1
I. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya makalah ini bisa selesai. Kami berharap
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi yang
membacanya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Desra selaku
guru PKN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami pun menyadari bahwa
di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kami juga mengucapkan terima kasih untuk segala pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Penulis
2
II. ISI
Makna Hukum
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah terjadinya
kekacauan.
1. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang
satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan.
2. Leon Duguit
Hukum ialah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu.
3. E.M. Meyers
Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada
tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-
penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
4. S.M. Amin
Kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum
dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
5. J.C.T. Simorangkir
Hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badanbadan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu
dengan hukuman tertentu.
6. M.H. Tirtaatmidjaja
Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian, jika melanggar
aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan
kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.
3
keamanan, ketertiban, kesejahteraan umum, kebebasan, dan sebagainya. Dalam hal ini,
maka tujuan negara Indonesia adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,
sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.
4
Pembatasan dalam hal ini hanya dapat dizinkan bila ada kemungkinan keuntungan
yang lebih besar.
3. Kesetaraan kesempatan untuk kejujuran, dan penghapusan terhadap
ketidaksetaraan berdasarkan kelahiran dan kekayaan.
Untuk meberikan jawaban atas hal tersebut, Rows melahirkan 3 (tiga) pronsip kedilan, yang
sering dijadikan rujukan oleh bebera ahli yakni:
1. Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle)
2. Prinsip perbedaan (differences principle)
3. Prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)
3.Teori keadilan dalam filsafat hukum Islam
Gagasan Islam tentang keadilan dimulai dari diskursus tentang keadilan ilahiyah, apakah
rasio manusia dapat mengetahui baik dan buruk untuk menegakkan keadilan dimuka bumi
tanpa bergantung pada wahyu atau sebaliknya manusia itu hanya dapat mengetahui baik dan
buruk melalui wahyu (Allah).
Pada optik inilah perbedaan-perbedaan teologis di kalangan cendekiawan Islam muncul.
Perbedaan-perbedaan tersebut berakar pada dua konsepsi yang bertentangan mengenai
tanggung jawab manusia untuk menegakkan keadilan ilahiah, dan perdebatan tentang hal itu
melahirkan dua mazhab utama teologi dialektika Islam yaitu: mu`tazilah dan asy`ariyah.
Tesis dasar Mu`tazilah adalah bahwa manusia, sebagai yang bebas, bertanggung jawab di
hadapan Allah yang adil. Selanjutnya, baik dan buruk merupakan kategori-kategori rasional
yang dapat diketahui melalui nalar yaitu, tak bergantung pada wahyu. Allah telah
menciptakan akal manusia sedemikian rupa sehingga mampu melihat yang baik dan buruk
secara obyektif
keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa. Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat. Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang harus
dipertahankan, yaitu:
1. Pemilahan kelas-kelas yang tegas; misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia.
2. Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya; perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya; dan kepatuhan pada persatuannya, aturan-
aturan yang rigid bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini, dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya.
Dari elemen-elemen prinsipal ini, elemen-elemen lainnya dapat diturunkan, misalnya berikut
ini:
1. Kelas penguasa punya monopoli terhadap semua hal seperti keuntungan dan
latihan militer, dan hak memiliki senjata dan menerima semua bentuk pendidikan,
tetapi kelas penguasa ini tidak diperkenankan berpartisipasi dalam aktivitas
perekonomian, terutama dalam usaha mencari penghasilan,
2. Harus ada sensor terhadap semua aktivitas intelektual kelas penguasa, dan
propaganda terus-menerus yang bertujuan untuk menyeragamkan pikiran-pikiran
5
mereka. Semua inovasi dalam pendidikan, peraturan, dan agama harus dicegah atau
ditekan.
3. Negara harus bersifat mandiri (self-sufficient). Negara harus bertujuan pada
autarki ekonomi, jika tidak demikian, para penguasa akan bergantung pada para
pedagang, atau justru para penguasa itu sendiri menjadi pedagang. Alternatif pertama
akan melemahkan kekuasaan mereka, sedangkan alternatif kedua akan melemahkan
persatuan kelas penguasa dan stabilitas negaranya.
Untuk mewujudkan keadilan masyarakat harus dikembalikan pada struktur aslinya,
domba menjadi domba, penggembala menjadi penggembala. Tugas ini adalah tugas negara
untuk menghentikan perubahan. Dengan demikian keadilan bukan mengenai hubungan
antara individu melainkan hubungan individu dan negara. Bagaimana individu melayani
negara.
Keadilan juga dipahami secara metafisis keberadaannya sebagai kualitas atau fungsi smakhluk
super manusia, yang sifatnya tidak dapat diamati oleh manusia. Konsekuensinya ialah, bahwa
realisasi keadilan digeser ke dunia lain, di luar pengalaman manusia; dan akal manusia yang
esensial bagi keadilan tunduk pada cara-cara Tuhan yang tidak dapat diubah atau keputusan-
keputusan Tuhan yang tidak dapat diduga.Oleh karena inilah Plato mengungkapkan bahwa
yang memimpin negara seharusnya manusia super, yaitu the king of philosopher
Menurut Qutb, keadilan sosial dalam Islam mempunyai karakter khusus, yaitu kesatuan
yang harmoni. Islam memandang manusia sebagai kesatuan harmoni dan sebagai bagian dari
harmoni yang lebih luas dari alam raya di bawah arahan Penciptanya. Keadilan Islam
menyeimbangkan kapasitas dan keterbatasan manusia, individu dan kelompok, masalah
ekonomi dan spiritual dan variasi-variasi dalam kemampuan individu. Ia berpihak pada
kesamaan kesempatan dan mendorong kompetisi. Ia menjamin kehidupan minimum bagi
setiap orang dan menentang kemewahan, tetapi tidak mengharapkan kesamaan kekayaan.
6
Keadilan Protektif (Iustitia Protektiva) ialah suatu keadilan dengan memberikan suatu
penjagaan ataupun perlindungan kepada pribadi-pribadi dari suatu tindak sewenang-
wenang oleh pihak lain.
Ketertiban
Ketertiban adalah keadaan yang serba teratur dengan prinsip, kesopanan, kedisplinan,
dengan maksud untuk mencapai suatu yang diinginkan bersama yaitu terciptanya suasana
yang tentram dan damai. Agar tercipta ketertiban maka harus ada hukum yang mengatur
dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat yang teratur setiap manusia sebagai
anggota masyarakat harus memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan hidup yang
ada dalam masyarakat.
Tertib dan disiplin adalah matra yang amat menentukan keberhasilan sebuah proses
pencapaian tujuan.
Hukum di Indonesia
Citacita reformasi untuk mendudukkan hukum di tempat tertinggi (supremacy of law)
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hingga sekarang belum juga terealisasi. Bahkan
bisa kita bilang bahwa itu hanyalah sekedar mimpi dan anganangan belaka. Ini semua adalah
akibat dari kondisi penegak hukum (law enforcement) yang tidak bekerja dan kalaupun
bekerja sering terjadi diskriminatif. Praktik praktik penyelewengan dalam proses penegakan
hukum seperti; mafia peradilan, proses peradilan yang diskriminatif, jual beli putusan hakim,
bahkan kolusi polisi, hakim, advokat dan jaksa dalam perekayasaan proses peradilan
merupakan realitas sehari hari yang dapat ditemukan dalam penegakan hukum di negeri ini.
Pelaksanaan penegakan hukum yang 'kumuh' seperti ini menjadikan hukum di Indonesia
seperti yang pernah dideskripsikan oleh seorang filusuf besar Yunani Plato (427 347 SM)
yang menyatakan bahwa ''Hukum adalah jaring laba laba yang hanya mampu menjerat yang
lemah tetapi akan robek jika menjerat yang kaya dan kuat''. Banyak sekali kasus ditingkat
pejabat sampai rakyat semuanya mengacu pada keberpihakan hukum pada kalangan tertentu
saja. Tak jarang hukum di Indonesia ini hanya untuk kalangan yang berduit, yang tidak
mempunyai uang tidak mempunyai hak atas hukum walaupun dia benar.
Kalau dilihat dari struktur negara kita, Indonesia adalah negara hukum. Walaupun
begitu, pelanggaran hukum masih marak terjadi. Krisis penegakan hukum telah menjamur di
negeri ini. Mungkin ironis sekali jika hal ini menjadikan negara kita sebagai Negara hukum
7
yang miskin hukum. Bagi mereka yang mengantongi banyak rupiah, hukum seolah tidak
berani menyentuh. Namun bagi mereka yang miskin, hukum seperti tidak mau berkompromi.
Terkuaknya kasus kasus besar pelanggaran hukum di tanah air akhir akhir ini sungguh
merisaukan dan dan mengusik rasa keadilan bagi siapa saja yang waras. Kasus century,
rusaknya perlakuan sistem rumah tahanan, makelar kasus (markus), suap menyuap, hingga
pembunuhan yang berbau politisi menunjukkan ada yang tidak beres pada penegakan hukum
di Indonesia. Kasus yang paling sering kita jumpai adalah maraknya korupsi. Padahal kita
semua tahu, hukum adalah salah satu instrumen paling vital dalam membangun sebuah
bangsa menuju peradaban kemanusiaan yang adil. Kecenderungan manusia yang selalu
ingin menang sendiri, egois, dan individualis. Jika tidak ada hukum yang mengaturnya, maka
akan melahirkan penindasan dan perbudakan modern ditengah masyarakat. Untuk itulah
negara kita menciptakan undang undang. Tapi sayangnya, undang undang yang dipakai
sebagai hukum belum mampu membersihkan koruptor koruptor dilembaga pemerintah.
Sampai saat ini masih banyak koruptor yang begitu asyiknya melenggang dan menertawai
negeri yang banyak dihuni oleh orang orang miskin ini.
Tercatat, negara ini menempati peringkat kedua dalam hal korupsi di tingkat Asia dan
peringkat keenam di tingkat dunia. Sebetulnya ada satu persoalan yang sangat krusial
dilembaga hukum kita. Persoalan itu berupa lemahnya integritas para penegak hukum yang
mudah dibeli oleh para mafia hukum dan para koruptor. Semua itu bisa juga terlihat pada
munculnya kasus antara lembaga independen KPK dan Polri tempo hari. Bagi mereka yang
mengantongi banyak rupiah, hukum tentu tidak akan berani menyentuh, sebaliknya bagi
mereka yang miskin dan banyak dibelit persoalan ekonomi, hukum seperti tidak mau lagi
berkompromi sedikit pun. Drs. IGM. Nurdjana, SH, MH menjelaskan, pertama lemahnya
integritas penegakan hokum korupsi dipengaruhi oleh problematik dalam sistem hukum
pidana sebagai hukum formal dan hukum materiil yang secara substansi hukum pada
peraturan perundang undangan pidana potensi korupsi. Kedua, secara struktur hukum atau
kelembagaan terdapat overlapping kewenangan dan mengabaikan asas diferensial fungsional
dalam bentuk konflik. Ketiga, adanya disharmoni atau rivalitas negatif antara Polri, Jaksa dan
KPK serta dilema terbentuknya hakim adhoc. Terakhir, terjadinya kesenjangan dan
keterbatasan anggaran sarana dan prasarana sehingga secara cultural hukum menjadi cara
dinamis untuk dimanfaatkan sebagai alat pemerkaya diri. Persoalan itu yang membuat para
koruptor berteriak kegirangan. Mereka berusaha memanfaatkan kesempatan bagus tersebut
sebagai alat dalam mempertahankan dirinya dari jeratan hukum. Hasilnya, vonis hakim
terhadap koruptor tersebut banyak yang hasil akhirnya bebas.
Selama ini, koruptor yang tertangkap oleh tangan hukum seperti begitu mudah
melepaskan diri. Belum pernah tersiar kabar seorang koruptor divonis hukuman seumur
hidup atau vonis mati. Karena itu wajar bila korupsi terus meningkat, sebab tidak ada vonis
hakim yang dapat membuat koruptor jera. Penjara bagi mereka bukan lagi suatu ancaman
karena dengan banyak uang, penjara dapat disulap menjadi seperti layaknya hotel
berbintang.
Itulah gambaran penegakan hukum dinegeri ini. Padahal telah jelas, unsur unsur korupsi
adalah tindakan melawan hukum, menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi
8
merugikan negara baik secara langsung maupun tidak langsung dan dilakukan oleh pejabat
public atau penyelenggara negara maupun masyarakat. Hal tersebut menjadi polemik dan
mendapatkan perhatian besar dari masyarakat. Salah satu kecenderungan yang menonjol
adalah menguatnya perhatian dan penilaian publik terhadap suatu proses hukum yang dinilai
kurang adil.
Menurut Drs. Satjipto Rahardjo, SH, sejak hukum modern semakin bertumpu pada
dimensi bentuk yang menjadikannya formal dan procedural, maka sejak itu pula muncul
perbedaan antara keadilan formal atau keadilan menurut hukum disatu pihak dan keadilan
sejati atau keadilan substansial di pihak lain. Dengan adanya dua macam dimensi keadilan
tersebut, maka kita dapat melihat bahwa dalam praktiknya hukum itu ternyata dapat
digunakan untuk menyimpangi substansial. Penggunaan hukum yang demikian itu tidak
berarti melakukan pelanggaran hukum, melainkan semata mata menunjukkan bahwa
hukum itu dapat digunakan untuk tujuan lain selain mencapai keadilan. Dijelaskan oleh Prof.
Dr. Satjipto Rahardjo, SH, progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan bahwa
manusia dasarnya adalah baik, memiliki kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama
sebagai modal penting bagi membangun kehidupan berhukum dalam masyarakat. Namun
apabila dramaturgi hukum menjadi buruk seperti selama ini terjadi dinegara kita, yang
menjadi sasaran adalah para aparat penegak hukumnya, yakni polisi, jaksa, hakim dan
advokat. Meskipun, apabila kita berpikir jernih dan berkesinambungan tidak sepenuhnya
mereka dipersalahkan dan didudukan sebagai satu satunya terdakwa atas rusaknya wibawa
hukum di Indonesia. Soekanto 1979, secara konsepsional maka inti dan arti penegakan hukum
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai nilai yang terjabarkan didalam kaidah
kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran
nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup.
Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Faktor faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak
positif atau negatifnya terletak pada isi faktor faktor tersebut.
Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang undang saja.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak pihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada
karsa manusia didalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan
hukum. Dengan demikian, maka kelima faktor tersebut akan dibahas lebih lanjut dengan
mengetengahkan contoh contoh yang diambil dari kehidupan masyarakat Indonesia.
9
1. Undang undang
Undang undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum
dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah (Purbacaraka dan Soerjono
Soekanto, 1979). Mengenai berlakunya undang undang tersebut, terdapat beberapa asas
yang tujuannya adalah agar undang undang tersebut mempunyai dampak yang positif.
Asas asas tersebut antara lain:
a.Undang undang tidak berlaku surut.
b.Undang undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi.
c.Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.
d.Undang undang yang bersifat khusus menyampingkan undang undang yang
bersifat umum, apabila pembuatnya sama.
e. Undang undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang undang
yang berlaku terdahulu.
f. Undang undang tidak dapat diganggu gugat.
g. Undang undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi, melalui pelestarian
ataupun pembaharuan (inovasi).
2. Penegak Hukum
Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang hendaknya
mempunyai kemampuan kemampuan tertentu sesuai dengan aspirasi masyarakat. Mereka
harus dapat berkomunikasi dan mendapat pengertian dari golongan sasaran, disamping
mampu menjalankan atau membawakan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Ada
beberapa halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peranan yang seharusnya dari
golongan sasaran atau penegak hukum. Halangan halangan tersebut, adalah:
a. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain
dengan siapa dia berinteraksi.
b. Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi.
c. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit
sekali untuk membuat proyeksi.
d. Belum ada kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu,
terutama kebutuhan material.
e. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan
konservatisme. Halangan halangan tersebut dapat diatasi dengan
membiasakan diri dengan sikap sikap sebagai berikut:
- Sikap yang terbuka terhadap pengalaman maupun penemuan baru.
- Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai kekurangan
yang ada pada saat itu.
- Peka terhadap masalah masalah yang terjadi disekitarnya.
- Senantiasa mempunyai informasi yang selengkap mungkin mengenai
pendiriannya.
10
- Orientasi kemasa kini dan masa depan yang sebenarnya merupakan suatu
urutan.
- Menyadari akan potensi yang ada dalam dirinya.
- Berpegang pada suatu perencanaan dan tidak pasrah pada nasib.
- Percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi didalam
meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
- Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, maupun kehormatan diri
sendiri dan pihak lain.
- Berpegang teguh pada keputusan keputusan yang diambil atas dasar
penalaran dan perhitungan yang mantap.
11
a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.
b. Nilai jasmani atau kebendaan dan nilai rohani atau keakhlakan.
c. Nilai kelanggengan atau konservatisme dan nilai kebaharuan atau inovatisme.
Di Indonesia masih berlaku hukum adat, hukum adat adalah merupakan kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Dalam sektor pembentukan hukum, seringkali juga kita
menemui suatu substansi aturan hukum baik berupa undang undang, peraturan
pemerintah, perpres, hingga perda yang tidak mencerminkan aspirasi masyarakat luas,
bahkan justru secara substanstif dirasa merugikan kepentingan masyarakat luas pada
umumnya. Dalam sektor penegakan hukum, sudah tak terhitung putusan pengadilan yang
justru dinilai banyak kalangan justru mencederai rasa keadilan masyarakat. Bahwasanya
dunia hukum Indonesia terus mendapat sorotan yang hampir semuanya bernada minor, hal
ini tidak terlepas dari ketidakpercayaan publik terhadap sistem hukum kita baik ditinjau dari
struktur (institusi), substansi serta budaya (culture) hukumnya. Banyak pihak berpendapat
bahwa hukum kita hanya untuk mereka yang memiliki uang, kekuasaan atau jabatan maupun
kekuatan politik sehingga dengan itu mereka bisa membeli hukum kita, dimana hal tersebut
bisa mengurangi bahkan menghilangkan terciptanya supremasi hukum di Indonesia.
Salah satu hal yang perlu mendapat sorotan tajam dari usaha untuk menciptakan
supremasi hukum adalah sistem peradilan yang merupakan inti dari penegakan hukum di
Indonesia. Hal lain yang tak kalah penting adalah segala permasalahan yang ada dan terjadi
didalamnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sistem peradilan di Indonesia saat ini penuh
dengan kebobrokan dan kebusukan berpengaruh sangat kuat pada merosotnya atau bahkan
hilangnya supremasi hukum di negara ini. Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan terus terjadi
begitu saja tanpa adanya usaha untuk melakukan perubahan menuju terciptanya supremasi
hukum.
Oleh karena itu untuk menuju terciptanya supremasi hukum tentunya memerlukan
suatu kerja keras dari seluruh elemen yang ada di negara kita. Upaya untuk menciptakan
supremasi hukum bukan hanya hak lembaga lembaga negara kita dengan pembagian
kekuasaannya yang bercirikan prinsip checks and balances dalam pelaksanaan
pemerintahannya, tetapi juga merupakan hak dari setiap warga negara untuk berpartisipasi
dalam usaha terciptanya supremasi hukum dinegara kita. Bahwasanya pentingnya budaya
hukum untuk mendukung adanya sistem hukum, sebagaimana Friedman mengatakan, bahwa
substansi dan aparatur saja tidak cukup untuk berjalannya sistem hukum. Dimana Lawrence
M. Friedman menekankan kepada pentingnya budaya hukum (legal culture). Karena sistem
hukum tanpa budaya hukum yang mendukungnya serupa dengan iklan di dalam baskom yang
tidak bisa berenang. Dimana kalau sistem hukumnya di umpamakan sebagai suatu pabrik,
menurut Friedman lagi, jika substansi itu adalah produk yang dihasilkan dan aparatur adalah
mesin yang menghasilkan produk, sedangkan budaya hukum adalah manusia yang tahu kapan
mematikan dan menghidupkan mesin dan yang tahu memproduksi barang apa yang
dikehendakinya. Ambil contoh mengapa aparatur hukum ada yang tidak taat hukum?. Jika
kita mencari sebabnya, maka kita memasuki masalah budaya hukum (legal culture), begitu
juga ruang lingkup budaya hukum, bila kita ingin mengetahui tidak sedikit orang yang tak
bersalah menjadi bulan bulanan aparat hukum.
12
Sistem Hukum di Dunia
Di dunia ini sekurang-kurangnya ada 5(lima) sistem hukum besar yang hidup dan
berkembang, sistem hukum tersebut adalah:
PENGERTIAN HUKUM
Pengertian Hukum menurut Kamus Bahasa Indonesia:
1. peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
2. undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
3. patokan (kaidah, ketentuan).
4. keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
Pengertian Hukum menurut para ahli:
a. Prof. Dr. Van Kan
Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam Masyarakat.
b. Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar
13
dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah.
c. J. C. T Simorangkir Dan Woerjono Sastropranoto
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan dibuat Oleh badan-badan
resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku dalam lingkungan masyarakat.
Sistem Hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu yang
dipatuhi dan ditaati oleh setiap warganya.
Ciri hukum :
1. Adanya perintah/larangan,
2. Memaksa & mengikat
Unsur hukum :
PENGGOLONGAN HUKUM
Sumbernya
Hukum UU : Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Co : KUHP
Hukum adat & kebiasaan : Hukum yang diambil dari peraturan adat & kebiasaa. Co : Hukum
adat minangkabau
Hukum Yurisprudensi : Hukum yang terbentuk dari putusan pengadilan
Hukum traktat : Hukum yang ditetapkan oleh negara peserta perjanjian internasional. Co :
Hukum batas negara
Hukum doktrin : Hukum yang berasal dari pendapat para ahli hukum
Bentuknya
Hukum tertulis : Hukum yang dapat ditemui dalam bentuk tertulis. Co : KUHP, KUHD
Hukum tidak tertulis : Hukum yang masih dalam keyakinan & kenyataan di dalam
masyarakat. Co : Hukum adat. Alam praktik ketatanegaraan hukum tidak tertulis disebut
konvensi (Contoh: pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus)
Isinya
Hukum publik : Hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan menyangkut
kepentingan umum/publik. Co : Hukum pidana.
14
- Hukum Publik, yaitu hukum yang mengaur hubungan antara warga negara dan negara
yang menyangkut kepentingan umum. Dalam arti formal, hukum publik mencakup Hukum
Tata Negara Hukum Administrasi Negara, hukum Pidana dan Hukum Acara.
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Administrasi Negara
c. Hukum Pidana
d. Hukum Acara
Hukum privat : Hukum yang mengatur hubungan antar individu dan bersifat pribadi. Co :
Hukum perdata.
- Hukum Privat (Hukum Perdata), adalah hukum yang mengatur kepentingan orang-
perorangan. Perdata, berarti warga negara pribadi, atau sipil. Sumber pokok hukum perdata
adalah Buergelijk Wetboek (BW). Dalam arti luas hukum privat (perdata) mencakup juga
Hukum Dagang dan hukum Adat. Hukum Perdata dapat dibagi sebagai berikut:
a. Hukum Perorangan
b. Hukum Keluarga
c. Hukum Kekayaan
d. Hukum Waris
e. Hukum Dagang (Bersumber dari Wetboek Van Koopehandel)
f. Hukum Adat
Tempat berlakunya
Hukum nasional : Hukum yang berlaku dalam suatu negara. Co : Hukum Indonesia
Hukum internasional : Hukum yang mengatur hubungan antara 2 negara/lebih. Co : Hukum
perang
Hukum asing : Hukum yang berlaku dalam negara lain. Co : Hukum Australia
Hukum gereja : Kaidah yang ditetapkan gereja untuk para anggotanya. Co : Hukum gereja
vatikan Roma
Masa berlakunya
Hukum positif (Ius Constitutum) : Hukum yang berlaku saat ini
Hukum yang akan datang (Ius Constituendum) : Hukum yang dicita-citakan, direncanakan
akan berlaku pada masa yang akan datang. Co : RUU
Hukum universal : Hukum yang berlaku tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Berlaku
sepanjang masa, di manapun, dan terhadap siapapun. Co : Piagam PBB tentang DUHAM
15
Cara mempertahankannya
Hukum material : Hukum yang mengatur tentang isi hubungan antarsesama anggota
masyarakat, antaranggota masyarakat dengan penguasa negara, antar masyarakat dengan
penguasa negara.
Hukum formal : Hukum yang mengatur bagaimana cara penguasa mempertahankan dan
menegakan serta melaksanakan kaidah-kaidah hukum material dan bagaimana cara
menuntutnya apabila hak seseorang telah dilanggar oleh orang lain. Co : Hukum acara
peradilan tata usaha negara
Sifatnya
Kaidah hukum yang memaksa
Kaidah hukum yang mengatur/melengkapi
PENGGOLONGAN HUKUM
Hukum doktrin
Hukum yang berasal dari
pendapat para ahli hukum
terkenal
16
Hukum tertulis Hukum yang dapat ditemui KUHP, KUHD,
dalam bentuk tulisan dan KUHAP
dicantumka dalam berbagai
peraturan Negara.
Hukum positif (ius Hukum yang berlaku saat ini Hukum pidana
Berdasarkan masa constitutum)
berlakunya
17
Hukum yang akan Hukum yang dicita- Hukum pidana
datang (ius citakan,diharapkan, atau nasional yang
constituendum) direncanakan akan berlaku belum disusun
pada masa yang akan dating
Berdasarkan cara
mempertahankannya Hukum yang mengatur
bagaimana cara penguasa
mempertahankan dan
menegakan serta
melaksanakan kaidah-kaidah
hukum material dan
bagaimana cara menuntutnya
apabila hak seseorang telah
dilanggar oleh orang lain.
Ketentuan pasal
Berdasarkan sifatnya 1152 KUH Perdata
Kaidah hukum yang Kaidah hukum yang dapat
mengatur dan dikesampingkan para pihak
melengkapi dengan jalan membuat
ketentuan khusus dalam
suatu perjanjian yang mereka
adakan
18
Perbedaan hukum privat dan hukum publik
Hukum Privat Hukum Publik
19
Pengadilan militer : Khusu mengadili bidang pidana bagi anggota TNI dan POLRI, dan yang
dapat dipersamakan dengan TNI dan POLRI
Pengadilan tata usaha negara : Memeriksa dan memutus semua sengketa tata usaha
negara
1. Klasifikasi Lembaga Peradilan
Dalam UU no. 4 thn 2004, diuraikan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
pengadilan dalam empat lingkungan peradilan yaitu :
a. Peradilan umum, berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana.
b. Peradilan Agama, berwenang menyelesaikan perkara perdata dibidang tertentu atas
permohonan orang yang beragama islam.
c. Peradilan militer, berwenang menyelesaikan perkara pidana militer/tentara.
d. Peradilan Tata Usaha Negara, bew\rwenang menyelesaikan perkara tata usaha
Negara/administrasi Negara.
Peradilan agama
1. Pengadilan Agama
2. Pengadilan Tinggi Agama
20
Peradilan Tata Usaha negara
1.Pengadilan Tata Usaha Negara
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Pengadilan Militer
Pengadilan Militer hanya mengadili tindak pidana, yang khususnya bagi :
1. Anggota TNI dan POLRI.
2. Seseorang yang menurut Undang-Undang dapat dipersamakan dengan anggota TNI dan
POLRI
3. Anggota jawatan atau Golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI dan POLRI
menurut UU.
4. Tidak termasuk 1, 2, 3 tetapi menurut keputusan Menhankam yang ditetapkan dengan
persetujuan Menteri Hukum dan HAM harus diadili oleh Pengadilan Militer.
Jaksa : Lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan undang-undang
Polisi : Lembaga negara yang berperan sebagai pemelihara kamtibnas, penegak hukum, pelindung
serta pengayom dan pelayan masyarakat
21
Tingkatan, peranan, dan fungsi lembaga peradilan
Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan negeri) : Dibentuk oleh menteri kehakiman dengan
persetujuan MA yang mempunyai kekuasaan hukum pengadilan meliputi 1 kabupaten/kota.
Wewenangnya memeriksa dan memutus :
Sah/tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian, penyidikan, atau penghentian
tuntutan
Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan pada
tingkat penyidikan/penuntutan
Pengadilan tingkat kedua (Pengadilan tinggi) : Dibentuk dengan UU, daerahnya meliputi 1
provinsi. Fungsinya :
Pimpinan pengadilan negeri dalam daerahnya
Pengawas jalannya peradilan dalam daerahnya
Mengawasi dan meneliti perbuatan hakim pengadilan negeri dalam daerahnya
Mahkamah Agung : Pemegang pengadilan negara tertinggi, berkedudukan di ibu kota RI.
Fungsi :
Puncak semua peradilan dan sebagai pengadilan tertinggi
Melakukan pengawasan tertinggi
Mengawasi perbuatan hakim
KORUPSI
Ciri-ciri korupsi :
Bentuk-bentuk korupsi :
Korupsi jalan pintas : Korupsi dalam hal penggelapan uang negara, perantara
ekonomi/politik, sektor ekonomi membayar keuntungan untuk kepentingan politik
Korupsi upeti : Bentuk korupsi yang dimungkinkan karena jabatan strategis, mendapatkan
persentasi, upaya untuk mark up
Korupsi kontrak : Korupsi yang tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk mendapatkan
proyek/pasar, usaha untuk mendapatkan fasilitas pemerintah
22
Korupsi pemerasan : Korupsi yang sangat terkait dengan jaminan keamanan dan urusan-
urusan gejolak internal dan eksternal, pencantuman nama perwira tinggi militer dalam
dewan komisaris perusahaan, penggunaan jasa keamanan pada perusahaan multinasional,
bahkan pemeraan langsung terhadap perusahaan dengan alasan keamanan
Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960
Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang
dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani
menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah
peristiwa kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas
intervensi PM Ali Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal
ditangkap oleh Polisi Militer.
Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.
Reformasi
Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001
23
g) Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
masyarakat dan Pemberian penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
24
III. PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan hukum keadilan dan ketertiban sangatlah erat. karena kedilan dan ketertiban
bisa di ciptakan karena adanya hukum. Jika hukum tidak ada, keadilan dan ketertiban tidak
akan ada. Keterkaitan hukum dan keadilan adalah hukum dibuat untuk mewujudkan
keadilan dalam masyarakat, Karena hukum mempunyai sanksi yang tegas. Oleh Karena itu
setiap pelanggaran hukum, pelaku akan dikenai sanksi tegas sehingga korban pun
mendatangkan keadilan
Saat ini sistem hukum yang berlaku di Indonesia ada 3 dari 5 sistem hukum yang ada di
Dunia. Yaitu hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat (Kontinental) civil law
Dengan beragamnya sistem yang digunakan menunjukkan kemajemukan sistem yang
berlaku, artinya sangat dimungkinkan suatu masalah yang timbul dapat diselesaikan oleh
ketiga sistem yang ada, sehingga diperlukan pilihan sistem hukum mana yang diberlakukan.
Karena inilah, sulit bagi warga di Indonesia untuk mendapatkan informasi dan ketentuan
yang berlaku karena tidak adanya kepastian hukum. Ketiga sistem hukum tersebut telah
berlaku lama di Indonesia, walaupun keadaan dan saat mulai berlakunya tidaklah sama,
mari kita uraikan :
HUKUM ADAT
HUKUM ISLAM
HUKUM BARAT
Hukum Barat diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan kedatangan orang-orang
Belanda untuk berdagang di Indonesia. Pada awalnya Hukum Barat hanya berlaku bagi
orang Belanda dan Eropa saja, namun kemudian melalui berbagai upaya peraturan
perundang-undangan (pernyataan berlaku, penundukan dengan sukarela, pemilihan hokum
dan sebagainya). Hukum Barat dinyatakan berlaku bagi mereka yang disamakan dengan
orang Eropa, orang Timur Asing (terutama China) dan orang Indonesia. Pada saat itu, oleh
pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1854 sampai dengan meninggalkan Indonesia
1942 diatur bahwa Hukum Adat dan hukum Islam berlaku bagi orang Indonesia Asli serta
mereka yang disamakan dengan penduduk bumiputra. Sedangkan orang Belanda, Eropa,
yang disamakan dengan orang Eropa dan Timur Asing (Cina) berlaku Hukum Barat. (Daud
Ali, 1993: 187-188).
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan
hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada
hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum
agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum
atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan.
Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-
25
undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
Saran-saran
Kami menyadari akan pentingnya mengetahui keterkaitan hukum, keadilan, dengan ketertiban
serta sistem hukum di Indonesia, maka dari itu kami menyarankan kepada pembaca untuk mencari
informasi lain selain makalah ini dari sumber-sumber lain atau buku yang membahas demikian,
namun, Anda dapat mengetahui dasar dari materi tersebut dengan membaca makalah ini dengan
26