Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia
diciptakan oleh ALLAH SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
satu sama lain. Di dalam kehidupannya manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Sosiokultur berangkat dari penyadaran tentang
betapa pentingnya sebuah pendidikan yang melihat proses kebudayaan dan
pendidikan yang tidak bisa dipisahkan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Socio (sosial) ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum
(kata sifat).
Sedangkan Culture/ kultur ( budaya) dari kata Sans atau Bodhya yang
artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia
berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa.
Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat
ataupun ilmu.
Maka definisi Sociocultural (sosial budaya) adalah segala hal yang dicipta
oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam
kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu
berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana
pendidikan dan kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai-nilai.
masyarakat dan budaya sebagai tiga dimensi dari hal yang bersamaan. Oleh sebab
itu kebutuhan sosiokultural merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu
ingin berhubungan dengan manusia lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Manusia sebagai makhluk Sosial?
2. Bagaimana Dinamika kehidupan sosial ?
3. Bagaimana Peranan asisten perawat dalam mengatasi masalah kebutuhan
sosial – kultural manusia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Manusia sebagai makhluk sosial
2. Untuk mengetahui Dinamika kehidupan sosial
3. Untuk mengetahui Peranan asisten perawat dalam mengatasi masalah
kebutuhan sosial – kultural manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk sosial


1. Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu mahluk yang di dalam hidupnya tidak
bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan mahluk
sosial, juga di karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup
berkelompok dengan orang lain. Seringkali didasari oleh kesamaan ciri atau
kepentingan masing-masing. Misalnya, orangkaya cenderung berteman dengan
orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis, cenderung mencari teman
sesama artis.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain
dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini
berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya
tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling
berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat
tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan
lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya
demi kelangsungan hidup sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia
itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah
manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus belajar dari manusia lainnya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan
beberapa alasan, yaitu:
a) Ada dorongan untuk berinteraksi.
b) Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
c) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
d) Potensi manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup
ditengah-tengah manusia.

2. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Meskipun memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap dirinya sendiri,
manusia juga membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal
ini dilakukan dengan bersosialisasi atau bermasyarakat dengan manusia lainnya.
Dorongan dari lahir memaksa mereka untuk selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk di masyarakat, sehingga dengan sendirinya mereka akan
berinteraksi dengan masyarakat.
Ciri manusia sebagai makhluk sosial adalah dengan adanya interaksi sosial
dalam hubungannya dengan manusia lain. Secara garis besar, ada beberapa faktor
personal yang

2
mempengaruhi interaksi manusia dengan manusia lainnya, yaitu tekanan
emosional, harga diri, dan isolasi sosial.
a) Tekanan emosional
Tekanan emosional yang tinggi membuat manusia bersimpati dan berempati
dengan apa yang terjadi pada manusia lainnya, sehingga mendorong mereka
untuk membantu manusia tersebut keluar dari permasalahannya ataupun ikut
merasakannya.
b) Harga diri
Harga diri mendorong manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Ketika
kondisi harga diri mereka rendah, maka mereka akan terpacu untuk
melakukan hubungan dengan orang lain karena pada kondisi ini mereka
membutuhkan dukungan atau kasih sayang dari orang lain untuk bangkit dari
masalahnya.
c) Isolasi sosial
Isolasi sosial memaksa seseorang untuk bersoasialisasi dengan manusia
lainnya yang memiliki pemikiran yang sepaham agar terbentuk interaksi
sosial yang harmonis.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa


alasan mengapa manusia disebut dengan makhluk sosial. Adapun alasan –
alasannya adalah sebagai berikut :
 Manusia patuh pada aturan yang berlaku.
 Manusia memiliki kecendrungan untuk dinilai oleh orang lain.
 Manusia harus memenuhi kebutuhan dalam berinteraksi dengan orang
lain.
 Manusia dapat mengembangkan potensinya apabila berada di tengah –
tengah masyarakat.

Ciri-ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial:


 Suka bergaul
 Suka bekerja sama
 Hidup berkelompok
 Memiliki kepedulian terhadap orang lain
 Tidak bisa hidup sendiri

Ciri- ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial yang Bermoral .


 Manusia memiliki toleransi dan kepedulian terhadap orang lain ketika
bersosialisasi
 Contoh perilaku manusia sebagai mahkluk sosial yang bermoral:
 Bergotong-royong membersihkan desa
 Mengunjungi orang sakit

3
3. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Ada berbagai pemahaman terhadap Manusia, yang paling umum adalah tiga
pemahaman di bawah ini :
1. Materialisme Antropologik, yaitu menjelaskan bahwa manusia pada
hakikatnya adalah materi. Manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-
bahan material dari dunia anorganik.
2. Materialisme Biologik, menjelaskan bahwa manusia merupakan badan yang
hidup atau organisme yang mempersatukan segala pembawaan kegiatan
kehidupan badan di dalam dirinya. Struktur kehidupan manusia yang
memilikikewaspadaan indrawi berlaku juga bagi hewan. Dalam Kenyataan
manusia memang merupakan bagian dari kehidupan organik yang dapat
ditelusuri.
3. Idealisme Antropologik, Menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki unsur- unsur spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak
bergantung pada materi. Manusia tidak dapat dijelaskan dengan satu prinsip
saja, karena dalam diri manusia bergabung berbagai prinsip yang menyusun
suatu pemahaman tentang dirinya secara utuh dan lengkap.

B. Dinamika Sosial
1. Pengertian Dinamika Sosial
Perubahan sosial merupakan fenomena yang wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai kepentingan yang
tidak terbatas. Untuk mencapainya, manusia melakukan berbagai perubahan-
perubahan. Perubahan tidak hanya semata-mata berarti suatu kemajuan, namun
dapat pula berarti suatu kemunduran.Kebanyakan definisi membicarakan
perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan
perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur sosial” dan yang
dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan social dalam suatu kajian
untuk melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat dalam kaitannya dengan
perubahan.Secara umum, unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami
perubahan antara lain nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku,
organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan,
tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya, kesemua perubahan ini
dinamakan perubahan sosial.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan/ Dinamika sosial adalah perubahan
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat yang termasuk perubahan sistem
nilai dan norma sosial, sistem pelapisan sosial, struktur sosial, proses-proses
sosial, pola dan tindakan sosial warga masyarakat serta lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan
dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan
perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:

4
a) Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka
mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
b) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan
diikutidengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
c) Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi
yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
d) Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena
keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

2. Faktor Penyebab Dinamika Sosial


a) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri,
antara lain sebagai berikut:
1) Bertambahnya atau berkurangnya penduduk.
2) Adanya penemuan baru (discovery).Penemuan baru yang menyebabkan
perubahan dalam masyarakat dibedakan menjadi dua yaitu
 Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat
maupun gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau kelompok.
 Invention adalah penemuan baru yang sudah diakui, diterima serta
diterapkan masyarakat.
3) Pertentangan (konflik) masyarakat
4) Terjadinya pemberontakan (revolusi)
5) Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan mendasar yang
dilakukan oleh individu atau kelompok.
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat, antara lain:
1) Lingkungan alam fisik
2) Peperangan
3) Pengaruh kebudayaan lain

C. Peranan Asisten Perawat Dalam Mengatasi Masalah Kebutuhan Sosial


– Kultural Manusia
Indonesia adalah negara yang menganut dan mengakui faham Ketuhanan.
Sikap ini tercermin dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila, dalam
pernyataan sila pertamanya, Ketuhanan yang Maha Esa. Telah dipahami bersama
bahwa Dasar Negara Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di Indonesia. Pernyataan tersebut mengandung arti, semua peraturan
perundangan yang ada di Indonesia harus merujuk dan tidak boleh bertentangan
dengannya. Konsekwensi dari sikap konstitusional itu diantaranya adalah semua
penduduk di Indonesia wajib berketuhanan dan dilarang berkembangnya ateisme.
Klien adalah anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk baik

5
dalam skala nasional (klien sebagai bagian dari penduduk suatu negara) maupun
dalam skala global (klien sebagai bagian dari penduduk dunia).
Dalam dunia keperawatan kebutuhan sosio-kultural manusia merupak aspek
kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pemberian asuhan
perawatan. Hal ini dikarenakan manusia merupakan mahkluk yang holistik. Jadi
untuk memenuhi kebutuhannya harus dengan cara yang holistik pula atau dikenal
dengan istilah holistik care yang meliputi bio psiko-sosio kultural
spritual.Kebutuhan sosio-kultural manusia menjadi pembahasan yang penting
untuk dipahami oleh seorang perawat, karena kondisi sosial yang berbeda dan
kebiasaan yang berbeda akan menciptakan masalah yang berbeda.
Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua
klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan
religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut
dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat
(powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya
peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting
bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat
memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien.
Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan
spiritual. Spiritualitas merupakan suatu konsep yang unik pada masing-masing
individu.Manusia adalah makhluk yang mempunyai aspek spiritual yang akhir-
akhir ini banyak perhatian dari masyarakat yang di sebut kecerdesan spiritual
yang sangat menentukan kehagiaan hidup seseorang. Perawat atau ners
memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komprehensif.

1. Pengertian Spiritual
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta. Spiritualitas meliputi aspek-aspek :
 Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan,
 menemukan arti dan tujuan hidup,
 menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam
diri sendiri,
 mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang
Maha Tinggi.
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga
memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan
antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dan lingkungan)
dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan
dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur

6
spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran
spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu
kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal atau fisik, sosiologikal dan
spiritual.
Kata “spiritual” sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk
memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut
Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui
dari arti kata-kata berikut ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda
dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang
suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran
dan perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan
dengan organisasi keagaamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual
berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakan serta
memimpin cara berfikir dan bertingkah laku seseorang
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan
dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson,
Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek
spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain,
dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-,
inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang
memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain,
alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah
konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan
aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki
dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan
mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.

2. Keterkaitan Antara Spiritual, Kesehatan dan Sakit


Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku self-care klien. Keyakinan spiritual yang perlu di
pahami antara lain
 Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien, seperti
tentang makanan diet.
 Sumber dukungan
Saat stress individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
 Sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu bisa menahan distress fisik yang luar biasa karena mempunyai
keyakinan yang kuat.

7
 Sumber konflik
Pada situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan, seperti pandangan penyakit.

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk


mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa
keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

3. Cara Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Perawat


Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan hal ini
diharapkan perawat dapat lebih memberikan pelayanan keperawatan yang
berkualitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai berikut.
 Beribadah dalam suatu komunitas.
Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan
spiritualitas. Banyak orang merasa asing dengan orang-orang yang
memiliki agama atau kepercayaan sama. Tetapi dengan bergabung dalam
suatu komunitas rohani dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat
meningkatkan rasa spiritual.
 Berdoa.
Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan
berserah kepada Yang Maha Kuasa merupakan cara yang baik dalam
meningkatkan spiritual.
 Meditasi.
Beberapa orang manggunakan yoga atau meditasi untuk kembali
menenangkan diri dan memfokuskan pikiran kembali untuk menemukan
makna dari suatu hal.
 Pembenaran yang positif.
Pembenaran yang positif dapat membantu seseorang menghadapi situasi
stress. Salah satu cara untuk mendapat pembenaran positif adalah dengan
berdiam diri, sambil merenungkan kitab suci atau nyanyian.
 Menulis pengalaman spiritual.
Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman
spiritual yang dialami, atau semua inspirasi dan pikiran-pikiran yang
timbul. Cara ini sangat bermanfaat bagi perawat untuk dapat keluar dari
situasi stress.
 Mencari dukungan spiritual.
Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat dapat mencari
dukungan spiritual dari komunitas rohaninya. Selain itu dukungan spiritual
juga dapat diperoleh dari teman, mentor, ataupun konselor.

