Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

MATA KULIAH
ILMU SOSIAL & BUDAYA DASAR

Tutor: Riki Jon Indri (02001853)

DIBUAT OLEH :
Refandy Indra Fernanda (050726656)
Tugas 1

1. Jelaskan mengapa kita perlu mempelajari ilmu hukum! Dan apa saja metode mempelajarinya ?

2. Dono seorang petualang yang tersesat di suatu daerah terpencil, tidak ada satu orang pun yang
tinggal dan hidup disana. Dono memutuskan untuk tinggal disana. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya Dono memanfaatkan hasil dari bumi. Dono juga membangun tempat tinggal
sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Dono bebas melakukan apapun disana. Suatu
hari daerah yang ditinggali Dono kedatangan serombongan petualang yang tersesat dan tidak
bisa kembali ke tempat asalnya. Rombongan petualang tersebut memutuskan untuk menetap
hidup disana berdampingan bersama Dono. Dalam jangka waktu yang lama akhirnya Dono dan
para petualangan yang tersesat lainnya membuat sebuah perkampungan kemudian membuat
aturan yang mereka sepakati.

Pertanyaan

2a. Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu merupakan zoon politicon
jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!

2b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan hukum.

3. Dalam hidup bermasyarakat tentu dibutuhkan suatu tatanan atau kaidah atau norma yang
bertugas mengatur setiap sendi kehidupan. Norma atau kaidah itu tidak akan timbul dengan
sendirinya namun terbentuk dari interaksi-interaksi sosial antar individu dalam masyarakat. Ada
norma yang sifatnya tidak mengikat dan hanya memiliki sanksi sosial seperti norma agama,
norma kesusilaan dan norma kesopanan dan ada pula norma yang sifatnya mengikat dan
memiliki sanksi tegas seperti norma hukum.

Pertanyaan:

3a. Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen dan berikan
contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.

3b.Mengapa dalam sistem hukum di Indonesia berkaitan dengan perundang-undangan memakai


teori piramida hukum (stufentheorie) atau norma berjenjang dari hans Kelsen? Jelaskan pendapat
saudara

JAWABAN :

1. Kita perlu mempelajari ilmu hukum karena hukum memainkan peran penting dalam
kehidupan kita sehari-hari. Hukum mengatur bagaimana kita berinteraksi dengan orang
lain, dengan pemerintah, dan dengan lingkungan kita. Hukum juga memengaruhi
kebebasan, hak, dan kewajiban kita sebagai warga negara.
Oleh karena itu, mempelajari ilmu hukum akan membantu kita memahami dan
menghargai sistem hukum yang berlaku, serta mempersiapkan kita untuk menghadapi
berbagai masalah dan tantangan hukum yang mungkin kita hadapi di masa depan.

Ada berbagai metode untuk mempelajari ilmu hukum, termasuk:

1. Metode pembacaan: membaca buku, artikel, dan sumber-sumber hukum lainnya


adalah cara yang efektif untuk mempelajari ilmu hukum. Banyak buku dan
artikel hukum yang tersedia secara online, dan pengacara, dosen, dan
ahli hukum lainnya sering menulis artikel hukum di blog atau di media sosial.

2. Metode studi kasus: mempelajari kasus-kasus hukum yang terjadi di masa lalu atau
kasus-kasus hukum aktual dapat membantu kita memahami bagaimana hukum diterapkan
dalam situasi tertentu.

3. Metode diskusi: berdiskusi dengan teman atau ahli hukum lainnya tentang
masalah hukum dapat membantu kita memahami berbagai sudut pandang dan argumen
yang terkait dengan masalah tersebut.

4. Metode praktek: mengambil kursus hukum atau magang di lembaga hukum atau kantor
pengacara dapat memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana hukum diterapkan
di dunia nyata.

2. a.) Kaitannya ialah manusia itu adalah zoom politicon artinya bahwa manusia sebagai
makhluk hidup pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesame
manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat. Oleh karenq karena sifatnya
suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk social.

b.) Hubungan antara manusia, masyarakat, dan hukum sangat terikat dan tidak bisa
dipisahkan seperti berdasarkan Sajipto Rhardjo bagi hukum, masyarakat dan manusia
merupakan sumber daya yang dapatmemberi hidup dan menggerakan hukum tersebut.

3. a.) Teori Piramida Hukum, juga dikenal sebagai Stufentheorie, dikembangkan oleh Hans
Kelsen, seorang ahli hukum Austria. Teori ini menggambarkan hierarki norma hukum
dalam suatu sistem hukum. Menurut teori ini, norma hukum yang lebih tinggi mengatur
norma hukum yang lebih rendah, membentuk suatu piramida hukum.
Piramida hukum terdiri dari beberapa tingkatan, dengan norma hukum yang lebih tinggi
berada di puncak piramida dan norma hukum yang lebih rendah berada di bagian bawah.
Norma hukum yang lebih tinggi memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar daripada
norma hukum yang lebih rendah. Jika terjadi konflik antara norma hukum, norma hukum
yang lebih tinggi akan mengesampingkan norma hukum yang lebih rendah.
Contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Konstitusi: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) merupakan norma hukum tertinggi di Indonesia. Norma-norma
hukum lainnya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
UUD 1945.
2. Undang-Undang: Undang-Undang (UU) merupakan norma hukum yang
dibentuk oleh lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). UU
memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar daripada peraturan perundang-
undangan lainnya.
3. Peraturan Pemerintah: Peraturan Pemerintah (PP) merupakan norma hukum
yang dikeluarkan oleh Presiden sebagai pelaksanaan UU. PP memiliki kekuatan
mengikat yang lebih rendah daripada UU.
4. Peraturan Menteri: Peraturan Menteri (Permen) merupakan norma hukum yang
dikeluarkan oleh menteri sebagai pelaksanaan UU dan PP. Permen memiliki
kekuatan mengikat yang lebih rendah daripada UU dan PP.
5. Peraturan Daerah: Peraturan Daerah (Perda) merupakan norma hukum yang
dibentuk oleh pemerintah daerah sebagai pelaksanaan UU. Perda memiliki
kekuatan mengikat yang lebih rendah daripada UU, PP, dan Permen.
Dalam piramida hukum Indonesia, UUD 1945 berada di puncak sebagai norma hukum
tertinggi, diikuti oleh UU, PP, Permen, dan Perda. Norma hukum yang lebih tinggi
mengatur norma hukum yang lebih rendah, dan jika terjadi konflik antara norma hukum,
norma hukum yang lebih tinggi akan mengesampingkan norma hukum yang lebih rendah.

b.) Sistem hukum di Indonesia menggunakan teori piramida hukum atau norma berjenjang dari
Hans Kelsen karena memiliki beberapa keuntungan dan relevansi dalam konteks perundang-
undangan. Berikut adalah penjelasan mengapa sistem hukum di Indonesia menggunakan teori
piramida hukum:
1. Hierarki Norma: Teori piramida hukum menggambarkan hierarki norma atau peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa ada
tingkatan atau jenjang norma yang berlaku, dimana norma yang lebih tinggi mengatur
norma yang lebih rendah. Dalam konteks Indonesia, norma tertinggi adalah Undang-
Undang Dasar 1945, diikuti oleh undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
daerah, dan seterusnya. Hierarki ini memastikan bahwa semua norma harus sesuai
dengan norma yang lebih tinggi, sehingga tercipta kepastian hukum dan konsistensi
dalam sistem hukum.
2. Konsistensi dan Keseragaman: Dengan menggunakan teori piramida hukum, sistem
hukum di Indonesia dapat memastikan konsistensi dan keseragaman dalam perundang-
undangan. Norma yang lebih tinggi menjadi acuan untuk menafsirkan dan
mengaplikasikan norma yang lebih rendah. Hal ini membantu menghindari konflik antara
norma yang berbeda dan memastikan bahwa semua norma sejalan dengan prinsip-prinsip
hukum yang lebih tinggi.
3. Kedaulatan Hukum: Teori piramida hukum juga mencerminkan prinsip kedaulatan
hukum yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam sistem hukum di Indonesia.
Dalam sistem ini, norma tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945, merupakan ekspresi
dari kedaulatan rakyat. Dengan demikian, semua norma dan peraturan harus sesuai
dengan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, sehingga
memastikan bahwa kekuasaan negara dibatasi oleh hukum.
4. Kepastian Hukum: Penggunaan teori piramida hukum juga memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat. Dengan adanya hierarki norma yang jelas, masyarakat dapat
mengetahui dan memahami struktur hukum yang berlaku. Mereka dapat mengacu pada
norma yang lebih tinggi untuk mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta konsekuensi
hukum dari tindakan yang dilakukan.
Dalam kesimpulannya, sistem hukum di Indonesia menggunakan teori piramida hukum atau
norma berjenjang dari Hans Kelsen karena memberikan hierarki norma yang jelas, konsistensi
dan keseragaman dalam perundang-undangan, mencerminkan prinsip kedaulatan hukum, dan
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai