Anda di halaman 1dari 7

HUKUM HAK ASASI MANUSIA

(Dr. Lalu Husni, SH., M.Hum.)

Disusun Oleh,

1. Muhammad Taufan (2004010008)


2. Aprizal Wijaya (2004010006)
3. Neni Suantika (2004010004)
4. Lalu Febriyan Wahyu Haikal (2004010003)

S1 HUKUM

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS BUMIGORA

MATARAM

2021
BAB I

PENDAHULUAN

 Pengertian, Fungsi, dan Sumber Hukum


1. Pengertian Hukum

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari hukum, Cicero pernah


menulis "ubi societas ibi ius" artinya dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
Dalam sejarah peradaban manusia, hukum telah menunjukkan peranannya dalam
menjaga keteraturan dan ketertiban hidup manusia melalui instrumen hukum
yakni ketertiban, keadilan dan kepastian.

Unsur pertama adalah ketertiban. Dengan terwujudnya ketertiban, maka


berbagai keperluan hidup manusia akan tereapai. Kita tidak dapat
membayangkan jika dalam hidup ini tidak ada ketertiban, semua orang berbuat
sesuai dengan kehendaknya, sehingga hidup ini menjadi kacau balau. Dalam
mewujudkan ketertiban hukum, manusia harus berperilaku sesuai dengan norma
atau kaidah yang telah diatur dalam hukum.

Unsur kedua adalah keadilan. Keadilan (justice) merupakan bagian dari


sebuah nilai (value) yang bersifat abstrak sehingga memiliki banyak arti.
Persamaan (equality) merupakan unsur penting dari keadilan, persamaan
berurusan dengan hubungan antara dua manusia atau lebih, dimana perlakuan
yang tidak sama antara mereka akan menghasilkan ketidak-adilan. Konsepsi
tentang keadilan pada dasarnya merupakan nilai tertinggi di antara semua nilai
yang ada dalam hubungan antar manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia
mempunyai pandangan-pandangan tertentu mengenai yang baik dan buruk.
Pandangan tersebut terwujud dalam pasangan-pasangan tertentu, misalnya
pasangan antara nilai ketertiban dengan nilai ketenteraman, pasangan nilai
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Kedudukan nilai tersebut adalah
sederajat tetapi selalu bersitegang. Tugas hukum adalah mencapai suatu
keserasian dari kepastian hukum dan kesebandingan hukum.
Unsur berikut dari hukum adalah kepastian yakni bagaimana mewujudkan
hukum itu agar ditaati secara konsekuen sehingga bermanfaat dalam rangka
melindungi kepentingan manusia. Perlindungan terhadap warga negara memang
terletak pada negara, jika negara itu menganut prinsip Rechtstaat. Dalam konsep
ini, suatu negara dianggap menganut prinsip Rechtstaat, apabila dalam
penyelenggaraan negara itu dilakukan menurut hukum yang dituangkan dalam
konstitusi.

Hukum dapat diartikan sebagai aturan, kaidah, norma baik tertulis maupun
tidak tertulis yang mengatur kehidupan manusia agar berjalan tertib, damai dan
teratur yang apabila dilanggar dikenakan sanksi. Beberapa unsur dari pengertian
hukum yaitu:

1. Peraturan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang


2. Mengatur tata tertib kehidupan masyarakat
3. Agar terciptanya ketertiban, keteraturan, kedamaian
4. Apabila dilanggar ada sanksi yang tegas

2. Fungsi Hukum
Hukum dibuat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan kenegaraan
semata, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Para ahli
memberikan berbagai pandangan tentang fungsi hukum dalam masyarakat.
Hoebel misalnya merumuskan empat fungsi hukum dalam masyarakat, (1) untuk
menjelaskan hubungan diantara anggota masyarakat menjelaskan aktivitas yang
boleh dan dilarang oleh hukum, (2) untuk mengatur alokasi kekuasaan dan
penentu siapa yang boleh memaksakan secara fisik yang diakui oleh masyarakat,
termasuk pemilihan bentuk-bentuk sanksi fisik yang paling efektif untuk
mencapai tujuan sosial, (3) sebagai sarana penyelesaian kasus-kasus sengketa
yang timbul, (4) sebagai penjelas hubungan individu dan kelompok.
Fungsi hukum sebagaimana dikemukakan oleh Hoebel tersebut pada
dasarnya merupakan fungsi hukum sebagai sarana sosial kontrol yakni
mempertahankan pola-pola hubungan sosial dan norma-norma yang ada. Fungsi
hukum seperti itu menurut Selznick sebagai fungsi hukum yang bersifat
elementer, oleh karena hukum hanya diperankan sebatas untuk menjaga
ketenteraman, menyelesaikan sengketa, dan menindas pembangkangan. Fungsi
hukum yang demikian menurut Satjipto Rahardjo tidak cukup khususnya pada
masyarakat yang sedang membangun, karena hukum bergerak ke arah
perubahan-perubahan sesuai dengan harapan masyarakat.
Fungsi hukum sebagai sarana perubahan dikemukakan oleh Muchtar
Kusumaatmadja yaitu (1) pemerintah menginginkan dan bahkan mutlak
memerlukan keteraturan dan ketertiban dalam usaha pembangunan, dan (2)
hukum sebagai kaidah atau peraturan hukum bisa berfungsi sebagai alat
pengatur atau sarana penyelarasan kegiatan warga masyarakat kearah yang
dikehendaki oleh pembangunan atau pembaharuan.
Dalam teori hukum disebutkan bahwa fungsi hukum selain sebagai sarana
kontrol sosial (a tool of social control) juga sebagai sarana rekayasa sosial (a
tool of social engineering). Fungsi hukum sebagai alat pengendalian sosial
sebagai fungsi hukum untuk menetapkan tingkah laku mana yang dianggap
merupakan penyimpangan terhadap aturan hukum, dan apa sanksi atau tindakan
yang dilakukan oleh hukum jika terjadi penyimpangan tersebut. Sedangkan
fungsi hukum yang kedua sebagai sarana rekayasa sosial adalah untuk
mengubah masyarakat sesuai dengan yang dikehendaki oleh hukum itu sendiri.
Pada masyarakat yang sedang berkembang misalnya seperti Indonesia
perkembangan hukum itu terjadi karena dua hal. Pertama, hukum berkembang
karena masyarakatnya mengalami perubahan. Dihapuskan atau digantinya
produk hukum kolonial karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan bangsa
Indonesia yang sudah merdeka. Kedua, sebagai negara yang sedang berkembang
Indonesia membutuhkan hukum sebagai sarana untuk melakukan perubahan
dalam masyarakat. Dalam hal ni terjadi perkembangan hukum dari sarana
kontrol sosial menjadi hukum sebagai sarana perubahan dalam masyarakat.

3. Sumber Hukum
Sumber hukum dapat dibedakan atas (1) sumber hukum formal yakni
sumber hukum yang dirumuskan dalam suatu bentuk. Karena bentuknya itu
hukum itu berlaku umum, mengikat, dan ditaati. (2) sumber hukum dalam arti
materiil yakni sumber hukum yang menentukan isi hukum itu. Misalnya di
Indonesia Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber
hukum materiil. Sedangkan bentuk-bentuk sumber hukum dalam artian formal
di Indonesia adalah:
a. Undang-undang (statute)
b. Kebiasaan (costum)
c. Keputusan hakim (jurisprudence)
d. Traktat (treaty)
e. Pendapat ahli hukum (doktrin)

 Pengertian HAM
Secara harfiah hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia,
bersifat universal dan langgeng oleh karena itu harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) memberikan pengertian Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi oleh Negara, hukum pemerintah dan setiap orang, demi
penghormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari berbagai
konsep dapat ditarik beberapa unsur pengertian HAM yakni sebagai berikut:
a. hak dasar yang melekat secara kodrati pada keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa
b. hak tersebut merupakan anugrah-Nya
c. bersifat universal dan langgeng
d. wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara
e. untuk mempertahankan martabat dan nilai kemanusiaan

Berdasarkan unsur-unsur konsep HAM di atas, jelaslah bahwa HAM dalam


perspektif Indonesia selain bersifat humanis yakni melekat pada kodrat dan martabat
manusia juga berketuhanan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Disinilah letak
perbedaannya dengan konsep HAM Barat yang hanya humanis sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia.
Selain itu HAM di Indonesia berbeda dengan konsep Barat yang
individualistik yang sangat mengagungkan privacy, sedangkan Indonesia yang
memandang manusia atau individu sebagai mahluk sosial. Sehingga hak asasi
manusia dibatasi oleh hak asasi orang lain.
Menurut pandangan negara-negara Barat hak asasi manusia bersifat universal
sehingga hak asasi dipandang sebagai hak untuk memperoleh kebebasan, keadilan,
dan kedamaian sehingga mereka yang tidak mendapatkan hak-hak ini menurutnya
telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Bagi kita bangsa Indonesia sangat
menjunjung tinggi hak asasi manusia, namun tatarannya tentunya harus disesuaikan
dengan pandangan hidup dan idiologi Pancasila.

 Hukum HAM
Hukum melindungi kepentingan manusia dengan mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.
Pengalokasian kekuasaan dilakukan secara teratur dalam arti ditentukan keleluasaan
dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak.
Dengan demikian antara hukum dan hak asasi manusia sesungguhnya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena yang namanya hukum
sudah pasti melindungi kepentingan manusia agar eksistensi kemanusiaanya terjaga
atau tidak diganggu oleh manusia lainnya. HAM di Indonesia tidak hanya berupa
dokumen dalam konvenan internasional, tetapi juga telah dituangkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan termasuk pembentukan kelembagaan berupa
Pengadilan HAM.
Manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani yang
memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk
yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku dalam menjalani
kehidupannya. Dengan akal budi manusia diberikan kebebasan untuk berpikir,
berkehendak, untuk merasa dan kebebasan mengekspresikan dalam arti
mengungkapkan hasil olah pikir, kehendak dan rasa tersebut dalam batas-batas
kewajaran. Untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat
manusia, diperlukan pengakuan dan perlindungan HAM, karena tanpa hal tersebut
manusia akan kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat mendorong manusia
menjadi serigala manusia lainnya (homo homini lupus).
Secara teoritis pentingnya pengaturan HAM melalui sarana hukum karena
fungsi hukum untuk melindungi kepentingan manusia agar tidak diperlakukan
secara sewenang-wenang oleh manusia lainnya. Menurut Frans Magnis Suseno,
pentingnya hukum mengatur kehidupan manusia karena didasarkan pada tiga ciri
pokok manusia yakni (1) manusia adalah mahluk yang berakal budi, (2) manusia
memiliki jasmani, dan (3) manusia merupakan mahluk sosial.
Sebagai mahluk yang berakal budi manusia harus diatur secara normatif
sehingga dalam betingkah laku harus mempedomani aturan yang ada, bukan
menuruti kehendaknya sendiri. Demikian dengan ciri kejasmaniannya, manusia
membutuhkan sandang, pangan, dan papan untuk mempertahankan hidupnya.
Selanjutnya sebagai mahluk sosial manusia hanya dapat hidup bersama dengan
manusia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai