Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PENGANTAR ILMU HUKUM

OLEH:

RAMA AFRINDO

NIM:

048884443
Soal:

1. Jelaskan mengapa kita perlu mempelajari ilmu hukum! Dan apa saja metode
mempelajarinya ?

2. a. (Berdasarkan Wacana) Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa


manusia itu merupakan zoon politicon jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!

b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan


hukum.

3. a. Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen dan
berikan contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.

b. Mengapa dalam sistem hukum di Indonesia berkaitan dengan perundang-undangan


memakai teori piramida hukum (stufentheorie) atau norma berjenjang dari hans
Kelsen? Jelaskan pendapat saudara!

Jawaban:

1. Ilmu hokum mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari kita, oleh sebab
itu kita perlu mempelajari ilmu hukum. Hukum mengatur bagaimana kita berinteraksi
dengan orang lain, dengan pemerintah, dan dengan lingkungan kita. Hukum juga
memengaruhi kebebasan, hak, dan kewajiban kita sebagai warga negara. Dengan
mempelajari ilmu hukum akan membantu kita memahami dan menghargai
sistem hukum yang berlaku, serta mempersiapkan kita untuk menghadapi berbagai
masalah dan tantangan hukum yang mungkin kita hadapi di masa depan.

Metode mempelajari ilmu hukum:

 Metode pembacaan: Membaca buku, artikel, dan sumber-sumber hukum lainnya


adalah cara yang efektif untuk mempelajari ilmu hukum.

 Metode studi kasus: mempelajari kasus-kasus hukum yang terjadi di masa lalu atau
kasus-kasus hukum aktual dapat membantu kita memahami
bagaimana hukum diterapkan dalam situasi tertentu.
 Metode diskusi: berdiskusi dengan teman atau ahli hukum lainnya tentang
masalah hukum dapat membantu kita memahami berbagai sudut pandang dan
argumen yang terkait dengan masalah tersebut.

 Metode praktek: mengambil kursus hukum atau magang di lembaga hukum atau
kantor pengacara dapat memberikan pengalaman langsung tentang
bagaimana hukum diterapkan di dunia nyata.

2. a. Menurut Aristoteles, manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan interaksi
dengan orang lain. Dalam kisah di atas, ketika Joko tinggal sendiri di daerah terpencil,
dia hidup secara mandiri dan bebas melakukan apapun yang diinginkannya. Namun,
ketika dia bertemu dengan serombongan petualang lainnya, mereka memutuskan
untuk hidup bersama dan membentuk sebuah perkampungan. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia memang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dengan
orang lain. Bentuk kehidupan bersama tersebut juga mengarah pada pembentukan
aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggota perkampungan.

Ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup secara bebas dan tidak teratur,
tetapi harus hidup dalam suatu sistem yang teratur dan diatur oleh aturan-aturan yang
disepakati bersama. Kembali ke kisah Joko dan rombongan petualang, mereka
akhirnya membuat sebuah perkampungan dan aturan yang mereka sepakati bersama.

Hal ini dapat dikaitkan dengan pandangan Aristoteles bahwa manusia merupakan
zoon politicon, atau makhluk sosial, yang secara alamiah selalu hidup dalam
masyarakat dan memiliki kebutuhan untuk hidup bersama dalam suatu komunitas.
Dalam hal ini, keberadaan Joko di awal mula merupakan pengecualian, namun ketika
ada rombongan petualang yang datang, secara alamiah mereka berinteraksi dan
membentuk suatu komunitas dengan aturan yang bersama-sama mereka sepakati.
Kaitannya ialah manusia itu adalah zoom politicon artinya bahwa manusia sebagai
makhluk hidup pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya
suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut mahkluk sosial.

b. Hubungan antara manusia, masyarakat, dan hukum sangat terikat dan tidak bisa
dipisahkan seperti berdasarkan Sajipto Rahardjo bagi hukum, masyarakat dan
manusia merupakan sumber daya yang daoat memberi hidup dan menggerakan
hukum tersebut.

3. a. Teori Piramida Hukum atau Stufentheorie dari Hans Kelsen

Menyatakan bahwa hukum itu bersifat hierarkis dan terdiri dari beberapa tingkatan
atau lapisan yang membentuk piramida hukum. Pada tingkatan paling atas adalah
konstitusi atau undang-undang dasar, kemudian diikuti oleh undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan daerah, dan seterusnya. Menurut teori ini, setiap
tingkatan hukum harus selaras dengan tingkatan di atasnya. Dengan kata lain, hukum
yang lebih rendah harus selalu sejalan dengan hukum yang lebih tinggi. Misalnya,
undang-undang harus selalu sesuai dengan konstitusi atau undang-undang dasar.

Contohnya, ketika terjadi peraturan daerah yang bertentangan dengan UUD 1945,
maka Peraturan Daerah tersebut tidak berlaku. Menurut Kalsen, norma hukum yang
paling dasar (grundnorm) bentuknya tidak konkrit (abstrak). Contohnya norma hukum
paling dasar abstrak adalah Pancasila.

b. Sistem hukum di Indonesia menggunakan teori piramida hukum (stufen theorie)


atau norma berjenjang hans kelsen karena teori ini memberikan landasan yang kuat
dalam menentukan hierarkinorma hukum yang berlaku didalam suatu sistem
hukum.dalam sistem hukum yang menggunakan konstitusi sebagai hukum
dasar,seperti di Indonesia penting untuk memastikan bahwa norma hukum yang lebih
rendah harus konsisten dan sejalan dengan norma hukum yang lebih tinggi yaitu UUD
1945.

Sumber:

 Sihombing, P. M. (2018). Peran ilmu hukum dalam pembangunan hukum nasional.


Jurnal Ilmu Hukum Prisma, 7(2), 118-123. Modul Belajar Mandiri. Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

 Sahin, İ. (2017). Aristotle’s concept of man as a political animal. Journal of Education


and Practice, 8(10), 47-50

 https://mh.uma.ac.id/apa-itu-teori-hukum-stufenbau/

Anda mungkin juga menyukai