Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk biopsikososial dan salah satu kesatuan yang utuh antara aspek
fisik, intelektual, emosional, sosial kultural, spiritual, dan lingkungan. Pandangan tentang
manusia sangat di pengaruhi oleh falsafah dan kebudayaan bangsa. Pada masyarakat tertentu
mempunyai kecenderungan penyakit spesifik. Selain genetik atau ras faktor instrinsik seperti
keperibadian juga sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat sakit.
Tradisi keagamaan dan kepercayaan yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan
mengeplorasi pengaruh gaya hidup, sosial, budaya, dan spiritual terhadap status kesehatan dan
memberikan suatu dasar pengetahuan untuk suatu asuhan keperawatan.
Kepercayaan kadang berbeda meskipun berasal dari suku yang sama, misalnya masyarakat
Irish di Amerika sebagian dari kelompok tersebut ada yang menolak transfusi dan transplatasi
Organ, sebab pada kelompok yang menolak mempunyai keyakinan bahwa kedua hal tersebut
tidak di anjurkan dalam kepercayaannya. (Purnell,2003)
Hubungan antara Manusia, Agama, Kepercayaan dan Transkultural Keperawatan.
Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli psikologi
terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia lari kepada agama karena
rasa ketidak berdayaannya menghadapi bencana. Dengan demikian segala bentuk prilaku
keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari
bahaya dan dapat memberikan rasa aman. Untuk mengatasi masalah ini manusia menghadirkan
tuhan dalam dirinya sebagai pelindung mereka tatkala mereka merasa terancam dan memerlukan
perlindungan terhadap segala macam bentuk ancaman terhadap dirinya.
Hubungan sosial perawat untuk mengembangkan persaudaraan penting dalam tanggung
jawab social. Hubungan masyarakat di Indonesia menganut kebiasaan timur, saling menghormati
terutama kepada yang lebih tua, baik dalam usia, pengalaman, pendidikan, maupun dalam
kedudukan.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan ilmu sosial dan budaya dalam keperawatan?

1
2. Bagaimana hubungan agama dan budaya dalam keperawatan?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan hubungan ilmu social dan budaya dalam keperawatan
2. Menjelaskan hubungan agama dan budaya dalam keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilmu Sosial dan Budaya

2.1.1 Definisi Ilmu Sosial dan Budaya

Menurut Peter Herman, ilmu sosial merupakan sesuatu yang dipahami sebagai suatu
perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.
Menurut E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari sosial manusia di lingkungan sekitar seperti
sosiologi, ekonomi, politik, antropologi, sejarah, psikologi, geografi, dll.
Ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari adat istiadat atau kebiasaan hidup manusia di
suatu wilayah seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian dll.

2.1.2 Ruang lingkup ilmu sosial dan budaya

Ilmu sosial dan budaya mencakup masalah-masalah sosial budaya yang timbul didalam
sebuah masyarakat. Untuk menelaah masalah-masalah social budaya tersebut hendaknya terlebih
dahulu dapat mengidentifikasi kenyataan-kenyataan sosial budaya dan memahami sejumlah
konsep sosial budaya tersebut. Sehingga ilmu sosial budaya dapat dibedakan atas tiga golongan
besar yaitu :
1. Kenyataan-kenyataan sosial budaya yang ada didalam masyarakat, yang secara
bersama-sama merupakan masalah sosial budaya tertentu.
2. Konsep-konsep sosial budaya atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-
kenyataan sosial budaya dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat
diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial budaya yang dibahas pada
ilmu sosial budaya.
3. Masalah-masalah sosial budaya yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat
dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial budaya yang satu dengan yang lainnya
saling berkaitan satu sama lain.

2.1.3. Dimensi dan Dinamika Sosial

 Dimensi Sosial
Dimensi sosial terdiri dari tiga dimensi yang mempunyai pengaruh dikehidupan nyata yaitu
dimensi fisik, dimensi psikis dan dimensi metafisik yang mana dimensi ini turut serta dalam
menentukan kepribadian manusia sebagai sebuah kesatuan.
 Dinamika Sosial
Kita sebagai mahluk sosial harus mengenal lebih dalam mengenai dinamika sosial. Bila
dilihat berdasarkan sisi sosiologi, dinamika social merupakan bagian dari keseluruhan terjadinya

3
perubahan di dalam masyarakat seiring dengan perkembangan zaman dari waktu ke waktu.
Dinamika sosial bisa disebut juga dengan sebutan dinamika kelompok. Bila kita coba pisahkan
antara kata dinamika dengan kelompok maka dinamika maknanya adalah interaksi, sedangkan
kelompok merupakan sesuatu yang didalamnya terdapat kumpulan individu yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
Wujud nyata dari dinamika kelompok, yakni adanya perubahan yangterjadi dalam hal
jumlah penduduk, perubahan struktur yang ada pada pemerintahan, kualitas di masyarakat,
perubahan komposisi penduduk, perubahan mata pencaharian serta berbagai perubahan lainnya
yang muncul. Dinamika social bisa terjadi dengan sebab-sebab yang ada, seperti adanya
pergantian dalam
anggota suatu kelompok, terjadi perubahan dalam struktur kelompok sosial
tersebut, serta terjadi perubahan dalam situasi dan ekonomi. Unsur yang Berubah dan
Berkembang pada Dinamika Sosial :
1. Struktur Sosial
Struktur sosial sendiri bisa dibagi-bagi kembali ke dalam beberapa macam berdasarkan
klasifikasi masing-masing. Berikut adalah pembagiannya. :
a. Struktur Kaku dan Luwes
Yang dimaksud dengan struktur kaku, yaitu struktur yang memiliki kemungkinan kecil
atau tidak sama sekali dalam hal perubahan. Sementara untuk struktur luwes merupakan
struktur yang pola susunannya fleksibel sehingga peluang dalam terjadinya perubahan
bisa terjadi.
b. Struktur Formal
Yang dimaksud dengan struktur formal, yaitu struktur yang keberadaannya oleh para
pihak yang memiliki kewenangan diakui sesuai dengan hukum yang berlaku saat ini.
Sementara untuk struktur informal merupakan struktur yang benar-benar ada atau
konkret, namun belum ada ketetapan atau aturan hokum yang digunakan.
c. Struktur Homogen dan Heterogen
Yang dimaksud dengan struktur homogen, yaitu struktur sosial yang terdiri atas
berbagai unsur yang menimbulkan dampak yang sama dengan dunia luar. Sementara
untuk struktur heterogen merupakan struktur yang terdiri atas berbagai macam unsur
yang memiliki kedudukan yang berbeda serta memiliki
kesempatan yang berbeda pula.
d. Struktur Mekanis dan Statistik
Yang dimaksud dengan struktur mekanis, yaitu struktur yang meminta posisi yang
tetap yang berasal dari tiap anggotanya supaya bisa dengan mudah menjalankan fungsi
yang ada secara benar. Sedangkan untuk struktur statistic merupakan struktur yang
memiliki fungsi dengan benar jika syarat yang menentukan jumlah dari anggotanya
tersebut sudah bisa terpenuhi.
e. Struktur Atas dan Bawah
Yang dimaksud dengan struktur atas atau disebut juga dengan suprastruktur, yaitu
struktur yang ditempati oleh golongan dari orang-orang yang mempunyai kekuasaan yang
tinggi. Sedangkan untuk struktur bawah atau disebut juga dengan infrastruktur merupkan

