Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1

PENGANTAR ILMU HUKUM

1. Jelaskan tujuan dan manfaat mempelajari ilmu hukum !


Jawab :
Tujuan
Untuk mengantar setiap orang yang ingin mempelajari aturan-aturan hukum yang
berlaku. Tujuan mempelajari ilmu hukum juga agar kita mengerti dan memahami
sistematika dan susunan hukum yang berlaku di Indonesia termasuk
mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan tata tertib dikalangan anggota
masyarakat dan peraturan-peraturan yang diadakan oleh negara. Sehingga kita
dapat mengetahui perbuatan atau tindakan apa saja yang memiliki akibat hukum
atau melawan hukum serta mengetahui bagaimana kedudukan seseorang dalam
menjalankan kewajiban dan wewenang menurut hukum Indonesia.
Manfaat
 Memberikan pengetahuan mengenai peraturan perundang-undangan, terutama yang
berkaitan dengan dunia ekonomi dan perdagangan
 Menambah bekal mahasiswa setelah lulus dan masuk dalam dunia kerja maupun
berwirausaha
 Agar mahasiswa tidak buta hukum sehingga mengurangi resiko melakukan pelanggaran
hukum baik hukum pidana maupun perdata
 Menghindari pembodohan hukum/penipuan dari pihak-pihak yang mencari keuntungan
dari ketidaktahuan orang lain
 Menambah wawasan hukum anak bangsa(mahasiswa).
 Meningkatkan pengetahuan peraturan yang berlaku.
 Meningkatkan kesadaran hukum
 Menghindari penipuan hukum

2. Secara harafian zoon artinya hewan dan politicon artinya bermasyarakat. Maka zoon politicon
adalah hewan yang bermasyarakat. Hal ini lah yang dimaksud Aristoteles sebagai kodrat
manusia yang membedakannya dengan hewan. Manusia memerlukan manusia lain untuk
aktualisasi diri, sehingga akan tercipat interaksi. Oleh karena itu di dalam interaksi juga pasti
tercipta konfilk dan dinamika lainnya.

Dalam kasus di atas, Joko akan merasa terbantu dengan kehadiran manusia lain. Mereka akan
mulai menjalin interaksi, dan bukan tidak mungkin aka nada konflik yang muncul. Hal ini bisa
terjadi karena Joko membutuhkan penyesuaian karena adanya manusia baru di tempat
tinggalnya.

Nah untuk mengatasi konflik ini maka ada serangkaian aturan mulai dari norma hingga hukum.
Maka manusia, masyarakat dan hukum tidak dapat dipisahkan. Sebab jika tidak ada hukum,
manusia bisa bertindak semaunya dan merugikan manusia lainnya.

Hubungan antara manusia masyarakat dan hukum pada umumnya adalah hubungan yang tidak
dapat di pisahkan, karena ketiganya saling berkaitan. Penjelasannya adalah :

     1.        Manusia dengan Masyarakat


Manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg
menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Manusia lahir, hidup dan berkembang
dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa
manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka
bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut
makhluk sosial.
2.      Mayarakat dengan Hukum
Dimana ada masyarakat disitu ada hukum Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat
dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu
sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan,
adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat. Bagaimana corak dan warna hukum yang
dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang
menentukan sendiri. Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu
sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu
disebut masyrakat hukum.

3.      Hukum dengan Manusia


Setiap tingkah laku dari manusia baik disadari maupun tidak disadari sebenarnya ada
hukum yang mengatur manusia tersebut.
4.      Manusia dengan Hukum
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu
hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada
masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat
sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang
berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.
Manusia selalu berusaha untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang baik, mewujudkan
hukum yang adil bagi setiap anggota masyarakat. Tapi hal itu akan sulit terwujud, hal itu
dikarenakan manusianya itu sendiri yang mempunyai sifat serakah dan inginkan kekuasaan.
Banyak manusia yang hanya demi mendapatkan harta dan kekuasaan mereka rela melanggar
hukum yang telah di buat dan merugikan orang lain yang berhubungan atau ikut campur dengan
masalah atau tujuannya tersebut. Bahkan mereka rela meninggalkan keluarga, sahabat dan
agamanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dengan adanya hal yang seperti itu maka
sesungguhnya manusia itu sulit untuk berhubungan erat dengan hukum yang adil dan merata.
Sehingga meskipun manusia tidak dapat dipisahkan dari hukum, tetapi manusia dapat merubah
aturan-aturan tersebut sesuai dengan keinginan asalkan manusia tersebut mempunyai harta dan
kekuasaan. Sehingga hukum seakan-akan lebih berpihak pada orang-orang memiliki kedudukan
diatas dan orang kalangan bawah seperti tidak bisa menolak dan menawar hukum yang telah di
buat dalam masyarakat.
5.      Hukum dengan Masyarakat
Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat dan tak mungkin dapat diceraipisahkan
antara satu sama lain, menginga bahwa dasar hubungan tersebut terletak dalam kenyataan-
kenyataan  berikut ini:
 Hukum adalah pengatur kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat tidak mungkin
bisa teratur kalau tidak ada hukum.
 Masyarakat merupakan wadah atau tempat bagi berlakunya suatu hukum. Tidak
mungkin ada atau berlakunya suatu hukum kalau masyarakatnya tidak ada.
 Disamping itu, tak dapat disangkal adanya kenyataan bahwa hukum juga merupakan
salah satu sarana utama bagi manusia melalui masyarakat di mana ia menjadi warga atau
anggotanya, untuk memenuhi segala keperluan pokok hidupnya dalam keadaan yang
sebaik dan sewajar mungkin.
 

3. a. Teori Stufenbau adalah teori yang mengatakan bahwa sistem hukum adalah sistem anak
tangga atau piramid yang memiliki kaidah bertingkat di mana norma hukum yang menempati
tingkat paling rendah harus berprinsip pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum
yang tertinggi seperti konstitusi harus berkaitan pada norma hukum yang paling mendasar atau
grundnorm. Menurut Kelsen norma hukum yang paling dasar atau grundnorm memiliki bentuk
yang tidak konkret atau abstrak. Contoh konkret dari penerapan teori stufenbau di Indonesia
yaitu peraturan mengenai UU PKS.

b. Sistem hukum di Indonesia mengadopsi teori piramida hukum atau norma berjenjang dari
Hans Kelsen karena teori ini mengakomodasi prinsip-prinsip negara hukum yang mendasar,
yaitu supremasi hukum dan pemisahan kekuasaan. Dalam teori piramida hukum, hukum
dianggap sebagai piramida dengan hukum tertinggi di puncaknya, dan setiap peraturan atau
norma harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi di atasnya.

Dalam sistem hukum Indonesia, hukum tertinggi adalah Undang-Undang Dasar 1945, yang
menetapkan prinsip-prinsip dasar negara, hak asasi manusia, dan tugas negara. Kemudian di
bawahnya terdapat hirarki peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, seperti undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah, dan kebijakan pemerintah.
Setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi di atasnya, dan tidak
boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Dalam teori piramida hukum, kekuasaan legislatif memiliki peran penting dalam menetapkan
hukum tertinggi, sedangkan kekuasaan yudikatif memiliki peran penting dalam menegakkan
hukum tersebut. Oleh karena itu, prinsip pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan keadilan dalam sistem hukum.

Dalam pendapat saya, penggunaan teori piramida hukum atau norma berjenjang dari Hans
Kelsen sangat relevan dengan sistem hukum di Indonesia. Dengan mengakui hirarki peraturan
perundang-undangan dan prinsip supremasi hukum, kita dapat memastikan bahwa hukum di
Indonesia berdasarkan pada aturan yang jelas dan adil, dan mampu menjamin keamanan,
perlindungan hak asasi manusia, serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai