2. Joko seorang petualang yang tersesat di suatu daerah terpencil, tidak ada satu orang pun yang
tinggal dan hidup disana. Joko memutuskan untuk tinggal disana. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya Joko memanfaatkan hasil dari bumi. Joko juga membangun tempat tinggal sendiri
dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Joko bebas melakukan apapun disana. Suatu hari daerah
yang ditinggali Joko kedatangan serombongan petualang yang tersesat dan tidak bisa kembali ke
tempat asalnya. Rombongan petualang tersebut memutuskan untuk menetap hidup disana
berdampingan bersama Joko. Dalam jangka waktu yang lama akhirnya Joko dan para
petualangan yang tersesat lainnya membuat sebuah perkampungan kemudian membuat aturan
yang mereka sepakati.
Pertanyaan
b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan hukum.
3. Dalam hidup bermasyarakat tentu dibutuhkan suatu tatanan atau kaidah atau norma yang
bertugas mengatur setiap sendi kehidupan. Norma atau kaidah itu tidak akan timbul dengan
sendirinya namun terbentuk dari interaksi-interaksi sosial antar individu dalam masyarakat. Ada
norma yang sifatnya tidak mengikat dan hanya memiliki sanksi sosial seperti norma agama,
norma kesusilaan dan norma kesopanan dan ada pula norma yang sifatnya mengikat dan
memiliki sanksi tegas seperti norma hukum.
Pertanyaan:
a. Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen dan berikan
contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.
JAWABAN :
1. Kita perlu mempelajari ilmu hukum karena hukum memainkan peran penting dalam
kehidupan kita sehari-hari. Hukum mengatur bagaimana kita berinteraksi dengan orang
lain, dengan pemerintah, dan dengan lingkungan kita. Hukum juga memengaruhi
kebebasan, hak, dan kewajiban kita sebagai warga negara. Oleh karena
itu, mempelajari ilmu hukum akan membantu kita memahami dan menghargai
sistem hukum yang berlaku, serta mempersiapkan kita untuk menghadapi berbagai
masalah dan tantangan hukum yang mungkin kita hadapi di masa depan.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mempelajari ilmu Hukum :
Metode Idealis
Metode ini senantiasa menguji hukum yang harus mewujudkan nilai
tertentu. Salah satu nilai yang diperjuangkan adalah nilai keadilan. Jadi,apabila
kita memilih untuk melihat hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu,
maka pilihan tersebut akan membawa kita kepada metode yang bersifat idealis.
Metode ini senantiasa berusaha untuk menguji hukum yang harus mewujudkan
nilai-nilai tertentu. Pemikiran ini membahas apa saja yang menjadi tuntutan dari
nilai tersebut dan apa yang seharusnya dilakukan olehhukum untuk
mewujudkannya.
Metode Normatif
Bagi seseorang yang memilih untuk melihat hukum sebagai suatu
sistemperaturan-peraturan yang abstrak, maka perhatiannya akan terpusat
padahukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom. Pemusatan
perhatiantersebut akan membawa seseorang kepada penggunaan metode normatif
dalammenggarap hukum. Sesuai dengan cara pembahasan yang bersifat analitis,
metode itu disebutjuga sebagai metode normatif-analitis.
Metode Sosiologis
Bagi seseorang yang memahami hukum sebagai alat yang
mengaturmasyarakat, maka pilihannya akan jatuh pada penggunaan
metodesosiologis.Berbeda dari metode-metode sebelumnya, metode ini
mengaitkan hukumkepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhan konkrit dalam masyarakat. Metode ini memusatkan
perhatiannyapada pengamatan mengenai efektivitas dari hukum.Cabang-Cabang
Ilmu yang termasuk Ilmu Hukum tidak hanya satu.
Metode historis Melihat sejarah hukum, yaitu masa lampau dan sekarang.
Metode sistematis Hukum sebagai system
Metode komparatif Membandingkan antara tata hukum yang belaku di suatu
Negara
2. a. Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam
ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai
makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya ingin
bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain
( Bermasyarakat ). Kaitannya dengan kisah diatas adalah Joko seorang makhluk hidup
yang juga memiliki sifat sosial, dengan datangnya rombongan petualang yang tersesat
meraka pada dasarnya merupakah mahkluk social juga jadi saling membutuhkan satu
dengan yang lain dan mereka memutuskan hidup berdampingan atau bermasyarakat maka
bisa di katakan Zoon Politicon.
b. Manusia adalah makhluk sosial, sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup sebagai
makhluk sosial hidup di antara manusia lain dalam suatu lingukungan masyarakat. Hal ini
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa manusia itu adalah ZOON
POLITICON yang artinya bahwa manusia itu sebagai mahkluk pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yang suka
bermasyarakat. Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan yang menyendiri, tetapi
manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Pada dasarnya manusia memilik beraneka ragam sifat dan watak, dalam menjalankan
hidupnya setiap manusia mempunyai kepentingan masing-masing, jika seorang manusia
mempunyai kepentingan yang sama dengan manusia lainnya maka akan terjadi kerja
sama untuk mencapai tujuan tersebut. Akan tetapi, acapkali kepentingan antara manusia
berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga dapat menimbulkan perselisihan.
Apabila perselisihan ini dibiarkan akan terjadi perpecahan dalam masyarakat. Maka,
dalam menjalankan hidupnya anggota masyarakat harus memerhatikan kaedah, norma,
dan peraturan hidup dalam masyarakat. Peraturan hidup dalam masyarakat itu memberi
petunjuk bagaimana harus bertindak di dalam masyarakat.
Dalam sistem hukum Indonesia, hukum tertinggi adalah Undang-Undang Dasar 1945,
yang menetapkan prinsip-prinsip dasar negara, hak asasi manusia, dan tugas
negara. Kemudian di bawahnya terdapat hirarki peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah, seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan
daerah, dan kebijakan pemerintah. Setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan
hukum yang lebih tinggi di atasnya, dan tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar.
Dalam teori piramida hukum, kekuasaan legislatif memiliki peran penting dalam
menetapkan hukum tertinggi, sedangkan kekuasaan yudikatif memiliki peran penting
dalam menegakkan hukum tersebut. Oleh karena itu, prinsip pemisahan kekuasaan antara
eksekutif, legislatif, dan yudikatif sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan
keadilan dalam sistem hukum. Dalam pendapat saya, penggunaan teori piramida hukum
atau norma berjenjang dari Hans Kelsen sangat relevan dengan sistem hukum di
Indonesia. Dengan mengakui hirarki peraturan perundang-undangan dan prinsip
supremasi hukum, kita dapat memastikan bahwa hukum di Indonesia berdasarkan pada
aturan yang jelas dan adil, dan mampu menjamin keamanan, perlindungan hak asasi
manusia, serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.