4
struktur yang diperuntukan untuk golongan yang berada di posisi kelas bawah yang
memiliki taraf kehidupan yang relative rendah bila dibandingkan dengan yang lainnya.
2. Nilai-nilai Sosial-Budaya
Bila dilihat dari faktor yang menyebabkan adanya dinamika kelompok atau sosial ini bisa
juga disebabkan oleh nilai-nilai yang ada pada sosial maupun budaya. Hal ini bisa terjadi karena
berbagai aspek, yang melipiti kaidah-kaidah moral, ajaran agama, peraturan sopan santun, dan
ideologi yang dimiliki oleh masyarakat. Setiap anggota masyarakat tersebut mempunyai
tempatnya masing- masing walaupun mereka terdiri atas suatu kelompok.
3. Organ-organ Masyarakat
Faktor paling utama dalam perubahan soasial adalah masyarakat itu sendiri. Setiap individu
pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda dan apabila digabungkan menjadi satu akan timbul
berbagai perubahan yang baru.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dibuat sebuah simpulan bahwa dinamika sosial
merupakan penelitian mengenai berbagai perubahan yang muncul berdasarkan dengan fakta-
fakta yang ada di lingkungan sosial yang saling berkaitan. Dari penelaahan tersebut maka
pembahasan tentang dinamika sosial ini sangat berhubungan erat dengan hal-hal berikut.
1. Pengendalian Sosial/Pengawasan Sosial
Bila kita lihat arti dari pengendalian sosial itu sendiri adalah sekumpulan cara serta proses
yang dilakukan dan harus dilewati oleh individu atau kelompok masyarakat. Dengan begitu
semua anggota yang ada di dalamnya dapat melakukan berbagai tindakan yang sama dengan
harapan yang ada di masyarakat.
2. Mobilitas Sosial
Lingkup mobilitas sosial meliputi peristiwa sosial ketika individu atau kelompok-kelompok
bergerak atau berpindah dari suatu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya. Perpindahannya ini
bisa ke lapisan yang tinggi maupun yang lebih rendah dalam suatu hierarki social. Dengan
begitu, perpindahan ini memiliki dua arah, yaitu ke arah atas (upward mobility) dan ke arah
bawah (downward mobility).
3. Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Penyimpangan social mempunyai ciri-ciri sebagai
sesuatu yang dapat didefinisikan, ada penyimpangan yang ditolak dan ada yang diterima, serta
ada juga penyimpangan yang relatif dan mutlak.
4. Perubahan Sosial
Perubahan pasti akan datang menghampiri ke semua masyarakat yang ada. Perubahan yang
mucul bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain norma-norma yang ada, nilai-nilai sosial,
susunan dari lembaga-lembaga di masyarakat, pola perilaku di sebuah organisasi, interaksi
sosial, kekuasaan, wewenang ,dan adanya berbagai macam lapisan yang ada di masyarakat.

 Proses Dinamika Sosial


Seluruh hal yang sudah disebutkan di atas memang sangat berhubungan dengan berbagai
perubahan yang terjadi karena proses dari dinamika. Adapun proses perubahan yang terjadi pada
kebudayaan dan masyarakat meliputi berbagai hal, antara lain sebagai berikut.
1. Difusi

5
Difusi merupakan proses ketika unsur-unsur sejarah maupun kebudayaan tersebar ke
bebagai belahan dunia dengan cara migrasi yang dilakukan oleh berbagai macam kelompok yang
ada di muka bumi ini.
2. Akulturasi
Akulturasi merupakan proses ketika keadaan memaksa kita untuk bertemu dengan
kebudayaan yang lain yang memiliki unsur kebudayaan yang asing. Hal tersebut kemudian akan
diterima masuk ke dalam kebudayaan sendiri, lalu diolah menjadi satu kesatuan.
3. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses ketika kedua kebudayaan yang berbeda akan dijadikan satu
menjadi sebuah perpaduan. Namun, proses seperti ini akan terjadi bila ada beberapa faktor antara
lain, adanya golongan manusia dengan berbagai perbedaan dalam hal latar belakang budaya
mereka dan juga karena pergaulan yang terjadi dalam waktu lama dengan intensif satu sama lain.
4. Inovasi
Penemuan atau disebut dengan inovasi merupakan proses dari penggunaan sumber modal,
energi, alam, serta teknologi yang telah melalui proses pembaharuan yang menimbulkan adanya
produksi yang paling baru . Penemuan yang ada itu terdiri atas dua macam, yakni discovery dan
juga invention. Discovery merupakan ide baru atau alat baru, sedangkan invention akan berlaku
jika penemuan baru tesebut sudah bisa diakui, diterima dan diterapkan oleh masyarakat.
5. Internalisasi
Internalisasi merupakan proses yang sangat lama, yaitu mulai dari orang itu baru lahir ke
dunia sampai dengan orang tersebut hampir akan meninggalkan dunia ini. Berbagai hal
diperlajari dalam proses ini, antara lain hasrat, perasaan, emosi serta nafsu yang dibutuhkan
dalam kepribadiannya dalam perjalanan hidupnya.
6. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang menempatkan seorang individu dari mulai masa
kanak-kanak sampai dengan menginjak masa tuanya. Proses yang terjadi adalah mempelajari
berbagai pola tindakan dalam interaksi sosial terhadap berbagai macam individu yang ada di
lingkungan tersebut yang menduduki tempat dalam peranan sosial yang ada dalam perjalanan
kehidupannya.
7. Enkulturasi
Enkulturasi atau pembudayaan merupakan proses yang menempatkan seorang individu di
dalam hal belajar serta mencoba beradaptasi dengan sikap serta pikirannya terhadapadat istadat
yang ada. peraturan yang ad serta system norma yang berlaku dalam kebudayaan mereka.

2.1.4. Sistem Sosial

Secara umum sistem sosial dapat di artikan sebagai suatu sistem yang terdiri sekumpulan
tindakan yang dibentuk dari berbagai interaksi sosial antara satu individu dengan individu yang
lainnya yang dimana akan selalu tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sistem sosial ini dapat
terbentuk dengan sendirinya yaitu karena adanya satu penilaian umum yang telah menjadi
sebuah kesepakatan diantara kelompok masyarakat. Penilaian umum ini biasanya memiliki
standar- standar tertentu yang di sebut juga dengan norma sosial.

6
Adapun pengertian sistem sosial juga banyak di kemukakan oleh para ahli yang diantaranya
adalah Talcott Persons. Menurut Talcott Persons sistem social dapat di definisikan sebagai suatu
proses interaksi yang terjadi di dalam masyarakat diantara para pelaku sosial. Interaksi yang
terjadi diantara para pelaku sosial ini tentunya akan melibatkan sebuah struktur relasi yang
menurut Talcott Persons di sebut sebagai sebuah sistem. Dengan adanya pendapat dari Talcott
Person ini, banyak orang yang mengambil kesimpulan yang di dapat dari hasil pemikiran Talcott
Persons yaitu sistem sosial juga terdiri dari sebuah dari kolektivitas dan juga peran.
Oleh Karena itu, interaksi yang terjadi antara satu individu dan individu lainnya menurut
Talcott Person akan mampu melahirkan sebuah sistem sosial. Sebagai salah satu contohnya
adalah sistem sosial di dalam penjara dimana individu-individu yang ada di dalamnya lebih dari
satu orang yang tentunya melibatkan interaksi di dalamnya.

2.1.5. Prinsip Dasar Perubahan Sosial Budaya

Mekanisme Perubahan :
1. Berlangsung dengan sendirinya.
2. Dilakukan dengan sengaja, diusahakan, direncanakan oleh manusia (masyarakat),
bangsa atau negara.
3. Usaha sadar yang direncanakan agar perubahan sesuai dengan nilai-nilai yang lebih
cocok dan sesuai dengan tuntutan.
4. Perubahan pada hakekatnya netral. Namun ada dua hal arah geraknya:
 Regressive, perubahan yang mengarah pada hal-hal yang tidak diharapkan
(menguntungkan).
 Progressive, mengarah pada hal-hal yang diharapkan.

2.1.6. Strategi Pengembangan Sosial dan Budaya

Menurut Geraldine, H.A. 2016 Pengembangan budaya adalah suatu proses meningkatkan
atau mempertahankan kebiasaan yang ada pada masyarakat dalam kajian pengembangan
masyarakat yang menggambarkan bagaimana budaya dan masyarakat itu berubah dari waktu ke
waktu yang banyak ditunjukkan sebagai pengaruh global. Pengembangan budaya dikembangkan
secara luas melalui kepentingan transnasional. Segala bentuk kesenangan ikut terlibat dalam
upaya pengembangan budaya ini. untuk menghadapi globalisasi budaya, sangat sulit bagi
masyarakat untuk melestarikan budaya lokal mereka sendiri yang menjadi keunikan wilayahnya,
namun globalisasi budaya ini merupakan komponen penting dalam pengembangan
masyarakat wilayahnya sendiri. Upaya pengembangan kebudayaan diarahkan melalui
kebijakan :

1. Mengembangkan budaya kritis masyarakat secara konstruktif sehingga dapat


menumbuhkan kontrol sosial yang produktif
2. Mempercepat sosialisasi dan kulturisasi etika kehidupan berbangsa

7
3. Mengembangkan minat baca masyarakat dan mempercepat tumbuhnya budaya
kewirausahaan yang bersifat progresif dan berorientasi pada ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek)
4. Mengembangkan dan memperkuat jati diri bangsa, pengelolaan

keragaman budaya, dan pengembangan berbagai wujud ikatan


kebangsaan.

2.1.7. Komunikasi Antar Budaya

Pengertian Komunikasi Antar Budaya adalah pada dasarnya kebudayaan yang dianut oleh
suatu kelompok masyarakat itu sangat unik. Bahasa, cara makan, cara berpakaian, cara bersopan
santun, standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari komunitas lain.
Perbedaan itu memang tampak kontradiksi, namun kenyataan sejarah menunjukkan adanya
sharing of culture yang dapat saling menerima dan mengerti perbedaan itu (Purwasito,
2003:224).

 Tujuan Komunikasi Antar Budaya


Secara umum sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk menyatakan
identitas sosial dan menjembati perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru,
mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar
menapatkan hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat
mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia.
Berbagai pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia
makin berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman
terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antarbudaya sering kali
timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara efektif
dalam berkomunikasi antarbudaya (Liliweri, 2004:254).

2.1.8. Kelompok Sosial


Kelompok Sosial merupakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi.Kelompok Sosial dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
sosial yang terdiri dari dua individu atau lebih untuk saling berinteraksi. Adanya Kelompok
Sosial terbentuk pertemuan antar individu yang kemudian berinteraksi untuk mencapai sebuah
tujuan bersama.

 Macam-macam Kelompok Sosial


Menurut Roberty Bierstedt kelompok sosial memiliki beberapa jenis yang dibedakan
berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok dan kesadaran jenis, yaitu
1. Kelompok Statistik yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memilik hubungan
sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contohnya kelompok penduduk usia 10-15 tahun
di sebuah kecamatan.

8
2. Kelompok Kemasyarakatan yaitu yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai
organisasi dan hubungan sosial diantara anggotanya.
3. Kelompok Sosial yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi.
Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
4. Kelompok Asosiasi yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan
ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

2.1.9 Hubungan Ilmu Sosial dan Budaya Dengan Keperawatan

Perawat diharapkan harus ramah, baik, bertabiat halus/lembut, jujur, dapat dipercaya,
cerdas, cakap, terampil, dan mempunyai tanggung jawab moral yang baik. Perawat harus
berperilaku yang dapat dihargai oleh orang lain, menyadari bahwa dirinya adalah perawat, yang
perilakunya dapat mempengaruhi pasien, teman, keluarga dan masyarakat.
Hubungan sosial perawat untuk mengembangkan persaudaraan penting dalam tanggung
jawab social. Hubungan masyarakat di Indonesia menganut kebiasaan timur, saling menghormati
terutama kepada yang lebih tua, baik dalam usia, pengalaman, pendidikan, maupun dalam
kedudukan.
Bagi perawat yang lebih mudah, menghargai orang yang lebih tua atau yang mempunyai
posisi yang lebih tinggi dengan sopan santun mendahulukan mereka untuk lewat atau memberi
tempat duduk yang lebih depan serta memberi kesempatan untuk mereka berbicara lebih dulu.

 Nilai-nilai sosial budaya dan pengaruhnya terhadap perilaku sehat sakit

Menurut WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik
jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya
tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat di pahami dalam konteks pengertian yang lain. Masalah sehat
sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosial budaya.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya. Hal ini karena

9
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.

 Faktor Pendukung Dan Penghambat Pada Budaya Terkait Kesehatan

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan
masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah
perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. (Imelda,H.2016)
Menurut (Public Health Agency of Canada, 2010) yaitu:
1. Social factors, seperti jaringan yang mendukung pendidikan dan sosial, yang
memungkinkan dan mendukung pilihan yang sehat dan gaya hidup, serta orang-orang
yang berpengetahuan, niat, perilaku dan keterampilan dalam menghadapi hidup dengan
cara yang sehat, adalah pengaruh utama pada kesehatan.
2. Economic factors, seperti tingkat pendapatan dan status pekerjaan, yang penting faktor-
faktor penentu kesehatan.Kelompok berpenghasilan tinggi adalah kelompok yang
memiliki akses lebih baik untuk pelayanan kesehatan yang berkualitas. Orang yang
memiliki kontrol atas situasi pekerjaan dan sedikit stress berhubungan dengan hidup lebih
lama daripada mereka yang bekerja lebih stres atau berisiko.

2.2 Agama, Budaya dalam Keperawatan


Menelusuri kebutuhan budaya dan religius yang unik dari pasien bisa menjadi tantangan
bagi perawat. Perawat dapat secara tidak sengaja menyinggung perasaan pasien atau keluarga
mereka dengan tidak mengetahui tentang praktik suatu budaya yang penting atau perawat dapat
menyaksikan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan pribadinya. Aktivitas sehari-hari
pasien dalam budaya tertentu membutuhkan orientasi waktu, kontak mata, sentuhan,
pengambilan keputusan, pujian, kepercayaan, praktik perawatan kesehatan, ruang pribadi,
kerendahan hati, dan komunikasi nonverbal yang bervariasi antar budaya, sub-budaya dan
agama.
Kecenderungan kesehatan saat ini condong ke arah yang lebih inklusif dari preferensi
pribadi dan budaya. Hal ini menuntut tanggapan yang luas dan terbuka dari perawat. Apa yang
bisa perawat lakukan untuk memfasilitasi kecenderungan ini, yakni bias dengan menghormati
pilihan dan keyakinan individu, bahkakn ketika perawat tidak sepenuhnya menyadarinya.
Dengan menggabungkan tiga praktik berikut, perawat diharapkan dapat membuat interaksi
dengan pasien menjadi lebih mudah dan lebih berhasil.
1. Kesadaran Diri (Awareness)

Salah satu elemen terpenting yang ditekankan dalam melakukan perawatan


berbasis budaya adalah mengidentifikasi keyakinan dan budaya perawat sendiri sebelum
meawat orang lain. Menurut Culture Advantage, sebuah organisasi yang dibentuk untuk

10
membantu individu mengembangkan kesadaran lintas budaya dan kemampuan
komunikasi, perawat diharapkan menyadarinya dengan mengidentifikasi budaya mereka
sendiri untuk mengendalikan pribadi mereka yang bisa mengganggu hubungan
terapeutik. Kesadaran diri tersebut tidak hanya melibatkan memeriksa budaya seseorang,
tapi juga memeriksa asumsi tentang budaya klien. Mengembangkan kesadaran diri ini
dapat mengurangi bias perawat atau kepercayaan yang dipaksakan secara budaya. Hal ini
juga dapat menjelaskan penindasan, rasisme, diskriminasi, stereotip, dan bagaimana hal
ini mempengaruhi perawat secara pribadi serta pekerjaan mereka.
Sebagai contoh, seorang perawat mungkin mengetahui bahwa pasien
berpartisipasi dalam pengobatan tradisional, yang menggabungkan ritual penyembuhan
yang tidak biasa atau mempromosikan konsumsi berbagai ramuan nabati berdasarkan
campuran dan diresepkan oleh penyembuh. Tanpa memeriksa keyakinannya sendiri,
perawat mungkin menilai praktik tersebut sebagai tipuan primitif atau ilmiah tanpa
memiliki petunjuk tentang makna budaya atau simbolis. Sementara itu, pada hari
berikutnya, perawat dapat pergi kesebuah layanan gereja yang mengenakan sebuah salib
dilehernya, dimana dia melafalkan liturgi ke seorang pria yang mengenakan jubah dan
mengonsumsi sedikit kue dan anggur dan menyebutnya “tubuh dan darah
penyelamatnya”. Bagi orang lain, hal ini bisa tampak primitive, takhayul atau bahkan
palsu. Namun bagi pasien, bisa jadi ritual ini kaya dengan makna dan bahkan
penyembuhan.
2. Penerimaan (Acceptance)

Dokter yang berpengalaman mungkin akan mngatakan kepada pasiennya bahwa


kunci penyembuhan adalah mencintai dan menerima diri sendiri. Hal ini mengindikasi
bahwa penerimaan menjadi alat yang ampuh, tapi hal ini menuntut solidaritas antara
perawat dan pasien. Bagaimana pasien bisa mencintai dan menerima diri mereka sendiri
dengan cara yang mendorong penyembuhan, jika perawat tidak bersedia mendorong
adanya penerimaan dalam segudang masalah dan kerumitan yang dihadapi pasien.
Melalui tindakan penerimaan yang sederhana, perawat bisa menjadi agen penyembuhan,
terlepas dari apakah mereka menyadarinya atau tidak.
Inilah premis dari teori keperawatan Margaret Newman, “Health as Expanding
Consciousness” dimana melalui kehadiran dan penerimaan perawat, pasien menjadi
diberdayakan selama masa paksaan atau kekacauan pribadi untuk membuat perubahan
yang mendorong harapan, kesejahteraan dan semakin mendorong tingkah kesehatan ke
arah yang lebih baik. Dengan kata lain, penyembuhan memiliki implikasi yang berarti
yang melampaui definisi model medis saat ini sebagai “tidak adanya penyakit”. Karena
pasien dapat mengartikulasikan kejadian kehidupan yang bermakna dan untuk didengar
tanpa penghakiman, dia menjadi lebih sadar atau “terbuka” terhadap pola yang telah
menghambat kemajuan kesehatan, dank arena itu dapat memilih perilaku
transformasional dengan dukungan perawat yang terus berlanjut.
3. Bertanya (Asking)

11
Perawat tidak bisa selalu dituntut untuk menyadari dan mempraktikan kepekaan
budaya setiap saat, karena kebanyakan agama dan budaya telah berkembang selama
beabad-abad dan penuh dengan praktik yang membawa makna simbolis. Bila ragu, cara
terbaik untuk memberikan perawatan sensitif kepada pasien dengan beragam budaya
adalah dengan bertanya.
Saat perawat memulai perawatan (pengkajian), perawat sebaiknya menanyakan
apakah ada praktik budaya, agama, atau keyakinan yang perlu diketahui untuk
menghormati dan mendukung kebutuhan mereka. Banyak dari mereka terbiasa tinggal di
luar subkultur mreka sendiri di dalam budaya yang lebih besar dan mereka mungkin akan
tahu dengan pengalaman bagaimana memberitahukan perawat dalam perawatan mereka.
Jika mereka tidak yakin atau tidak menyadari kebutuhan unik mereka di lingkungan
perawatan kesehatan, perawat perlu meyakinkan pasien bahwa mereka bersedia
menyesuaikan perawatan berdasarkan nilai mereka jika mereka menyadari adanya
masalah. Perawat perlu mendorong pasien untuk mengkomunikasikan kebutuhan
tersebut.
Kecenderungan dalam perawatan kesehatan adalah untuk memungkinkan lebih banyak
kebebasan dalam pilihan dan keterlibatan pasien, serta kemampuan untuk menjalankan praktik
normal mereka sebanyak mungkin. Perawatan budaya yang sensitif bukan hanya fenomena yang
terjadi saat sesekali bertemu orang asing di rumah sakit atau memberikan perawatan kepada
seseorang dari agama yang bebeda. Ini adalah hasil dari kesadaran bahwa setiap orang termasuk
dalam subkultur unik berdasarkan kepercayaan dan praktik, pertimbangan danruang yang penuh
perhatian yang diberikan setiap pasien. Perawat yan teliti dapat menegaskan, menghadapi, dan
memelihara semua pasien melalui kesadaran, penerimaan dan permintaan yang disengaja.
Sebagian besar perawat telah dididik dalam model medis barat dengan penekanan pada
penyebab biofisik penyakit dan perawatan ilmiah terkait penyakit tersebut. Model ini bianya
memperkuat nilai dan kepercayaan religius yang dimiliki oleh perawat sebelumnya. Sikap
perawat sering tidak disadari tapi bisa
mempengaruhi cara pandang perawat terhadap dunia dan berhubungan dengan orang lain.
Sensitivitas dalam perawatan kesehatan mencakup kesadaran akan identitas religius
seseorang dan pengakuan akan integritas dan nilai agama lain, betapapun membingungkannya
kejadian tersebut. Dengan memeriksa sejarah dan kepercayaan mereka sendiri, perawat biasanya
dapat memvisualisasikan pasien secara lebih jelas sebagai individu dan bukan sebagai stereotip
religius.
Perawat perlu menghargai dan menghormati pasien sebagai individu. Sejauh
dimungkinkan dalam batas-batas fasilitas medis untuk pasien, perawat harus mendukung dan
membantu individu tersebut dalam memelihara praktik keagamaan tradisional yang penting bagi
orang tersebut. Riwayat kesehatan keperawatan, yang menyediakan panduan sistematis untuk
mendapatkan informasi, biasanya diperoleh dari masing-masing pasien. Ini digunakan sejauh
mungkin untuk merencanakan dan memodifikasi perawatan agar sesuai dengan pola dan

12
preferensi hidup pasien yang biasa mengenal praktik keagamaan. Beberapa layanan kesehatan
memasukkan profil budaya dalam riwayat kesehatan perawatan.
Asumsi stereotip tentang gaya hidup dan preferensi seseorang tidak dapt diandalkan
karena variasi antar seseorang dan orang lainnya bisa jauh berbeda. Mengajukan pertanyaan
tentang preferensi individu, seringkali membantu memberi alasan mengapa perawat memerlukan
informasi tersebut. Perawat mungkin bertanya tentang preferensi makanan yang mungkin
dibutuhkan ahli diet, seperti diet vegan; mempersiapkan pakaian yang nyaman bagi pasien untuk
pemeriksaan kesehatan; kebutuhan pasien yang ingin dirawat oleh perawat dengan jenis kelamin
sama; atau alas an penolakan pada beberapa aspek perawatan karena dikhawatirkan akan
menggangu jalannya ibadah.
Perawat harus memberikan perawatan dan dukungan yang kompeten kepada pasien
dengan :
1. Menunjukkan penghormatan terhadap perbedaan agama
2. Menunjukkan penghormatan untuk nilai-nilai individualitas setiap orang.
3. Menjaga pikiran tetap terbuka (open-minded)
4. Tidak membuat asumsi-asumsi
5. Selalu menghargai pendapat pasien.
Masing-masing agama emiliki sejarah unik tersendiri. Agama juga memliki praktik
sendiri untuk kehidupan sehari-hari berdasarkan tradisi, kepercayaan, nilai dan peraturan.
Tidak semua praktik keagamaan ini berlaku untuk asuhan keperawatan rawat inap,
walaupun penting dalam kehidupan normal. Beberapa contoh dari beberapa praktik yang
tidak dapat diterapkan dapat mencakup baptisan orang dewasa dengan pencelupan;
muazin memanggil umat muslim untuk bribadah; atau praktik khusus di tempat
pemujaan.
Johnston (1990) menjelaskan kadang-kadang pemimpin agama yang tepat dapat
membantu perawatan kesehatan dengan membebaskan pasien dari tugas keagamaan
(seperti puasa) selama masa pengobatan. Pasien harus diberi pilihan mengenai beberapa
perawatan melalui informed consent tanpa tekanan dari perawat agar sesuai dengan
keinginannya. Seringkali keputusan etis melibatkan keyakinan religius pasien. Seorang
pemmimpin agama mungkin akan sangat membanttu dalam pengambilan keputusan
tersebut.
Dalam kebanyakan situasi, pemuka agama dapat membantu dalam menghubungi
perwakilan keagamaan yang sesuai. Pemuka agama sering dapat memberikan
kenyamanan dan dukungan kepada pasien yang sakit atau untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan konflik antara praktik keagamaan dan asuhan keperawatan. Ada
berbagai praktik antara anggota dengan keyakinan yang sama, keluarga yang sama,
generasi yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda.
Berikut ini adalah praktik paling umum yang mempengaruhi asuhan keperawatan
rawat inap di fasilitas perawatan kesehatan :
1. Hari-Hari Suci

13
Beberapa agama menyisihkan satu hari setiap minggu sebagai hari suci, dimana
pada hari tersebut ada ibadah-ibadah tertentu yang harus dilakukan. Hari suci bisa setiap
Sabtu malam sampai Minggu malam dalam agama Kristen atau Jumat sore sampai Sabtu
sore dalam agama Yahudi. Sebagian besar agama memiliki hari-hari suci yang istimewa
sepanjang tahun, seperti Ramadhan pada agama Islam, Paskah pada Yahudi atau Natal
bagi umat Kristen/Katolik. Mengetahui kapan hari-hari suci pasien dapat membantu
dalam menghindari konflik dalam menyelesaikan perawatan yang harus dijalani pasien.
2. Diet Tertentu

Banyak kelompok agama memiliki peraturan dan batasa diet yang spesifik,
biasanya berdasarkan alas an religius atau untuk melindungi kesehatan, seperti aturan
kosher Yahudi, peraturan halal Islam, atau diet vegetarian dari banyak agama.
Vegetarisme mencakup vegetarianisme total: pola makan vegan yang hanya makan dari
tumbuh-tumbuhan; lakto-vegetrianisme yang menambahkan produk susu; lacto-ovo-
vegetarianisme yang menambahkakn produk susu dan telur; dan semi-vegetarian yang
mencakup produk susu, telur, unggas dan ikan dalam jumlah terbatas.
Orang bisa menjadi sangat kecewa saat diberikan diet yang salah.
Menghilangkakn menu makanan yang menyinggung batasan agama mungkin bisa jadi
cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan ini. Namun, pasien mungkin
mempertimbangkan makanan lain dalam menu yang terkontaminasi dengan makanan
yang dilarang. Dalam beberapa budaya, keluarga memasok semua makanan untuk
mereka yang berada di fasilitas perawatan kesehatan.
Banyak agama melarang makanan terntentu, memiliki persyaratan ketat tentang
bagaimana makanan harus dipersiapkan dan memiliki praktik diet khusus yang harus
diperhatikan. Mengikuti panduan ini membantu pengikut agama-agam ini merasa yakin
bahwa mereka makan apa yang terbaik untuk kesehatan fisik, mental dan spiritual
mereka.
Sebagai penyedia layanan kesehatan yang kompeten, perawat harus tidak hanya
memperhatikan perintah diet religious pasien namun bekerja sangat keras untuk
mengakomodasi mereka. Tantanganbagi perawat sebagai pengasuh dan pendukung
pasien adalah bahwa dibanyak fasilitas perawatan kesehatan dengan kebijakan yang
kaku, upaya untuk memenuhi kebutuhan diet khusus ini mungkin memerlukan sentuhan
kreatif dan upaya tim untuk mewujudkannya.
Makan makanan bukan hanya kebutuhan hidup tapi juga praktik yang
menyenangkan dan sosial yang setiap orang harapkan untuk untuk dinikmati. Makan
selama sakit perlu menjadi pengalaman yang sangat positif untuk semua pasien.
Olehkarena itu organisasi perawatan kesehatan harus menyesuaikan kebijakan mereka
yang sering kali tidak fleksibel agar lebih berorientasi pada orang daripada berorientasi
pada sistem. Misalnya, beberapa rumah sakit mulai memikirkan kembali pendekatan
mereka terhadap layanan makanan dari umat muslim di Negara-negara dengan mayoritas
nonmuslim.

14
Anggota beberapa agama menggunakan tangan kanan mereka untuk makan dan
tangan kirinya untuk tujuan lain. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan jika lengan kanan
dimobilisasi untuk perawatan , yaitu terapi intravena .dalam banyak situasi, perwakilan
agama dan iman pasien mungkin dapat membantu menyelesaikan masalah diet, mungkin
dengan mengurangi kewajiban ibadah pasien selama masa rawat inap atau masa
perawatan.
Umat muslim hanya percaya pada satu tuhan (ALLAH) pencipta dan pemelihara
semua makhluk dan alam semesta, yang menentukan cara hidup orang muslim.
Mengikuti ajaran islam dan mematuhi ajaraj-ajarannya sebagaimana tercantum dalam
ktab suci alquran, adalah hal yang paling prnting dalam kehidupan seorang muslim dan
menuntut kepatuhan terhadap praktik wajib yang mungkin tidak mentoleransi
pelanggaran. Orang-orang muslim percaya bahwa cara terbaik untuk mempertahankan
kesehatan mental,fisik, dan spiritual mereka adalah mematuhi ajaran islam dan peraturan
Allah swt melalui latihan dan moderasi dalam semua aspek kehidupan.
Islam melarang Muslim untuk mrngkonsumsi bahan makanan tertentu dan memiliki
beberapa aturan khusus dalam makan dan mempersiapkan makana,yaitu sebagai berikut :
1. Alcohol, minuman beralkohol sepertianggur dan minuman keras, serta makanan yang
mengandung alcohol. Islam melarang penggunaan zat memabukkan apapun, entah dalam
bentuk makanan,minuman atau rokok. Muslim percaya bahwa menjaga kesehatan yang
merupakan pemberian Allah swt membutuhkan penguasaan penuh atas pikiran, tunuh,
dan jiwa setiap saat.
2. Babi atau produk daging babi,seperti lemak babi,ham dan pepperoni. Ini etrmasuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung barang-barang ini dalam konsentrasi atau
jumlah apapun. Oleh karena itu semua makanan yang mengandung lemak hewan
dilarang, karena bahan makanan yang mengandung lemak babi. Islam memperbolehkan
umatnya makan makanan yang mengandung lemak sayur.
3. Darah , daging mentah hrus direndam dalam air untuk mengalirkan darah sebelum
dimasak. Orang-orang muslim diizinkan hanya makan daging yang dimasak dengan baik
dimana tidak ada sisa darah yang dapat ditemukan stelah dimasak.
4. Islam juga melarang memasak makanan tau minuman dari panic,piring, cangkir atau
peralatan meja meja yang digunakan untuk meyiapkan makanan yang mengandung
daging babi atau alcohol. Benda-benda tersebut tidak bisa digunakan untuk menyiapkan
atau menyajikan makanan bagi umat Islam sampai mereka benar-benar dicuci.
5. Hewan dan unggas harus disembelih dengan memotong arteri leher dan pembuluh darah
sehingga menyebabkan kematian seketika dan mengurangi penderitaan hewan. Nama
Allah harus disebutkan saat pembantaian hewan untuk memberkati dan membuatnya
halal untuk dimakan.
6. Islam juga menekankan tindakan higienis tertentu seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan dan sesering mungkin membersihkan gigi serta menjaga kebersihan
mulut.

