
kepentingannya saling bertentangan. Agar kepentingan pribadi tidak terganggu dan
setiapmanusia merasa aman, maka setiap gangguan terhadap kepentingan harus di cegah.
Manusiaselalu berusaha agar tatanan dalam masyarakat selalu tertib, aman, dan damai, yang
menjaminkelangsungan hidupnya.

Menurut aristoteles, manusia itu adalah zoon politikon yaitu manusia ingin hidup dan
bersama dengan manusia lainnya. Dijelaskan lebih lanjut oleh Hans Kelsen “man is a social
and political being” artinya manusia adalah makhluk sosial yang dikodratkan hidup dalam
kebersamaan dengan sesamanya dalam masyarakat, dan makhluk yang terbawa dalam
kodratsebagai makhluk sosial itu selalu berorganisasi.

Dinamika kehidupan masyarakat menuntut cara berprilaku yang baik antara satu denganyang
lainnya untuk mencapai suatu ketertiban. Ketertitan didukung oleh tatanan yangmemnpunyai
sifat berlain-lainan, karena norma-norma yang mendukung masing-masing tatananmempunyai
sifat yang tidak sama. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang tidak teratur setiapmanusia
sebagai anggota masyarakat harus memprhatikan norma atau kaidah atau peraturanhidup yan
ada dan hidup dalam masyarakat.

A. Pengertian Norma

Norma adalah sebuah aturan, patokan ataun atau ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat pasti da
n tidak berubah. Menurut Soerjono Soekanto norma adalah suatu perangkat aturan agarhubun
gan dalam masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapakan. Norama berguna
untukmenilai baik buruknya tindakan masyarakat sehari-hari, namun sebuah norma bisa
bersifatobjektif dan bisa pula bersifat subjektif. Bila norma yang bersifat objektif adalah norma
yangdapat di terapkan secara langsung apa adanya, maka norma yang bersifat subjektif adalah
normayang bersifat moral dan tidal dapat memberikan ukuran atau patokan yang memadai.
Normaadalah patokan prilaku dalam suatu kelompok tertentu untuk menentukan terlebih
dahulu bagaimanatindakan itu akan dinilai oleh orang lain. Norma merupakan kriteria bagi or
ang lainuntuk mendukung atau menolak prilaku seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari antar
individudalam masyarakat, kadang terjadi benturan kepentingan baik secara kelompok maupun
individumaka norma berfungsi menyelaraskan prilaku yang ada dalam masyarakat tersebut.
Selain fungsitersebut norma biasa dijadikan sebagai alat untuk mengatur masyarakat agar
setiap orang bertingkah laku dalam suatu komunitas berdasarkan keyakinan dan sikap-
sikap yang harusditaati dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan invidu ataukelompok
lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma
yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga, ling
kangansekolah, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Masyarakat yang mnginginkan
hidupaman, tentram, dan damai, tanpa gangguan, maka setiap mausia perlu adanya pedoman
bagisegala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing
dapatterpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat hendaknya mengetahui hak dan
kewajibanmasing-masing. Tata aturan itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa arab) atau
norma(berasal dari bahasa latin) atau ukuran-ukuran.

Norma-norma itu mempunyai dua macam isi dan menurut isinya


berwujud perintah danlarangan. Perintah merupakan keajiban bagi seseorang untuk berbuat
sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan
kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang
tidak baik.

B. Macam-macam Norma.

1.Norma Agama.

Peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan-larangan dan
ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap
norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa “siksa” kelak di akhirat (believe
or not) misalnya dilarang mencuri, menipu, dan membunuh.

2.Norma Kesusilaan.

Peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran normakesusilaan
adalah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan besifatumum dan
universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranyaharus
berlaku jujur dan berbuat baik terhadap sesama.

3. Norma Kesopanan.
Norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri
untuk mengatur pergaulansehingga masing-masing anggota masyarakat saling hormat
menghormati. Akibat
dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya/masyarakat, karena sumber norm
a iniadalah keyakinyan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Hakikat norma kesopanan
adalahkepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma
kesopanan seringdisebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak
berlaku bagi seluruhmasyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan
hanya berlaku bagisegolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi
segolongan masyarakat,mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contonya, tidak makan
sambil berbicara, tidakmeludah disembarang tempat, dan harus menghormati orang yang lebih
tua.

4.Norma Hukum.

Peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinyamengikat
setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat
negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundang undangan, yurisprudensi,
kebiasaan,dokrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang
memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap
pelanggaran peraturan-teraturan
hukum bersifat heheronom, artinya dapat dipaksa oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan n
egara.
Contoh norma ini, “barang siapa yang dengan sengaja menghilangka
n jiwa/nyawa orang lain,dihukum karena membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya 15
tahun.

Hukum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulus atau disebut
juga peraturan perundang-undangan. Perundang-
undangan baik yang sifatnya nasional maupun peraturan daerah yang dibuat oleh lembaga
formal yang diberi kewenangan untuk membuatnya.Oleh karena itu, norma hukum sangat
mengikat dan memaksa bagi warga negara.

C. Hunungan Antar Norma

Manusia dalam kehidupan bermasyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur olehnorma-
norma agama, kesusilaan dan kesopanan serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidahsosial itu
mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat dimana kaidah itu berlaku.Hubungan
antara hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya itu saling mengisi. Artinya kaidahsosial
mengatur kehidupan manusia dalam masyrakat dalam hal-hal hukum yang mengaturnya.
Selain saling mengisi, uga saling memperkuat. Suatu kaidah hukum, misalnya “kamu tidak
bolehmembunuh” doperkuat oleh kaidah lainnya. K
aidah agama, kesusilaan, dan adat juga berisisuruhan yang sama. Dengan demikian, tanpa
adanya kaidah hukum pun dalam masyarakat sudah

ada larangan untuk membunuh sesamanya. Hal yang sama untuk


berlaku”pencurian”,“penipuan”, dan lain
-lain pelanggaran hukum. Hubungan antara norma agama, kesusilaan,kesopanan, dan hukum
yang tidak dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing-masingmemiliki sumber yang
berlainan. Norma agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa. Norma
kesusilaan sumbernya dari dalam hati ( insan kamil). Norma kesopanansumbernya keyakinan
masyrarakat yang bersangkutan dan norma hukum sumbernya peraturan perundang-undangan.

2. Pengertian Norma Sosial

Norma sosial adalah seperangkat aturan atau panduan hidup yang biasanya tidak tertulis,
tetapi tetap ak

an terus berlaku dalam kehidupan masyarakat. Adanya norma sosial dapat dipengaruhi oleh
tindakan serta kehidupan sosial secara luas.

Sementara itu, tanpa adanya norma sosial, tentunya kehidupan dalam masyarakat akan
menjadi kacau bahkan tak terkendalikan. Keberadaan norma sosial juga biasanya disertai
dengan berbagai macam sanksi tertulis.

Secara sederhana, norma sosial adalah satu hal yang membuat suatu tindakan sosial yang
dilakukan oleh anggota masyarakat dapat disebut sebagai hal normal. Sebagai aturan, norma
sosial memiliki sifat memandu, memengaruhi hingga menentukan serta mengatur tindakan
seseorang. Dalam sosiologi, norma merupakan bagian yang ada di dalam struktur sosial.

Ketika kita mempelajari norma, itu berarti sama seperti kita sedang memahami cara struktur
sosial yang membuat suatu tindakan masyarakat agar bisa seperti pola hidup yang teratur.
Ketika suatu norma dilanggar, maka akan ada sistem sosial yang terganggu. Sedangkan, jika
norma selalu ditaati, maka sistem sosial juga bisa berjalan sebagaimana mestinya.

A.Fungsi Norma Sosial

Adanya norma sosial tentunya juga memiliki fungsi tersendiri di tengah kehidupan
masyarakat. Seorang sosiolog bernama Soemardjan menjelaskan tentang pentingnya norma di
tengah kehidupan sosial. Ia menjelaskan jika norma sosial di masyarakat memiliki beberapa
fungsi yang begitu krusial.

Fungsi dari norma sosial adalah sebagai pedoman hidup yang berlaku untuk setiap individu
maupun masyarakat yang ada di dalam lokasi dan waktu yang spesifik.

Contohnya adalah ketika di kampung A orang akan memberikan salam sebelum pergi ketika
bertamu. Namun, perilaku tersebut belum tentu ada dan berlaku di kampung lain. Hal
sebaliknya juga bisa terjadi.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam kenyataanya kepentingan-kepentingan manusia selama ini selalu diancam atau


diganggu oleh berbagai bahaya, yang merupakan kendala untuk dapat dilaksanakan atau
dipenuhinya harapannya, maka manusia menginginkan adanya perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingannya, jangan sampai selalu diganggu oleh berbagai bahaya tersebut.
Kemudian terciptalah perlindungan kepentingan berbentuk kaedah sosial termasuk di
dalamnya kaedah hukum. Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan
hukum bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan Budaya
Hukum. Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu
hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada
masyarakat di situ ada hukumnya). Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia
membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah
tatanan sosial (social order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan
pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).Dari
sinilah hukum tercipta, yakni sebagai bagian pranata pengatur disamping pranata lain yaitu
kekuasaan. Hukum dihadirkan untuk menciptakan keteraturan dengan mencegah atau
mengatasi segala bentuk kekacauan. Fungsi kerja dari hukum adalah menciptakan norma
equalityini, yaitu dengan mengatur kepentingan-kepentinganyang saling berhadapan agar
dapat bertemu secara seimbang dan agar proses bargainingatas kepentingan-kepentingan
tersebut juga berjalan seimbang. Secara lebih dalam lagi, proses penyeimbangan kepentingan.
Fungsi hukum yakni Fungsi Menfasilitas, Fungsi Represif, Fungsi Ideologis, Fungsi Reflektif.

SARAN

Agar hukum bisa dibilang memadai dan berjalan secara optimal dalam mengatur manusia
dalam bermasyatakat, hukum harus memilik kriteria baik pada sub-sub sistemnya. Struktur
hukum harus berisi aturan-aturan yang sesuai dengan ideologi bangsa dan disesuaikan dengan
budaya Indonesia serta mampu mempertahankan national interest pada suatu negara. Substansi
hukum harus terdiri dari orang-orang yang menjunjung tinggi keadilan dan memiliki kerja
bagus, kredibilitas dan kompeten dalam melaksanakan agenda hukum. Kultur hukum sendiri
bersumber pada kesadaran masyarakat, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
yang tinggi sehingga rasa kepatuhan masyarakat terhadap hukum juga tinggi pula.

Anda mungkin juga menyukai