Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1 Pengantar Ilmu Hukum

Nama : Wildana Zulva


NIM : 042250849
Prodi : Ilmu Administrasi Negara (S1)

1. Andi seorang petualang yang tersesat di suatu daerah terpencil, tidak ada satu orang
pun yang tinggal dan hidup disana. Andi memutuskan untuk tinggal disana. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya Andi memanfaatkan hasil dari bumi. Andi juga
membangun tempat tinggal sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Andi bebas
melakukan apapun disana. Suatu hari daerah yang ditinggali Andi kedatangan
serombongan petualang yang tersesat dan tidak bisa kembali ke tempat asalnya.
Rombongan petualang tersebut memutuskan untuk menetap hidup disana berdampingan
bersama Andi.

A. Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu merupakan zoon
politicon jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!

Setiap tindakan atau perilaku manusia niscaya berorientasi pada nilai dan dan pancapaian suatu
tujuan. Entah tujuannya hanya bersifat sementara atau tujuan jangka panjang. Semuanya
menegaskan bahwa manusia dalam tindakannya berbeda dengan hewan. Manusia bergerak
mencapai apa yang ia inginkan bersandar pada pikirannya.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak mungkin manusia hidup sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya dan tanpa bantuan dari orang lain. Karena manusia memang diciptakan oleh
Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyarakat/bersilaturahmi dengan sesamanya dan bisa saling
tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkumpul dengan sesamanya adalah kebutuhan dasar naluri dari manusia itu sendiri.

Untuk itu bagaimana akhirnya Andi memutuskan bertahan hidup dengan apa adanya dan
memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri, disini mencerminkan Andi memutuskan keputusan
jangka panjangnya dan menggunakan pikirannya dalam bergerak berusaha beradaptasi dengan
lingkungan hidup barunya. Dan rombongan diatas bernasib sama dengan Andi, mereka hidup
berlingkungan, hingga akhirnya saling berinteraksi dan memenuhi kebutuhan satu sama lain
seperti teori zoon politicon yang diserukan Aristoteles

B. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan


hukum.

Ketiga hal tersebut memiliki hubungan satu sama lain, bagaimana saling mempengaruhi antara
ketiga unsur ini. Penjelasannya:

1). Manusia Sebagai Makhluk Sosial. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Sudah
menjadi kodrat manusia untuk hidup bersama, bahkan semenjak peradaban pertama manusia itu
ada. Didorong oleh naluri bertahan hidup, manusia beradaptasi den belajar dari keadaan yang
ada, dimana untuk dapat terus mempertahankan eksistensi ataupun bahkan meningkatkan
kualitas hidup, manusia tidak dapat hidup seorang diri.

Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul
dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya
suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.

2). Mayarakat dengan Hukum. Dimana ada masyarakat disitu ada hukum Hukum ada sejak
masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik
dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap,
perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat. Bagaimana corak dan
warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang
bersangkutanlah yang menentukan sendiri. Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya
bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata
hukum hukum itu disebut masyrakat hukum.

3). Hukum dengan Manusia. Setiap tingkah laku dari manusia baik disadari maupun tidak
disadari sebenarnya ada hukum yang mengatur manusia tersebut.
4). Manusia dengan Hukum. Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus”
(di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu
bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan hukum.

Manusia selalu berusaha untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang baik, mewujudkan hukum
yang adil bagi setiap anggota masyarakat. Manusia dapat merubah aturan-aturan tersebut sesuai
dengan perkembangan pada masyarakat dan manusianya.

5). Hukum dengan Masyarakat. Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat dan tak
mungkin dapat diceraipisahkan antara satu sama lain, karena dasar hubungan tersebut terletak
dalam kenyataan-kenyataan berikut ini:

a. Hukum adalah pengatur kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat tidak mungkin bisa
teratur kalau tidak ada hukum.

b. Masyarakat merupakan wadah atau tempat bagi berlakunya suatu hukum. Tidak mungkin ada
atau berlakunya suatu hukum kalau masyarakatnya tidak ada.

c. Adanya kenyataan bahwa hukum juga merupakan salah satu sarana utama bagi manusia
melalui masyarakat di mana ia menjadi warga atau anggotanya, untuk memenuhi segala
keperluan pokok hidupnya dalam keadaan yang sebaik dan sewajar mungkin.

6). Masyarakat dengan Manusia. Masyarakat adalah tatanan sosial yang terbentuk oleh manusia.

2. Masyarakat Indonesia harus bijak dalam menggunakan dan memanfaatkan media sosial
jika tidak ingin terjerat tindak pidana yang diancam menurut UU ITE. Berdasarkan data
dari id.safenet.or.id sejak disahkannya UU ITE hingga sekarang tahun 2021 sudah ada
sekitar 300 lebih kasus terkait dugaan pelanggaran UU ITE. Pelanggaran ITE tersebut
didominasi kasus pencemaran nama baik, penghinaan hingga ujaran kebencian.
Pertanyaan: Analisis oleh saudara tujuan hukum yang didasarkan oleh teori utilitas
menurut Jeremy Bentham dikaitkan dengan kasus pelanggaran UU ITE.

Bentham berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah atau yang
sesuai dengan daya guna (efektif). Teori utilitas mengajarkan bahwa hanya dalam ketertibanlah
setiap orang akan mendapat kesempatan untuk mewujudkan kebahagiaan terbanyak. Teori ini
mengagungkan kepastian hukum dan memerlukan adanya peraturan yang berlaku umum.

Seperti walaupun harus mengorbankan rasa keadilan tapi sangat besar untuk kepentingan banyak
orang. Sehingga hukum tersebut menurut teori utilitas tujuannya sudah tercapai. Teori utilitas
dalam hukumnya dikatakan berhasil apabila dapat mewujudkan keadilan. Hukum dan kekuasaan
itu saling membutuhkan bahwa hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa
hukum adalah kelaliman.

Tujuan hukum tersebut dibuat agar masyarakat Indonesia semakin bijak dalam menggunakan
dan memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang baik sehingga tidak sampai melakukan
pelanggaran UU ITE. Tentunya hukum ini untuk kepentingan banyak orang dimana adanya teori
utilitas ini mengajarkan bahwa hanya dalam ketertibanlah setiap orang akan mendapat
kesempatan. Untuk mewujudkan kebahagiaan terbanyak tentunya dengan mengagungkan
kepastian hukum dan memerlukan adanya peraturan yang berlaku umum dengan UU ITE
tersebut. Dengan adanya hukuman bagi yang melanggar UU ITE maka menurut teori utilitas
hukuman dapat dibenarkan jika pelaksanaannya mengkristalkan 2 efek utama yaitu konsekuensi
hukuman yaitu agar di masa depan kejahatan terhukum tidak terulang, yang kedua hukum
tersebut memberikan rasa puas bagi si korban maupun orang lain.

3. Dalam hidup bermasyarakat tentu dibutuhkan suatu tatanan atau kaidah atau norma
yang bertugas mengatur setiap sendi kehidupan. Norma atau kaidah itu tidak akan timbul
dengan sendirinya namun terbentuk dari interaksi-interaksi sosial antar individu dalam
masyarakat. Ada norma yang sifatnya tidak mengikat dan hanya memiliki sanksi sosial
seperti norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan dan ada pula norma yang
sifatnya mengikat dan memiliki sanksi tegas seperti norma hukum.
Pertanyaan: Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen
dan berikan contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.

Teori hukum stufenbau yang dikemukakan oleh Hans Kelsen menyatakan bahwa sistem hukum
merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling
rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang
tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar
(grundnorm). Dengan perkataan lain grundnorm adalah sumber tertinggi bagi validitas suatu
norma yang supremasi validitasnya diasumsikan seperti itu. Kelsen mengakui bahwa bentuk
grundnorm dalam setiap sistem hukum berbeda-beda. Grundnorm dapat berbentuk konstitusi
tertulis atau perintah diktator. Berkaitan dengan grundnorm di Indonesia dikenal dengan adanya
konstitusi sebagai dasar dan hukum tertinggi. Konstitusi tersebut yaitu Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 45). Dalam teori hukum
stufenbau, grundnorm merupakan bagian kaidah tertinggi dalam hierarkinya.

Teori hukum berjenjang (stufenbau) juga dikenal dengan hierarki norma, dimana sebuah norma
tidak boleh bertentangan dengan norma yang diatasnya. Kelsen menggambarkan suatu sistem
hukum sebagai sebuah sistem norma yang saling terkait satu sama lain yang bergerak dari suatu
norma yang umum menuju ke norma yang lebih konkret. Dalam perkembangan selanjutnya
diuraikan Hans Nawiasky dengan theorie von stufenfbau der rechtsordnung yang menggariskan
bahwa selain susunan norma dalam negara adalah berlapis-lapis dan berjenjang dari yang
tertinggi sampai terendah, juga terjadi pengelompokan norma hukum dalam negara, yakni
mencakup norma fundamental negara, aturan dasar negara, undang-undang formal, dan
Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom.

Contoh: Pilihan hukum susunan norma hukum Indonesia berdasarkan teori Hans Kelsen adalah
berjenjang dan berlapis-lapis, dari norma hukum lapisan terendah yang operatif-konkret-
individual berjenjang dan bersumber pada norma hukum general-abstract berpuncak dalam
pandangan dan cita hukum, yaitu berpuncak pada Pancasila sebagai cita hukum.

Sejak Indonesia merdeka, norma hukum yang mengatur susunan dan tertib peraturan perundang-
undangan Indonesia ditemukan dalam 4 (empat) produk hukum, dua diatur dengan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat(Sementara) (MPR/S) dan sisanya dengan undang-undang,
tetapi pada tingkatan tertinggi penyebutan produk hukum sebagai peraturan perundang-undangan
senyatanya ditegaskan keberadaannya dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD Tahun
1945).

Anda mungkin juga menyukai