berbagai imajinasi dan merencanakan masa depannya mulai dari skala yang
paling kecil di sekitarnya sampai pada skala dunia.
Di sisi lain, pada dasarnya individu manusia tidak bisa hidup sendirian
melainkan memerlukan kehadiran individu lainnya. Agar dapat diterima
oleh lainnya, setiap individu harus bisa menyesuaikan dan membatasi setiap
keinginannya sampai pada batas-batas tertentu agar tidak bertentangan
dengan keinginan ataupun preferensi individu lain. Dengan begitu manusia
menjadi makhluk sosial, hidup berdampingan dan membentuk kelompok
yang relatif homogen dalam hal kepentingannya. Artinya manusia perlu
membangun hubungan dengan tata aturan atau membangun institusi sebagai
pegangan hidup bersama. Dengan terciptanya institusi yang terus dipelihara,
dikembangkan dan diwariskan, maka relasi manusia dengan sesamanya
menjadi lebih efisien dan saling menguntungkan dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidup maupun aspirasinya melalui upaya-upaya
eksploitasi terhadap apa yang ada di alam sekitarnya. Ketika salah satu
individu kahat (deficiency) suatu sumberdaya sementara ada individu lain
yang berlebih (surplus) maka mulai terbentuk institusi baru yang awalnya
dikenal dengan sistem barter. Kemudian institusi ini disebut institusi pasar
(market institution) seperti yang telah dibahas dalam Bab 1.
Karena adanya pegangan terhadap tata aturan yang sama-sama telah diakui
(accepted), maka dalam memenuhi aspirasi hidupnya dengan cara berelasi
dengan lingkungan biofisiknya, setiap individu juga membangun kerja sama
bahu membahu untuk melakukan ekstraksi terhadap sumberdaya di
lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut juga membangun kelompok dan jejaring
membentuk hubungan sosial. Bersamaan dengan adanya ramifikasi
hubungan sosial tersebut juga dapat terbangun norma-norma dan tertanam
nilai-nilai maupun praktek-praktek kultural. Dengan begitu timbul
preferensi dan aspirasi yang beragam beragam pula. Berbagai riset
3
Trait Theory
esensi dari sifat manusia secara umum dibentuk dari hasil belajar
(nurturing) atau pengasuhan. Seseorang menjadi baik ataukah jahat itu
sangat tergantung pada pengasuhan lingkungan yang diperolehnya.
Pelopor teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov dari Rusia yang terkenal
dengan dua percobaan Classical Conditioning yaitu: Percobaan salivasi
anjing, dan Percobaan interaksi Albert dengan Tikus Putih (East, 1997).
(brand awareness) melalui promosi atau iklan suatu produk sehingga para
khalayak sasaran menjadi sadar dan mampu mengidentifikasikan bahwa
itu terkait dengan produk yang diiklankan. Seperti misalnya yang
diungkapkan oleh East (1997) bahwa dengan mendedahkan (exposuring)
huruf “M” kepada khalayak sasaran, maka muncul imajinasi dalam benak
khalayak sasaran tadi bahwa itu sebagai identitas dari makanan cepat saji
“McDonald”.
Teori Pavlov sejak itu sangat berkembang pesat baik di Rusia, USA
maupun di Eropa Barat (Clark, 2018). Teori proses pembelajaran sosial
(social learning process) ini tentu saja punya makna penting bagi dunia
pendidikan, tidak terkecuali aplikasinya dalam pengembangan nilai-nilai,
norma ataupun tata aturan dalam setiap komunitas atau pun kelompok.
Bahwa untuk membentuk karakter atau kepribadian individu, bukan hanya
karakter warisan yang didapat dari tetuanya (naturing), tetapi juga
pengkondisian dalam proses pengasuhan (nurturing). Pentingnya proses
pengasuhan dalam pendidikan sudah tidak diragukan lagi baik memalui
pendidikan formal dan pendidikan nonformal dalam kelompok, yang
kedua-duanya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi pendidikan dalam
institusi keluarga.
Psycho-analysis Theory
Teori ini pertrama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud. Menurut Teori
Psiko-analisis bahwa karakter diri individu atau kepribadian manusia
tersusun atas 3 subsistem atau komponen yaitu: Id, Ego, dan Superego.
Ketiganya terpisah tetapi tetap berinteraksi dalam jiwa manusia. Kenny
(2016) secara ringkas mendeskripsikan teori ini dengan menggunakan
Gambar 2.1
10
Dengan abstraksi seperti dalam Gambar 2.1 tersebut, maka teori tentang diri
(self theory) manusia menurut Teori Psycho-Analysis dari Sigmud Freud
dapat disarikan berikut ini. Bahwa sub sistem Id merupakan sifat yang
paling primitif (basic instinct). Sifat ini diwariskan dan sudah terbentuk
sejak lahir. Dorongan (inpuls) biologis yang mendasar tersimpan dalam
subsistem ini. Termasuk dalam hal kebutuhan dasar seperti: kebutuhan
makan, minum, sekresi, kenikmatan seksual, kebutuhan menghindari rasa
sakit dan sebagainya. Demikian pula instinct untuk menyerang (agresi) juga
tersimpan dalam subsistem ini.
Secara ringkas menurut teori ini bahwa subsistem Id, bekerja atas dasar : (i)
kesenangan atau pleasure, (ii) menuntut pemuasan secara segera tanpa
11
Selanjutnya sub sistem Id dalam diri manusia menurunkan sub sistem Ego
dan Superego sebagai unsur yang dibangun melalui proses pengasuhan
sepanjang kehidupan. Unsur sub sistem Ego arti sejatinya adalah akal-
budi. Ego merupakan karakter manusia yang bersifat rasional, atau aktivitas
mental dalam otak manusia yang terpusat di otak kanan. Secara akademik
harus dipahami bahwa penggunaan terminologi ego (yang sering menjadi
kata jadian egois) di masyarakat awam adalah salah kaprah, salah yang
dianggap benar. Sebagai gantinya, jika yang dimaksudkan adalah untuk
mendeskripsikan sifat yang mementingkan diri sendiri yang tepat adalah
selfish.
Secara ringkas deskripsi dari subsistem Ego: (i) merupakan bagian jiwa
manusia yang bertugas pengekangan terhadap sifat-sifat hewani yang
dibawa oleh subsistem Id, (ii) berkembang ketika balita mulai belajar
menimbang antara tuntutan hasrat (impuls) terhadap realitas, bahwa
pemenuhan dari tuntutan inplus harus ditunda sampai lingkungan atau
situasinya tepat. Contohnya mau makan harus menunggu ada makanan, mau
defekasi atau pun buang air kecil harus ada tempat yang sesuai seperti WC
dll. Artinya Ego berkembang ketika seorang anak mulai belajar antara
tuntutan terhadap realitas, dan (iii) Subsistem Ego menjadi penengah
antara tututan Id, realitas lingkungan, dan tuntutan oleh sub sistem
Superego. Adapun secara deskripsi dari subsistem Superego: (i) merupakan
12
Isomorfisme
Decoupling