15
Di zaman modern sekarang ini, sangat menarik untuk dicatat bahwa banyak tradisi diet
Islam yang berasal dari 1.400 tahun yang lalu telah dikonfirmasi oleh bukti ilmiah modern yang
memiliki efek sehat pada tubuh manusia. Misalnya larangan makan daging babi dalam hukum
makanan Muslim mengandung beberapa fakta :
a. Lemak babi adalah jenis lemak paling jenuh dari semua hewan dan dapat meningkatkan
resiko penyakit kolesterol dan kardiovaskular tinggi.
b. Dagiing asin dapat menyebabkan risiko tambahan bagi ginjal, jantung dan pasien
hipertensi.
c. Babi adalah pemakan segala, termasuk kotorannya sendiri. Hal ini membuat tubuh
mereka menjadi tuan rumah yang ideal untuk beberapa mikroorganisme yang diketahui
berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi secara teratur.

Selain itu, banyak makanan yang telah lama menjadi bahan makanan tradisional Timur
tengah diakui saat ini karena khasiat penyembuhannya, terutama di bidang pengobatan alternatif
dan jamu. Berikut ini adalah beberapa contohnya :
a. Madu adalah obat alami untuk kondisi seperti batuk, sakit maag dan bisul kulit. Banyak
obat batuk yang dijual saat ini memasukkan madu sebagai bahan ramuannya.
b. Minyak zaitun murni (belum diolah) dikutip dalam Alquran/Alkitab sebagai makanan
suci. Minya zaitun membantu melarutkan kolesterol jahat ke dalam tubuh manusia dan
juga merupakan pengobatan topical yang sangat baik untuk kondisi kulit seperti
kekeringan dan eksim parah.
c. Bibit jintan hitam (juga dikenal dengan nigella digunakan sebagai ramuan obat oleh orang
mesir. Mesir kuno dan orang yunani. Saat ini praktisi obat-obatan alternative seperti obat
ayurveda melanjutkan tradisi itu. Jintan hitam digunakan untuk meningkatkan
metabolism dan bahwa ekstrak dari jintan hitam memilikiefek dalam memeperlambat
pertumbuhan jenis kanker tertentu.
d. Kurma , yang memiliki kadar gula dan proteinalami tinggi merupakan makanan sehat
yang dianjurkan sebagai menu berbuka puasa bagi umat muslim. Bagi wanita hamil maka
kurma dapat memperkuat kontrksi uterus prapersalinan dan selama persalinan serta
membantu mencegah perdarahan postpartum. Menurut alquran , allah meminta maryam
untuk mengguncang pohon kurma dan memakannya untuk mempermudah proses
persalinannya . umat muslim denagan patuh mengikuti ajaran ini
e. Bawang putih dan bawang merupakan bahan makanan pencegah yang sangat kuno untuk
kondisi seperti infeksi penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Makanan ini mengandung
bahan kimia kuat yang bisamemantu menurunkan kolesterol,menurunkan tekanan
darah,menyerang bakteri penyebab infeksi dan bahkan mengurangi resiko terkena
kanker tertentu jika dimakan secara teratur.

3. Puasa

16
Puasa adalah praktik umum dibanyak agama untuk menunjukan devosi kepada
tuhan. Jika pasien biasanya berpuasa,perawat perlu mengetahui kapan dan berapa lama
secara bentuk puasa yang dibutuhkan. Puasa dapat berarti bahwa tidak ada makanan atau
minuman yang melewati mulut untuk waktu yang ditentukan , sepertidari matahari terbit
sampai terbenam , makan satu kali sehari, berpantang dari satu makanan,atau hanya
mengonsumsi cairan. Ini bisa berpengaruh pada pemberian obat-obatan ,nutrisi pasien dan
terapi yang sedang berlangsung atau yang diusulkan. Dalam banyak situasi , pemuka agama
mungkin dengan membebaskan pasien dari tugas keagamaan selama masa rawat inap atau
masa perawatan.

4. Proses Peribadatan
Hampir semua agama mewajibkan umatnya untuk beribadah dengan cara tertentu. Ibadah
biasa dilakukan dengan senyap (berdoa dalam hati), nyaring/dilafalkan atau dalam bentuk
nyanyian. Orang mungin duduk, berlutut, berdiri, bersujud atau menghadap kea rah
tertentu. Ibadah mungkin bersifat tradisional atau individual. Ibadah mungkin bisa
dilakukan bersama orang lain atau sendirian. Beberapa agama menggunakan tasbih atau
tali yang diikat. Meditasi bagi agama tertentu juga merupakan bentuk ibadah. Mencuci
beberapa bagian tubuh sebelum ibadah juga diwajibkan beberapa agama. Umat agama
tertentu juga mengucapkan doa khusus sebelum dan/atau sesudah makan. Bila agama
menentukan waktu tertentu dalam sehari untuk beribadah, kepekaan diperlukan dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Perawat harus menghargai privasi di tempat yang
sepi, terutama oleh merekan yang menginginkan doa kelompok, nyanyian, atau bernyanyi
bersama anggota keluarga.

5. Busana/Kesopanan

Busana biasanya bukanlah factor yang diperhatikan oleh pasien rawat inap. Namun,
beberapa anggota beberapa agama mengenakan pakaian tertentu setiap saat sebagai bagian dari
praktik keagamaan mereka, seperti penutup kepala atau pakaian dalam tertetu. Mungkin ada
anggota agama tertentu yang menganggap pakaian rumah sakit tidak sopan dan tidak senonoh
karena kakinya tidak terutup. Pasien mungkin ingin memakai celana panjang mereka sendiri.
Yang lainnya mungkin akan tersinggung jika perawat lawan jenis ditugaskan untuk melakukan
perawatan tertentu. Mendapatkan perawatandari perawat dengan jenis kelamin sama adala wajib
bagi anggota agama tertentu.

6. Pengunjung
Dalam beberapa budaya, anggota keluarga selalu hadir di sisi temapt tidur orang
sakit. Jam kunjungan yang terbatas dari banyak fasilitas perawatan kesehatan harus
dijelaskan kepada pengunjung karena dapat membingungkan baik bagi pasien maupun
keluarga. Pasien mungkin merasa kesepian krena ketidakhadiran keluarga di rumah sakit.
Pasien dan/atau keluarga mereka mungkin mengharapkan pemuka agama berkunjung
untuk dukungan dan doa atau untuk melakukan sakramen yang diminta. Fasilitas pendeta.

17
Biasanya bisa membuat pengaturan yang diperlukan “ banyak pasien yang sakit tampaknya
merasa perlu untuk memahami kehidupan mereka dan alasan untuk masalah mereka. Hal ini
sering menghasilkan refleksi pribadi tentang makan didunia mereka penasihat spiritual
mereka sering dapat membantu dalam pencarian ini.”( Johnston 1990)

7. Kitab suci
Kita suci diperlakukan dengan hormat oleh anggota semua agama. Beberapa di
antaranya diberikan tempat khusus dirumah,dibungkus sutra dan hanya boleh disentuh
setelah tangan dicuci. Beberapa pasien biasanya membawa kitab suci mereka ketika
mendapatkan perawatan dan penting bagi perawat untuk menghargai perasaan pasien serta
membereskan kitab tersebut dengan hati-hati dan dengan persetujuan pasien.

8. Simbol agama
Symbol religious dan benda0benda suci memiliki arti pentoign bagi beberapa anggota
agama,seperti salib yang dipakai oleh katolik roma atau gelang baja yang dikenakanoleh
seikh. Symbol ini harus diperlakukan denga hormat dan hanya dilpeaskan dengan alasan
rasional dan hanya dengan persetujuan pasien. Johnston 1990 menjelaskan dalam sistem
kesehatan symbol-simbol agama mungkin memilki dampak yang besar untuk pasien ketika
menerima terapi.kehilangan rambut dari kemoterapi dapat merusak citra diri seseorang.
Rambut memilki makna re,ligius untuk Sikhs sehingga dia akan menolak pengobatan karena
khawatir akan mengurangi tingkat religiusnya.

9. Pemimpim agama
Sebagian besar agama memilki pemimpin untuk beribadah , mengajar atau menasehati
seperti imam,uzstad,pendeta dan biksu. Beberapa kelompok agama memiliki orang yang
secara khusus ditunjuk untuk mengunjungi orang-orang yang sedang sakit. Ataspermintaan
pasien, keluarga atau fasilitas uztad,pemimpin agama setempat atau anggota kelompok
agama biasanya akan mengunjungi pasien yang sakit tersebut untuk memberikan
penghiburan, dukungan atau doa. Dalam kelompok-kelompok dimasa sakramen
dilakukan,pemimpin agama biasanya akan hadir atas permintaan pasien. Bila
memungkinkan , disarankan karena ada perwakilan kelompok religious pasien tertentu
dihubungi karena ada perbedaan antara majelis atau jemaat dari agama yang sama.
10. Sakramen
Sakramen adalah ritual keagamaan yang merupakan konsekrasi atau janji dengan
makna suci atau khusus. Beberapa agama tidak memiliki dan beberapa lainnya memiliki
ritual ini. Agama menawarkan berbagai tingkat dukungan dan kenyamanan kepada pasien
yang sakit, dan beberapa rituall sacral menawarkan kenyamanan dan kedamaian tersendiri.
Seorang perwakilan agama dari iman keluarga akan memberikan sakramen atas permintaan
pasien/keluarganya.
11. pembacaan Doa-Doa

18
Beberapa agama memiliki ritual khusus yang dilakukan untuk member penghiburan
dan ketengangan bagi pasien dan keluarga yang sakit parah. Ritual itu bisa terdiri dari
membaca kitab Gatha atau Alkitab, urapan orang sakit, pembacaan ayat Alquran atau
nyanyian pujian. Ketika kondisi pasien semakin parah dan kemungkinkan tidak tertolong,
pasien dan keluarga harus ditanya adakah prosedur khusus pada saat kematian. Karena
naggota beberaa agama leboh memilih bahwa anggota keuarga atau kelompok yang ditunjuk
menyiapkan mayat untuk dikuburkan atau dikremasi, petugas keperawatan hanya mencakup
tubuh tanpa menyentuhnya. Dalam beberapa kasus, staf harus memakai sarung tangan untuk
menangani tubuh pasien. Dalam semua kasus, symbol atau benda religius harus diperlukan
dengan hormat dan dipelihara dengan tubuh dan semua benda asing harus dilepaskan.

2.3 konsep keperawatan transkultural

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya adalah pikiran, akal budi, adat
istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sulit diubah. Sementara
itu, istilah transkultural mengandung arti lintas budaya dimana budaya yang satu dapat
mempengaruhi budaya yang lain. Budaya merupakan salah satu perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial.
Pola kehidupan yang berlangsung lama, diulang terus menerus merupakan
internalisasi dari nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter pola piker, pola
interaksi perilaku yang memiliki pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan.
Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah transcultural
Nursing Theory (Leininger, 1978). Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Dasar teori ini adalah pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan penting memerhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien oleh perawat, agar tidak terjadi cultural
shock. Cultural Shock akan dialami klien ketika perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini menyebabkan munculnya rasa
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi seperti pada kasus nyeri.
Menurut Leininger (2002), transkultural keperawatan adalah suatu area/wilayah
keilmuwan budaya pada belajar dan praktik keperawatan yang focus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (harmoko dan Riyadi, 2016).
Keperawatan transkultural merupakan area baru yang dalam keperawatan yang
menekankan pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan. Aplikasi teori dalam
keperawatan transkultural mengharapkan adanya kesadaran atau apresiasi terhadap
perbedaan budaya. Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan
keperawatan yang menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan dengan
menghargai nilai budaya individu. Oleh karena itu, diharapkan perawat memiliki

19
pengetahuan dan praktik yang berdasarkan budaya secara konsep maupun dalam praktik
keperawatan.
Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku peduli.
Tindakan peduli dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku
peduli semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai kala manusia itu meninggal. Bentuk kepedulian
orang-orang di sekitar pasien atau klien baik perawat yang bertugas, keluarga dan
masyarakat di seitar dapat mengembalikan semangat sembuh. Kesehatan fisik selalu
berkolerasi dengan kondisi manusia sebagai makhluk psikologis.

20
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Social budaya terhadap Keperawatan adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya dan menerapakan pelayanan
keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya tanpa merugikan kesehatan atau melanggar
prosedur asuhan keperawatan.
Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman
yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu
pemahamaan tentamg peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

III.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Pengendalian Infeksi Dasar

dan Self Protection. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa

keperawatan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena

itu, kritik atau saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami

selanjutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Murdiyanti Prihatin Putri,M.kep., Ns.,Sp.Kep.M.B. Keperawatan Transkultural
(pengetahuan dan praktik berdasarkan budaya). Yogyakarta : Pustaka Baru Press

22

Anda mungkin juga menyukai