Anda di halaman 1dari 12

MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah

IPS Dasar

Dosen Pengampu:

Restu Yulia Hidayatul Umah, S.pd.I, M.PD

Disusun Oleh: kelompok 13

Nova (204230242)

Ufi Khoirul Mustafidah (204230239)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Sosial

Pengertian individu menurut Sujatmiko Eko adalah orang seorang pribadi orang
(terpisah dari orang lain). organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara fisiologi
bersifat bebas (tidak mempunyai hubungan organik dengan sesamanya). Individu
merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Pada dasarnya setiap makhluk individu
diciptakan oleh Tuhan dengan berbeda dan memiliki keunikan masing-masing yang
membedakan individu satu dengan individu lainnya. Perbedaannya bisa dari sifat atau ciri
khas karakter yang dimiliki oleh tiap Individu.

Manusia Makhluk Sosial Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani
kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa
manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat.
Karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk
sosial. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya). Dia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk
dalam mencukupi kebutuhannya. Adanya hal tersebut mendorong sebuah proses terjadinya
interaksi sosial, yang mana manusia tidak dapat melakukannya sendiri.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya). Dia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk
dalam mencukupi kebutuhannya. Adanya hal tersebut mendorong sebuah proses terjadinya
interaksi sosial, yang mana manusia tidak dapat melakukannya sendiri.
Kamus Besar Bahasa Indonesis (KBBI) menerangkan makhluk sosial adalah
manusia yang berhubungan secara timbal balik dengan manusia lain. Sedangkan menurut
para ahli seperti Elly M.Setiadi, Muhammad Zuhri, Dr. Johannes Garang, Liturgis, dan
Aristoteles. Jadi, kesimpulan dari para ahli tersebut makhluk sosial adalah makhluk yang
tidak dapat hidup sendiri, di dalam hidupnya manusia saling berhubungan satu sama lain
yang tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh orang lain yang dikodratkan untuk hidup
bermasyarakat serta berhubungan dengan orang lain.

2
Pola perilaku manusia dalam suatu lingkungan adalah hasil dari proses interaksi
manusia dengan lingkungannya yang melibatkan emosional individual dan sosial. Dalam
menganalisa terhadap privasi dan kebutuhan sosialnya tersebut diperlukan pendekatan
melalui seting perilaku. Konsep ini mengacu pada seting perilaku yang terdiri dari 3
komponen, diantaranya: fisik (desain), sosial (penggunaan), dan budaya. Ketiga hal
tersebut bisa ditemui dari beberapa artikel penelitian berikut ini.

Sebagai makhluk sosial ingin tidak ingin akan memerlukan lingkungannya untuk
berinteraksi dengan manusia lain, untuk mewujudkan lingkungan yang tenang tanpa
terganggu oleh berbagai hal yang dapat merugikan dirinya. Karena terdapatnya lingkungan
sosial yang ramah, peduli, santun, menyayangi, bantu membantu, saling menjaga dan taat
pada aturan yang berlaku disiplin, tertib, menghargai hak-hak asasi manusia dan
sebagainya.

Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual membutuhkan dirinya


sebagai makhluk sosial sehingga terbentuknya interaksi sosial antar manusia dengan yang
lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang memengaruhi interaksi manusia
terdiri dari tiga hal yakni:

a. Tekanan emosional.

Keadaan psikologis apakah bahagia, sedih, dan sebagainya.

b. Harga diri yang rendah.

Keadaan seperti ini akan membentuk keadaan psikologis yang membutuhkan kasih
sayang dan moral.

c. Isolasi sosial.

Keadaan semacam ini dimana seseorang akan berupaya melakukan sebuah


interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi
yang harmonis.

A. Hubungan Manusia Dengan lingkungan

Manusia, seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan


hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya. Manusia modern terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan
sebaliknya manusia modern membentuk lingkungan hidupnya. Manusia tidak dapat berdiri

3
sendiri di luar lingkungan hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah abstraksi
belaka. Manusia tergantung pada lingkungan hidupnya. Kelangsungan hidupnya hanya
mungkin dalam batas kemampuan untuk menyesuaikan dirinya terhadap sifat lingkungan
hidupnya.