8
4. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan kepada klien
Pemenuhan kebutuhan spiritual diperlukan oleh pasien untuk mencari arti dari
peristiwa kehidupan yang dihadapi termasuk penderitaan karena sakit. Di sini
peran perawat adalah memberikan motivasi, memberi semangat, menganjurkan
berdoa dan mendoakan, mendampingi, menerima keluhan serta menghibur.
Dengan melakukan hal tersebut di harapkan pasien mampu menunjukkan respon
seperti mau makan, mau minum obat, senang, tertawa, terhibur dan semangat.
Menganjurkan klien untuk berdoa atau lebih meningkatkan kepercayaan serta
keyakinan terhadap Tuhan dapat perlahan lahan merubah pemikiran klien ke arah
yang positif dan menerima kenyataan dengan ikhlas sehingga tidak adanya rasa
kebencian klien terhadap Tuhan.

5. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Oleh Seorang Perawat


 Komunikasi sebaiknya dilakukan untuk menormalkan suasana perasaan
pasien tetapi usahakan jangan terlalu nyata
 Mendengarkan pasien yang akan mengungkapkan kebutuhannya sehingga
pasien merasa dihargai
 Menanyakan kepada pasien tentang perasaan yang ada di benaknya karena
pasien sering takut mengungkapkan hal-hal yang ada dalam pikirannya
 Memastikan apa yang di tanyakan pasien dengan mengklarifikasi dan
mereflesikan kembali ke pertanyaannya
 Apabila keadaan memungkinkan perawat perlu menyadari kesulitan
pasien dengan penyakit terminalnya dan jangan dikurangi, begitu juga
jangan mendebat pasien.
 Memastikan bahwa perawat dan pasien membicarakan hal-hal yang sama.
Selalu berusaha mencocokkan pemahaman dan minta umpan balik dengan
pasien.
 Mempertahankan keselarasan perilaku verbal dan non verbal.
 Menyediakan waktu jika pasien ingin bicara walaupun kadang-kadang
tidak menyenangkan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial
dengan beberapa alasan, yaitu:
a. Ada dorongan untuk berinteraksi.
b. Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama
lain.
d. Potensi manusia akan benar-benar berkembang apabila ia
hidup ditengah-tengah manusia.
2) Ciri-ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial
a. Suka bergaul
b. Suka bekerja sama
c. Hidup berkelompok
d. Memiliki kepedulian terhadap orang lain
e. Tidak bisa hidup sendiri
3) Dinamika sosial adalah perubahan yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat yang termasuk perubahan sistem nilai dan norma sosial, sistem
pelapisan sosial, struktur sosial, proses-proses sosial, pola dan tindakan
sosial warga masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan
4) Dalam dunia keperawatan kebutuhan sosio-kultural manusia merupak
aspek kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pemberian
asuhan perawatan. Hal ini dikarenakan manusia merupakan mahkluk yang
holistik. Jadi untuk memenuhi kebutuhannya harus dengan cara yang
holistik pula atau dikenal dengan istilah holistik care yang meliputi bio
psiko-sosio kultural spritual.
5) Untuk dapat memenuhi kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai
berikut.
a. Beribadah dalam suatu komunitas.
b. Berdoa.
c. Meditasi.
d. Pembenaran yang positif.
e. Menulis pengalaman spiritual.

B. Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih memiliki banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk
memberikan saran dan komentar yang kontruktif sebagai perbaikan dan
penyempurnaan untuk masa-masa yang akan datang dan menjadikan makalah ini
lebih baik lagi.

10
DAFTARA PUSTAKA

 M.Setiadi, Elly.Ilmu sosial dan budaya dasar( Jakarta : Kencana, 2006).


 Tumanggor, Rusmin ,dkk.ilmu sosial dan budaya.(Jakarta: Kencana,
2010).
 Sulaeman, Munandar.Ilmu Budaya Dasar.(Bandung :PT Refika
Aditama,2012).
 http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/kebutuhan-spiritual-pasien.html
 http://eprints.undip.ac.id/10288/1/INANIYAH.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai