Masyarakat
Syarat-syarat bisa dikatakan sebagai masyarakat, jumlah minimal orangnya ada dua, hidup
bersama-sama, saling tergantung, saling terikat, saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah sebuah organisasi.
Setiap manusia mempunyai kepentingan untuk pemenuhan hidup mereka. Kepentingan adalah
tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Setiap manusia adalah
pendukung atau penyandang kepentingan (Mertokusumo, 1986: 1). Manusia hidup
bermasyarakat karena terdorong agar kepentingan dna tuntutannya baik sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, terpenuhi dan terlindungi
Bentuk-bentuk masyarakat
Masyarakat merdeka
Masyarakat budidaya
Adalah masyarakat merdeka yang terbentuk karena disengaja berdasarkan kehendak bebas dari
para anggotanya tetapi kebersamaan tujuan didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu
(misal kepentingan duniawi atau kepentingan keagamaan)
Masyarakat paksaan
Terjadi karena ada pihak-pihak tertentu atau pihak ekternal yang sengaja membentuknya, ada
yang tidak dikehendaki secara sadaar oleh para anggotanya (misal masyarakat tawanan yang
diisolasi, pencari suaka yang dikarantina) dan ada paksaan yang dikehendaki anggota (contoh
negara)
Kaidah sosial adalah bentuk penjabaran secara konkrit dari nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat, perumusan pandangan mengenai perilaku yang seharusnya atau tidak seharusnya
dilakukan atau apa yang dilarang dilakukan atau yang dianjurkan untuk dilakukan.
Fungsi kaidah sosial adalah untuk melindungi kepentingan manusia, baik dari ancaman luar
maupun ancaman dari dalam serta menjaga kondisi damai dan mencegah bentrokan-bentrokan
kepentingan manusia satu dengan manusia lain di dalam tubuh masyarakat.
Setiap manusia memiliki kepentingan yang berbeda dan ingin selalu memenuhi
kepentingannya tersebut. Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa memasukkan kebutuhan
manusia untuk melakukan hubungan-hubungan sosial merupakan kategori-kategori tersendiri,
di samping kebutuhan-kebutuhan lain yang kurang fundamental. Dimensi ini adalah dimensi
sosial dalam kehidupan manusia yang memiliki unsur-unsur: ketertiban, sistem sosial,
lembaga-lembaga sosial dan pengendalian sosial (Rahardjo.
Lembaga sosial adalah wadah yang digunakan oleh masyarakat untuk mengatur hubungan
sosial dan kemasyarakatan sehingga berjalan secara tertib dan teratur. Fungsi lembaga sosial
adalah untuk menyelenggarakan berbagai kepentingan manusia secara tertib dan teratur. Tiap
lembaga sosial harus diberi perumusan dan kewenangan yang jelas satu sama lain agar tidak
tumpang tindih yang bisa menyebabkan konflik.
Pengendalian sosial adalah usaha dan cara untuk mempertahankan sistem sosial biasa.
Pengendalian sosial membutuhkan sanksi. Fungsi sanksi pada hakekatnya adalah untuk
memulihkan kembali keseimbangan tatanan masyarakat yang terganggu dalam keadaan semula
(restutitio in integrum).
Sanksi dapat dibedakan: sanksi positif (reaksi terhadap perbuatan-perbuatan baik yang
diwujudkan dalam bentuk pemberian hadiah), sanksi negatif (reaksi yang berupa hukuman
atau pidana) dan sanksi responsif (reaksi yang secara spontan dari keduabelah pihak untuk
untuk memulihkan ketidakseimbangan yang terjadi, contoh: kasus tabrakan di gang kecil, yang
diselesaikan secara kekeluargaan, antara penabrak memperbaiki kendaraan dan tidak
membawa masalah ke jalur hukum)
Berikut adalah beberapa pandangan para ahli mengenai jenis-jenis kaidah sosial.
Tatanan Kebiasaan, tatanan yang dekat sekali dengan kenyataan, artinya apa yang biasa
dilakukan secara ajeg dan telah melalui pengujian keteraturan, masyarakat menyebutnya
dengan kaidah kebiasaan.
Tatanan Hukum, berpegang pada kebiasaan sehari-hari tetapi sudah mulai menjauh.
Tatanan Kesusilaan, tatanan yang berpegang teguh pada konsep ideal yang harus diwujudkan
dalam masyarakat.
Kaidah Agama, kaidah yang berpangkal pada kepercayaan kepada Tuhan. Penghukuman
Tuhan terhadap pelanggar kaidah di akhirat nanti.
Kaidah Kesusilaan, peraturan hidup yang bersumber pada rasa kesusilaan dalam masyarakat
berdasarkan hati nurani yang didorong oleh perasaan untuk melindungi diri sendiri atau
oranglain. Kaidah paling tua dan paling asli.
Adalah sebagai peraturan hidup yang bersumber pada kepatutan, kebiasaan atau kesopanan
dalam masyarakat yang dimaksudkan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat agar saling
menghormati dan menghargai. Kaidah kesopanan melahirkan produk sanksi berupa sanksi
yang bersifat sosial seperti cemoohan, pengucilan, dipandang rendah dan dibenci orang-orang
disekitarnya.
Kaidah hukum
Adalah sebagai peraturan hidup yang sengaja dibuat atau yang tumbuh dari pergaulan hidup
dan selanjutnya dipositifkan secara resmi oleh penguasa masyarakat atau penguasa negara.
Kaidah hukum merupakan kaidah penguat dan pengikat dari ketiga kaidah sebelumnya karena
kaidah hukum sifatnya mengikat.
Perlindungan kepentingan manusia dalam bermasyarakat oleh kaidah agama, kaidah kesusilaan
dan kaidah kesopanan dirasakan masih belum cukup memuaskan karena:
Fungsi khusus kaidah hukum dalam kaitan dengan ketiga kaidah di atas adalah memberikan
perlindungan yang lebih tegas dan memberikan perlindungan terhadap kepentingan-
Bahwa pada dasarnya manusia merupakan serigala terhadap manusia yang lain (Thomas
Hobbes). Menurut Zevenbergen, terdapat dia hasrat atau nafsu yaitu hasrat individualistis
(egoistis dan atomistis), hasrat yang kolektivistis (transpersonal atau organis) dan hasrat yang
bersifat mengatur atau menjaga keseimbangan dan untuk mengarahkan kedua hasrat yang lain
(Mertokusumo, 1986: 27)
Akan selalu ada kontak dalam hubungan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingannya. Kontak itu ada dua; kontak positif (hubungan saling mengntungkan) dan
kontak negative (hubungan yang salah satu pihak dirugikan).
Fungsi hukum adalah sebagai pengendalian atau control social yang isinya menganjurkan,
menyuruh, atau memaksa anggota masyarakat untuk mematuhi hukum sebab konflik adalah
sebuah kepastian yang akan selalu terjadi.
Rasio adanya hukum adalah sebab munculnya pergeseran atau konflik kepentingan manusia
(conflict of human interest). Cicero mengemukakan, ubi societas ibi ius, dimana ada
masyarakat disitu ada hukum
Perubahan masyarakat yang dinamis meninggalkan perubahan hukum yang jauh dibelakang
karena perubahan hukum sangat lambat berjalan. Sehingga beberapa putusan hukum dianggap
tidak relevan lagi. Hukum berjalan terpincang-pincang di belakang peristiwanya (het recht
hinkt achter de feiten aan)