Dalam kehidupan disekitar kita disadari atau tidak terjadi suatu hubungan atau
interaksi yang timbal balik. Interaksi ini terjadi antara organisme atau antara organisme
dengan lingkungan. Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk dari hasil
interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Lingkungan hidup pada dasarnya
terbentuk oleh dua komponen,yaitu lingkungan biotik (hidup}dan lingkungan abiotic
(tidak hidup). Secara fisik kemampuan manusia tidak tergolong istimewa, tetapi manusia
paling banyak dan paling mampu mengeksploitasi lingkungan. Manusia secara ekologi
adalah makhluk dominan, karena manusia diberi kemampuan budaya yang melebihi
kemampuan makhluk-makhluk lainnya walaupun peranan manusia sama dengan makhluk
lainnya, yaitu sebagai konsumen. Populasi manusia mengalami pertumbuhan terus
sedangkan bumi yang merupakan ekosistem kehidupan manusia jumlahnya tetap. Dengan
memperhatikan kemampuan lingkungan pendukung populasinya, jika populasi dan
aktivitas melebihi kemampuan daya dukungnya maka akan terjadi ketidakseimbangan
lingkungan seperti: kekeringan, erosi, tanah longsor, banjir dan lain sebagainya.

Upaya adaptasi merupakan keterlibatan manusia secara aktif dalam menghadapi


perubahan alam sekitarnya, bersifat dinamis dan selalu berkembangan untuk diwujudkan
dalam tindakan nyata. Tindakan yang diwujudkan memiliki tujuan untuk menjelaskan;

 Bagaimana manusia itu memenuhi kebutuhan hidupnya,


 Bagaimana manusia itu menyesuaikan kehidupan pada lingkungan yang dihadapinya,
 Bagaimana manusia membentuk suatu lingkungan sehubungan dengan kehidupan
beserta tujuan-tujuan yang hendak dicapainya.

Manusia membutuhkan lingkungan, begitu juga dengan lingkungan membutuhkan


manusia, yang menunjukkan bahwa antara manusia dan lingkungan saling pengaruh-
mempengaruhi. Lingkungan tidak saja hanya dihuni oleh manusia, melainkan juga oleh
makhluk hidup lainnya, selain itu lingkungan juga dihuni oleh makhluk abiotik. Manusia
merupakan salah satu saja bagian dari lingkungan hidup. Kelangsungan hidup manusia
sangat tergantung dari keutuhan lingkungan tempat tinggalnya, termasuk keutuhan bagian-
bagian lingkungan hidup lainnya. Manusia memerlukan sumber daya alam yang ada di

4
lingkungan untuk memenuhi dan mensejahterakan hidupnya, agar kehidupan manusia
dapat berlangsung secara berkelanjutan. Oleh sebab itu lingkungan bagi manusia bukan
saja untuk dieksploitasi dan dieksplorasi, tetapi juga merupakan prasyarat untuk terjadinya
hubungan kestabilan antara manusia dan lingkungan hidupnya. Dalam melanjutkan
hubungan tersebut manusia melakukan adaptasi, yang merupakan strategi tingkah laku
dalam menghadapi lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya, dimana adaptasi manusia
dilakukan dalam merespon perubahan lingkungan sehingga terdapat pengembangan pola-
poa perilaku yang dapat membantu manusia agar mampu memanfaatkan suatu
lingkungan tertentu.

Dalam suatu lingkungan hidup yang baik akan terjalin suatu interaksi harmonis
dan seimbang antara komponen-komponen lingkungan hidup. Kestabilan keserasian dan
keseimbangan antar komponen lingkungan hidup sangat tergantung pada manusia. Karena
manusia adalah komponen lingkungan hidup yang paling dominan dalam mempengaruhi
lingkungan, sehingga terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Interaksi
ini bersifat dinamis, ketika interaksi ini tidak harmonis, maka akan terjadi berbagai
permasalahan lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak kepada manusia itu sendiri.
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perilaku
manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya yang memberi tekanan
semakin berat kepada daya dukung lingkungan. Manusia pada awal mulanya hanya
mengambil dan mengumpulkan kebutuhan hidupnya dari lingkungan yang ditempatinya
sampai dengan mengeksploitasinya. Berbagai macam faktor kebutuhan dan keinginan
yang mendorong dilakukannya tindakan-tindakan yang mengganggu keseimbangan
ekologis.

Perkembangan penalaran manusia memungkinkan pula penguasaan akan tatanan


lingkungan melalui pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
yang pada akhirnya memberi makna bagi peningkatan kualitas hidup, dan pada akhirnya
akan terjadi perubahan kualitas lingkungan. Manusia pada dasarnya berupaya untuk
mengusahakan sumber daya alam untuk jangka pendek, yaitu menghasilkan produk
sebanyak mungkin, waktu sesingkat, dan modal sedikit mungkin. Usaha ini mendatangkan
kemakmuran, namun memiliki dampak negatif terhadap alam sekitar, yang akan
menurunkan kualitas lingkungan, dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup
manusia.

5
Pada tahap berikutnya terjadi kesadaran manusia, bahwa manusia hanya
merupakan sebagian dari keseluruhan lingkungan. Manusia menyadari bahwa hakikat
kehidupan dan kelangsungan eksistensinya sangat tergantung dari kondisi lingkungannya.
Hal ini sangat tergantung pada sikap dan perilaku manusia dalam menjaga keseimbangan
sistem lingkungannya agar tetap harmonis dan lestari, yang tentu saja juga akan menjamin
pula kelangsungan makhluk hidup lainnya.

Manusia memberikan perhatian terhadap lingkungan hidup sudah ada sejak dulu
atau sejak manusia menghuni planet bumi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia
mengenal lingkungan hidupnya untuk mendapatkan sumber makanannya, sedangkan
untuk melestarikan jenisnya manusia mempelajari lingkungan untuk mendapatkan tempat
yang layak bagi regenerasinya. Keadaan ini berlangsung secara berkesinambungan hingga
sekarang. Manusia, sebagaimana makhluk biotik lainnya juga berinteraksi dengan
lingkungannya.

Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan sebuah siklus. Setiap


aktivitas manusia, minimal atau maksimal akan mengubah lingkungan hidupnya. Interaksi
manusia dengan lingkungan hidupnya sangatlah kompleks, karena dalam lingkungan
terdapat banyak unsur, yang terdiri dari unsur-unsur biotik dan abiotik. Interaksi manusia
dengan lingkungannya tidak hanya ditentukan oleh jenis dan jumlah dari unsur lingkungan
hidup, melainkan juga oleh kondisi dan sifat dari unsur-unsur tersebut. Pengaruh pada
suatu unsur akan merambat pada unsur yang lain, sehingga pengaruhnya terhadap manusia
seringkali tidak dapat langsung terlihat atau terasakan. Selain itu perilaku dan tingkat
kebudayaan manusia turut serta pula menentukan bentuk dan intensitas dari interaksi
antara manusia dengan lingkungannya.

B. Manusia dan Lingkungan dalam Bingkai Islam

Manusia sebagai penduduk bumi adalah Individu yang memiliki tanggung jawab atas
keberadaan lingkungan, baik itu lingkungan benda hidup atau lingkungan benda mati dan
makhluk hidup yang tergolong lingkungan sosial yang merupakan hasil kreasi manusia
(man-made environment/ artificial environment). Letak tanggung jawab manusia terhadap
lingkungan baik lingkungan alami (natural environment) maupun lingkungan buatan
manusia (man-made environment) adalah menjaga tata lingkungan (ekosistem) itu sendiri
dalam Islam kedudukannya sama dihadapan Allah yaitu, sebagai hamba-Nya hal ini
sebagai firman Allah di dalam Q.S Al-An’am:38

6
‫ٰۤط‬
‫َو َم ا ِم ْن َد ۤا َّبٍة ِفى اَاْلْر ِض َو اَل ِٕىٍر َّيِط ْيُر ِبَج َناَح ْيِه ِآاَّل ُاَم ٌم َاْم َثاُلُك ْۗم َم ا َفَّر ْط َنا ِفى اْلِكٰت ِب ِم ْن َش ْي ٍء ُثَّم ِاٰل ى‬
‫۝‬٣٨ ‫َر ِّبِهْم ُيْح َش ُرْو َن‬

Artinya: “Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami
luputkan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulklan.
(QS Al-An’am:38)

Manusia sebagai sentral dari kehidupan dalam sistem lingkungan memerlukan


pengenalan terhadap populasi yang lain. Dengan pengenalan itu maka terciptalah suatu
pengetahuan tentang alam dan lingkungannya. Secara tidak langsung melahirkan
pengetahuan tentang ciptaan dan penciptanya. Pengetahuan tentang ciptaan adalah ilmu
dan pengetahuan tentang pencipta alam adalah agama. Baik ilmu maupun agama
merupakan sumber pengetahuan hal ini disebut ilmu monokotomik.

Manusia yang memiliki kesadaran ilahiyah akan selalu berfikir secara holistik. Alam
bukanlah hanya sebatas dimensi fisik saja, melainkan memiliki dimensi ruhani. Sehingga
perlakuan terhadap alam tidak dapat dilakukan secara semena-mena. Setiap tindakan kita
harus merupakan hasil perenungan, dengan harapan tindakan tersebut memberikan
dampak positif bagi lingkungannya. Hal ini bertujuan supaya terjalin harmonisasi antara
manusia dengan alam lingkungannya.

Salah satu bentuk dampak positif dari pola hidup seperti ini adalah terwujudnya pola
hidup sehat dan keseimbangan ekosistem. Ketika manusia memberikan yang terbaik bagi
alam, maka alam pun memberikan yang terbaik bagi manusia. Seperti menjaga kelestarian
alam, tidak menebang pohon sembarangan, dan alam akan memberikan manusia udara
yang segar serta mencegah timbulnya banjir.

Dalam bertindak atau berperilaku, seseorang harus memikirkan efek yang akan
ditimbulkan dari pembuatannya itu. Sejauhmana dampak positifnya dan sejauhmana pula
dampak negatifnya terhadap alam sekitarnya. Dengan sikap seperti itu, maka kita telah
menampilkan kualitas-kualitas ilahiyah. Seyogyanya kita menyadari dan mengakui bahwa
kita dengan lingkungan alam memiliki hubungan timbal balik yang saling membutuhkan
antara satu dengan yang lainnya.¹

Relasi antara tiga kutub, yaitu Tuhan, alam dan manusia harus berjalan selaras,
seimbang dan harmonis. Penghilangan salah satu kutub tersebut akan menyebabkan

7
kepincangan. Penghilangan kutub Tuhan akan menyebabkan sekulerisme yang
mengeksploitasi alam dan berujung pada krisis lingkungan. Penghilangan kutub alam,
akan menjadikan manusia miskin pengetahuan dan miskin peradaban.

Rasululah memberikan teladan untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-


hari. Hal ini dapat diperhatikan dari hadist-hadist Nabi, seperti hadist tentang pujian Allah
kepada orang yang menyingkirkan duri dari jalan dan bahkan Allah akan mengampuni
dosanya, menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah, menyingkirkan gangguan
dari jalan adalah sebagian dan iman, dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah
perbuatan baik.

Di samping itu, Rasulullah melarang merusak lingkungan, mulai dari perbuatan yang
sangat kecil dan remeh seperti melarang membuang kotoran (manusia) di bawah pohon
yang sedang berbuah dan di aliran sungai, melarang membuang kotoran (manusia) di
tengah jalan atau di tempat orang berteduh. Rasulullah juga sangat peduli terhadap
kelestarian satwa, sebagaimana di ceritakan dalam Hadits riwayat Abu Daud

Rasulullah pernah menegur salah seorang sahabatnya yang pada saat perjalanan,
mereka mengambil anak burung yang berada di sarangnya. Karena anaknya dibawa oleh
salah seorang dari rombongan Rasulullah tersebut, maka sang induk terpaksa mengikuti
terus kemana rombogan itu berjalan. Melihat yang demikian, Rasulullah lalu menegur
sahabamya tersebut dengan mengatakan “siapakah yang telah menyusahkan induk burung
ini dan mengambil anaknya? kembalikan anak-anak burung tersebut kepada induknya!” 33

Menurut Asmaran yang dikutip oleh Yatimin Abdullah, bahwa manusia mempunyai
tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memelihara dengan
baik. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan
hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya (alam).

Manusia dengan alam merupakan keniscayaan. Artinya, antara manusia dengan


lingkungan terdapat keterhubungan, keterkaitan, dan keterlibatan timbal balik yang tidak
dapat ditawar. Alam dan manusia tanpa keterjalinnya dengan lingkungan tidak dapat
dibayangkan dan tidak dapat pula dipikirkan bahkan tidak ada.

C. Pendekatan Dalam Kajian Manusia dan Lingkungan

8
Dalam kajian antara manusia dan lingkungan alam ini maka digunakanlah Pendekatan
Ekologi (Ecological Approach). Pendekatan Ekologi yaitu pendekatan yang mengkaji dan
menganalisis suatu fenomena ekologis yang difokuskan pada relasi antara manusia dan
lingkungan alam. Daerah pemukiman, pertanian, perkotaan, industri dan lain-lain adalah
contoh dari ekosistem ekologis yang terbentuk dari hasil interaksi antara manusia dengan
lingkungannya (Baihaqi Arif dalam Hilamanto, 2010:44).

Pendekatan ini memandang manusia sebagai bagian dari suatu sistem. Sehingga
manusia dan lingkungannya akan senantiasa berkaitan. Pendekatan ekologi merupakan
perspektif yang mempelajari perkembangan organisme dengan memperhatikan berbagai
faktor lingkungan yang ada. Pendekatan ekologi adalah pendekatan yang mempelajari
hubungan dan perkembangan organisme dalam lingkungan.

Dalam studi ekologi, penekanannya lebih pada proses daripada pada bentuk untuk
mendapatkan wawasan tentang hubungan timbal balik manusia dan lingkungan total.
Untuk menjelaskan hubungan manusia dan lingkungan, beberapa aspek fundamental
diperhatikan, yaitu:

 memahami hubungan yang rumit dan intim antara organisme (manusia, tumbuhan dan
hewan) dan lingkungan;
 memahami pola perilaku manusia yang terlibat dalam eksploitasi sumber daya alam di
wilayah tertentu melalui perangkat teknologi dan strategi tertentu; dan
 menganalisis campur tangan manusia dalam sistem ekologi dalam rangka eksploitasi
sumber daya alam.

Sementara itu menurut Soerjani sebagaimana dikutip oleh Qoriah (Qoriah dkk, 2019)
dalam pendekatan ekologi manusia terdapat dua sistem, yaitu sistem sosial dan ekosistem.
Menurutnya, ekosistem terdiri dari air, tanah, lahan, udara, flora, fauna, iklim dan makhluk
hidup lainnya. Sementara itu di dalam sistem sosial terdapat teknologi, nutrisi, kesehatan,
populasi, ciri-ciri biofisik, organisasi sosial,nilai- nilai ideologi, pengetahuan, pertukaran
ekonomi, dan eksploitasi sumber daya. Di antara keduanya terjadi pertukaran energi,
materi dan arus informasi, yang menghasilkan seleksi dan adaptasi yang membentuk pola-
pola tertentu.

9
Diantara pola-pola tersebut, dalam kedudukannya sebagai makluk sosial, manusia
memiliki berbagai kelompok kehidupan yang masing-masing membentuk perilaku tertentu
karena adanya norma atau nilai-nilai yang dianut oleh kelompok tersebut.

Sebagai individu secara geografis manusia menjadi anggota komunitas tempat


tinggalnya, seperti Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Di dalamnya terdapat
aturan-aturan yang harus ditaati oleh manusia, misalnya kerja bakti membersihkan
lingkungan, arisan, selametan, siskamling, dan lain sebagainya. Satuan sosial berikutnya
adalah Masyarakat dalam arti luas, yaitu kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan tentu
juga negara.

Pada Masyarakat yang cenderung bersifat tradisional ikatan geografis ini amat sangat
penting. Masyarakat Gunung Kidul di Provinsi DIY Yogyakarta misalnya, Sebagian
penduduknya terpaksa merantau ke luar daerah karena tanahnya tandus. Namun pada
waktu selametan bersih desa masih banyak diantara mereka yang pulang ke kampung
halaman khusus untuk merayakan selametan tersebut. Dalam Masyarakat yang cenderung
modern satuan sosial yang bersifat institusional mempunyai keterkaitan yang lebih erat
dibandingkan dengan satuan geografis semacam ini. Misalnya, keterkaitan karena sama-
sama menjadi pegawai di satu institusi, sama-sama menjadi anggota kelompok lingkungan
dan lain sebagainya.

10
BAB II

KESIMPULAN

1. individu adalah orang seorang pribadi orang (terpisah dari orang lain), Pada dasarnya
setiap makhluk individu diciptakan oleh Tuhan dengan berbeda dan memiliki
keunikan masing-masing yang membedakan individu satu dengan individu lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya).

2. Manusia, seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan


hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan
sebuah siklus. Setiap aktivitas manusia, minimal atau maksimal akan mengubah
lingkungan hidupnya.

3. Manusia sebagai penduduk bumi adalah Individu yang memiliki tanggung jawab atas
keberadaan lingkungan, baik itu lingkungan benda hidup atau lingkungan benda mati
dan makhluk hidup. Letak tanggung jawab manusia terhadap lingkungan baik
lingkungan alami (natural environment) maupun lingkungan buatan manusia (man-
made environment) adalah menjaga tata lingkungan (ekosistem) itu sendiri dalam
Islam kedudukannya sama dihadapan Allah yaitu, sebagai hamba-Nya hal ini sebagai
firman Allah di dalam Q.S Al-An’am:38

4. Dalam kajian antara manusia dan lingkungan alam ini maka digunakanlah Pendekatan
Ekologi (Ecological Approach). Pendekatan ini memandang manusia sebagai bagian
dari suatu sistem. Sehingga manusia dan lingkungannya akan senantiasa berkaitan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Dewi. 2018. Jurnal: Etnoekologi Sebagai Upaya Membentuk Karakter Peduli
Lingkungan Melalui Program Adiwiyata di SD Negeri Lidah Kulon 1/464 Surabaya.
(Volume 06 Nomor 02). Surabaya: JPGSD FIP Universitas Negeri Surabaya.

Barlian, Eri dan Yunhendri Danhas. 2022. Konsep dan Aplikasi Ekologi Manusia.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Hantono, Dedi dan Diananta Pramitasari. 2018. Jurnal: Aspek Perilaku Manusia Sebagai
Makhluk Individu Dan Sosial Pada Ruang Terbuka Publik. Jakarta: Journal UIN
Alauddin

Nugraheni, Endang. Tt. Modul 1: Pengantar Ilmu Lingkungan. Banten: Universitas Terbuka.

Purnaweni, Hartuti. 2022. Ekologi Manusia. Semarang: Fastindo.

Safitri, Desy, DKK. 2020. Ekolabel Dan Pendidikan Lingkungan hidup. Jakarta Pusat: PT.
Pustaka Mandiri

Yusuf, Burhanuddin. 2017. Jurnal Aqidah: Lingkungan Hidup Dan Manusia (Kajian
Falsafah Kalam). Makassar: UIN Alauddin Makassar.

12

Anda mungkin juga menyukai