Anda di halaman 1dari 6

Kode/Nama MK : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum/PTHI

Tugas :1

1.a. Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu merupakan zoon politicon
jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!

Zoon Politicon merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh Aristoteles untuk menyebut
makhluk sosial. Kata Zoon Politicon merupakan padanan kata dari kata Zoon yang berarti
"hewan" dan kata politicon yang berarti "bermasyarakat".Secara harfiah Zoon Politicon berarti
hewan yang bermasyarakat.Dalam pendapat ini, Aristoteles menerangkan bahwa manusia
dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang
membedakan manusia dengan hewan.
Sedangkan menurut Adam Smith, ia menyebut istilah mahkluk sosial dengan Homo Homini
socius, yang berarti manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya. Bahkan, Adam Smith
menyebut manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus), makhluk yang cenderung
tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus
menerus dalam memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan Thomas Hobbes menggunakan istilah Homini Lupus untuk menyebut manusia
sebagai makhluk sosial, yang berarti manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia lainnnya.
(Wikipedia)
Secara harfiah, zoon politicon artinya makhluk yang selalu hidup bermasyarakat. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok masyarakat yang saling
berinteraksi satu sama lain.Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi untuk SMP/Mts
Kelas VII karya Drs. Deliarnov (2017), manusia memiliki naluri hidup bersama dengan orang lain
dan ingin selalu berkelompok. Keduanya menunjukkan dimensi sosial dalam diri manusia.(
https://kumparan.com/berita-hari-ini/arti-zoon-politicon-bagi-manusia-sebagai-makhluk-sosial-
dan-ekonomi-1y8r9Dt3QSk/1)
Manusia sebagai zoon politicon selalu hidup berkelompok dalam suatu gugus yang disebut
dengan masyarakat. Pola hidup seperti ini ditempuh antara lain untuk menjaga kelestariannya
sebagai makhluk hidup. manusia ditakdirkan dalam dua golongan jenis kelamin yakni pria dan
wanita, sehingga menyebabkan ketertarikan satu sama lain dalam rangka mencari pasangan
hidupnya. Akal dan rasa yang dimiliki dalam upaya hidup berpasangan menjadikan kehendak
untuk bersatu membentuk sebuah kelompok kecil yang disebut dengan keluarga. Pertemuan
untuk menjadi ikatan dua insan yang berlainan jenis tersebut dilakukan dalam wujud yang
disebut perkawinan (Isnaeni , 2016, hal. 89-90).
Manusia sebagai zoon politicon memiliki dua peran, yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Adapun ciri manusia sebagai zoon politicon adalah memiliki naluri untuk asaling
tolong menolong, setia kawan, serta memiliki simpati dan juga empati. Dan, jika kebaikan
tersebut dilanggar, maka akan terjadi penyimpangan sosial.
(https://www.kompasiana.com/laras30260/630ddff0dbfe171b8e0cd732/arti-zoon-politicon-
menurut-para-ahli)

Hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tersebut satu
sama lainsaling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul
kericuhan, Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan
untuk dipenuhi.Disinilah peran hukum mengatur kepentingan-kepentingan tersebut agar
kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan
kewajiban.(BMP.ISIP4130.Ilmu Hukum/PTHI.Nandang Alamsah Deliarnoor.Universitas Terbuka)

Dalam kaitannya dengan kasus Andi yakni Andi tidak terjun langsung dalam bermasyarakat
sehingga tidak bisa di kategorikan sebagai makhluk sosial dimana manusia saling memenuhi
kebutuhan satu sama lainnya dalam berbagai aspek. Selain itu Andi tidak hidup berdampingan
dengan norma norma ataupun hukum yang berlaku. Upaya manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya dilakukan melalui suatu proses yang disebut interaksi sosial namun Andi
tidak memiliki jalinan kehidupan sosial karena tidak adanya interaksi antar individu maupun
dengan suatu kelompok atau masyarakat .

1.b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan hukum!
Manusia (Homo sapiens) adalah spesies primata yang jumlahnya paling banyak dan tersebar
luas. Mereka adalah jenis kera besar yang dicirikan oleh gaya berjalan dua kaki dan kemampuan
kognitif yang mumpuni berkat otak mereka yang besar dan kompleks. Manusia adalah makhluk
yang sangat sosial dan cenderung hidup dalam struktur sosial yang kompleks yang terdiri dari
banyak kelompok yang saling bekerja sama dan bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan
kekerabatan hingga negara politik. Oleh karenanya, interaksi sosial antara manusia telah
membentuk berbagai macam nilai, norma sosial, bahasa, dan ritual, yang masing-masing
menopang komunitas manusia. Keinginan untuk memahami dan mempengaruhi fenomena
telah memotivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat,
mitologi, agama, dan bidang studi lainnya.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi
tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh
keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan
hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu karena
individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut.(Wikipedia)
Masyarakat berasal dari kata “society” dalam bahasa inggris yang berarti “masyarakat”, yang
berasal dari kata latin yaitu “societas” yang berarti “kawan”.Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terkait satu dengan
lainnya(Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada,
2006). Secara umum pengertian masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama , bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki tatanan
kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang di taati dalam lingkungannya.

Hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tersebut satu
sama lainsaling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul
kericuhan, Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan
untuk dipenuhi.Disinilah peran hukum mengatur kepentingan-kepentingan tersebut agar
kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan
kewajiban.(BMP.ISIP4130.Ilmu Hukum/PTHI.Nandang Alamsah Deliarnoor.Universitas Terbuka)

Antara manusia, masyarakat, dan hukum saling terhubung dan saling berkaitan juga berjalan
bersamaan dalam kehidupan . Manusia di kodratkan hidup bergantung satu sama lain atau
dalam ruang lingkup masyarakat di atur dengan norma-norma yang berlaku serta berpegang
kepada hukum sebagai pengendali sosial. Antara Manusia, masyarakat, dan hukum ketiganya
tidak bisa terpisahkan atau berjalan sendiri sendiri . Dalam definisi hukum oleh ahli filsafat
Cicero bahwa di mana ada masyarakat maka disitu ada hukum(BMP.ISIP4131.Sistem Hukum
Indonesia. Nandang Alamsah Deliarnoor.Universitas Terbuka) maka manusia sebagai obyek
dalam suatu kelompok atau masyarakat maka berjalan dengan adanya hukum. Adanya hukum
sebagai kaidah atau norma dalam masyarakat kedudukannya sebagai patokan-patokan
mengenai perilaku yang dianggap pantas. Kaidah berguna untuk menyelaraskan tiap
kepentingan anggota masyarakat. Sehingga tidak terjadi berbenturan antar masnyarakat.
2. Analisis oleh saudara tujuan hukum yang didasarkan oleh teori utilitas menurut Jeremy
Benthham dikaitkan dengan kasus pelanggaran UU ITE!
Utilitarianisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tindakan perlu dievaluasi berdasarkan
manfaat dan biaya yang dibebankan kepada masyarakat. Utilitarianisme sebagai teori sistematis
pertama kali dicetuskan oleh Jeremy Bentham.
(https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/645059/mod_resource/content/1/Utilitarianisme-Jeremy
%20Bentham.pdf )

Utilitarianisme adalah teori etika normatif yang menentukan bahwa kebaikan adalah tindakan
yang memaksimalkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua individu terdampak.
Utilitarianisme adalah sebuah versi dari konsekuensialisme, sebuah teori etika yang menyatakan
bahwa konsekuensi dari suatu tindakan adalah satu-satunya standar untuk menilai benar dan
salah. (Wikipedia)

Utilitarianisme sebagai teori etika politik dan teori hukum pada hakikatnya merupakan
produk dari pola pikir masyarakat Inggris yang pada umumnya selalu dihubungkan dengan
Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Utilitarianisme menyakini bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang selalu termotivasi dalam hidupnya untuk mendapatkan kebahagiaan dan
menjauhi ketidaksenangan dan kebahagiaan individual itu melibatkan individu lainnya yang
untuk melakukannya memerlukan pengaturan. Dengan demikian, ulitarianisme sangat erat
kaitannya dengan etika praktis dan juga politik praktis.(
https://www.researchgate.net/publication/308271315_Jeremy_Bentham)

Berdasarkan teori utilitas, hukum itu bertujuan untuk kemanfaatan /faedah orang terbanyak
dalam masyarakat. Seperti ungkapan tokoh terkait yakni Jeremy Bentham dalam ungkapannya
yang terkenal “Greatest Happiness for greatest Number” yang artinya kebahagiaan yuang besar
untuk kepentingan sebagian besar orang.
Menurut Bentham baik buruknya hukum harus diukur dari baik buruknya akibat yang dihasilkan
oleh penerapan hukum itu. Suatu ketentuan hukum baru di nilai baik, jika akibat-akibat yang
dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan sebesar-besarnya dan berkurangnya
penderitaan. Sebaliknya dinilai buruk, jika penerapannya menghasilkan akibat-akibat yang tidak
adil, kerugian dan hanya memperbesar penderitaan. (BMP.ISIP4131.Sistem Hukum
Indonesia.Nandang Alamsah Deliarnoor.Universitas Terbuka)
Berkaitan dengan teori utilitas Jeremy Bentham dapat ditinjau bahwa pada Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) bisa didasari Teori Utilitas dalam mengedepankan
kepentingan kebahagiaan sebagian besar orang . Jika terjadi pelanggaran berupa perbuatan yang
tidak menyenangkan dari satu individu namun hukum UU ITE bisa digunakan demi kebahagiaan
orang besar , maka hal tersebut sejalan dengan teori utilitas.

2. Analisis oleh sauadara teori piramida hukum ( stufentheorie ) dari Hans Keisen dan berikan
contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia!
Semua jenis hukum berasal dari satu kaidah pokok atau kaidah tertinggi yang disebut
grundnorm, sehingga tidak perlu ada pembidangan atau pembagian antara hukum publik dengan
hukum privat. Teori piramida hukum berjenjang-jenjang serta berlapis-lapis dalam suatu hierarki
(Jimly Asshhidiqqie,Perihal Undang-Undang, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002). Norma
hukum merupakan suatu susunan berjenjang yang mana setiap norma hukum yang lebih rendah
memperoleh kekuatan hukum dari norma hukum yang lebih tinggi tingkatannya.
Di ilhami oleh Adof Merkl bahwa suatu norma hukum itu ke atas bersumber dan berdasar pada
norma yang diatasnya, tetapi kebawah ia juga menjadi sumber dan dasar bagi norma hukum
dibawahnya, sehingga suatu norma hukum mempunyai masa berlaku yang ralatif, oleh karenanya
masa berlakunya suatu norma hukum tergantung pada norma hukum yang berada di atasnya.
Lau disempurnakan oleh Hans Nawiasky bahwa selain norma itu juga berkelompok-kelompok,
dimana kelompok norma hukum tersebut hampir selalu ada dalam tata susunan norma hukum
setiap negara walaupun mempunyai istilah yang berbeda-beda ataupun adanya jumlah norma
hukum yang berbeda dalam setiap kelompoknya (BMP.ISIP4130.Ilmu Hukum.Nandang Alamsah
Deliarnoor.Universitas Terbuka)
Dalam teori stufenbau ini dikatakan bahwa suatu sistem hukum terdiri dari sistem yang
berjenjang seperti anak tangga atau piramida. Dalam teori ini, norma hukum yang paling rendah
harus berprinsip pada norma hukum yang paling tinggi dan sebaliknya norma hukum yang paling
tinggi harus berkaitan dengan norma hukum yang paling dasar. Contoh konkretnya yakni hukum
tertinggi dalam sistem hukum di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945, yang menetapkan
prinsip-prinsip dasar negara, hak asasi manusia, dan tugas negara. Kemudian di bawahnya
terdapat hirarki peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, seperti undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah, dan kebijakan pemerintah. Setiap
peraturan atau norma harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi di atasnya, dan tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Sehingga norma hukum yang paling rendah harus
berdasar kepada norma hukum yang paling tinggi dan norma hukum yang paling tinggi harus
berkaitan dengan norma hukum yang paling dasar.

Anda mungkin juga menyukai