Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi


Kode Mata Kuliah : EKSI4312
Jumlah sks : 3 SKS
Nama Pengembang : Sakina Nusarifa Tantri., SE., M.Sc
Nama Penelaah :
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Tahun Pengembangan : 2023
Edisi Ke- : 3

Skor Sumber Tugas


No Tugas Tutorial
Maksimal Tutorial
1 Jelaskan perbedaan antara primary activities dan 20 EKSI 4312 / Modul 1
support activities pada sistem value chain, dan berikan KB 1
contohnya.

2 Pentingkah integrasi sistem dalam suatu organisasi? 20 EKSI 4312 / Modul 1


Jika penting, mengapa? Jelaskan menggunakan KB 2
argumen yang logis.
3 Apakah yang dimaksud dengan pengembangan sistem 25 EKSI 4312 / Modul 2
menggunakan teknik prototyping? Jelaskan! KB 1
4 Buatlah skema atau bagan yang menggambarkan 35 EKSI 4312 / Modul 3
pengendalian internal menurut COSO dan jelaskan KB 1
komponen-komponennya!
* coret yang tidak sesuai

Jawaban :

1. Dalam suatu bisnis, value chain akan membentuk suatu kerangka yang tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan juga menginventarisasi berbagai area fungsi bisnis. Pengelompokkan ini
dilakukan berdasarkan kegiatan utama dan juga pendampingan.

Dalam kegiatan utama dan pendampingan ini terdapat beberapa kategori yang bisa dimasukkan,
seperti logistik. Sedangkan untuk contoh kategori pendamping bisa dari pengembangan
teknologi. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.

1. Kegiatan Utama (Primary Activities)


Kegiatan utama dalam value chain adalah seluruh kegiatan bisnis yang mampu menciptakan nilai
ataupun manfaat untuk para pelanggan dalam menyajikan sesuatu yang mampu menunjukkan
keistimewaan perusahaan di dalam pasar. Kegiatan utama ini dinilai sebagai kegiatan yang
penting dalam menjalankan bisnis.

Beberapa kegiatan perusahaan yang termasuk dalam kategori utama adalah sebagai berikut:

 Inbound logistics, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan penyimpanan,
penerimaan dan juga menyebarkan produk.
 Operation, yakni suatu kegiatan yang merubah produk bahan baku menjadi produk akhir.
 Outbound logistic, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan menyebarkan
produk ataupun jasa kepada pelanggan.
 Marketing and sales, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran dan juga
penjualan seperti promosi, dll.
 Service, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan menyediakan layanan agar bisa
lebih meningkatkan pemeliharaan suatu produk, seperti perawatan, perbaikan, dan juga
pelatihan.

2. Kegiatan Pendukung (Support Activities)

Kegiatan pendukung dalam value chain adalah suatu kegiatan perusahaan yang bertujuan dalam
memberikan aktivitas guna mencapai kegiatan utama perusahaan.

Dalam hal ini, kegiatan pendukung adalah penunjang dari kegiatan utama, yang mana tanpa
adanya kegiatan ini maka akan membuat kegiatan utama menjadi kurang maksimal atau tidak
bisa berjalan sama sekali.

Beberapa contoh kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pendukung adalah sebagai berikut:

 Infrastruktur perusahaan (firm infrastructure), adalah suatu kegiatan yang berkaitan


dengan biaya dan juga aset yang berkaitan dengan manajemen umum, keuangan,
akuntansi, keamanan, dan juga keselamatan sistem informasi.
 Manajemen sumber daya manusia (SDM) (human resources management), adalah suatu
kegiatan pelatihan, pengembangan, dan juga kompensasi untuk seluruh jenis personel
yang di dalamnya termasuk mengembangkan tingkat keahlian pekerja.
 Pengembangan teknologi (technology development), adalah kegiatan yang berhubungan
dengan perbaikan proses, produk, pengembangan software, perancangan alat, sistem
telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, sampai membangun dukungan sistem yang
terkomputerisasi.
 Pengadaan (procurement), adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan cara
mendapatkan sumber daya, seperti fungsi pembelian yang digunakan di dalam value
chain

2. Pada dasarnya sebuah sistem yang terintegrasi ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pekerjaan. Mengingat semakin kompleksnya kebutuhan koordinasi antarunit di
sebuah instansi atau organisasi, maka kehadiran integrasi sistem pun semakin krusial
kehadirannya.

Adapun rincian alasan pentingnya integrasi sistem adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan Kerja Sama Antarbagian

Sebuah badan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri dan selalu ada bagian-bagiannya yang berkaitan
antara satu dan lainnya. Seperti contoh, untuk melakukan penggajian seorang karyawan
marketing, bagian HR akan membutuhkan beberapa data pendukung dari divisi pemasaran
mengenai target yang dicapai, divisi personalia mengenai kehadiran, dan sebagainya.

2) Mempercepat Proses Komunikasi Antarunit

Integrasi sistem akan memudahkan pertukaran data antara satu bagian dengan bagian lainnya
pada sebuah organisasi atau instansi. Dalam sebuah rumah sakit misalnya, petugas kasir dapat
segera melakukan rekap total tagihan pasien sejak di IGD, rawat inap, dan farmasi hanya dalam
hitungan menit saja.

Pun dalam instansi pemerintahan misalnya, antara kantor instansi yang satu dengan yang lainnya
juga dapat berkomunikasi lebih mudah. Seperti misal, RSD membutuhkan data-data pasien baru.
Cukup dengan memasukkan nomor KTP pasien, maka data kependudukan (sesuai keperluan) di
Dinas Kependudukan pun dapat secara otomatis tercatat ke sistem di rumah sakit dalam waktu
singkat.

3) Akses Data Secara Real Time

Sebuah sistem informasi dibuat untuk memungkinkan pengguna mengakses data secara real
time. Seperti contoh adalah petugas Dinas Perhubungan dapat memantau secara langsung kondisi
ruas jalan raya dari ruangan command center kantornya melalui integrasi antara CCTV di jalan
tersebut dan sistem monitoring di kantor.

4) Kemudahan Pengambilan Kebijakan

Hal ini banyak dibutuhkan oleh pihak manajemen atau pengambil kebijakan. Seperti contoh
adalah pemilik restoran dapat mengetahui dengan praktis menu apa yang menjadi favorit
pelanggan sehingga perlu mengondisikannya dengan tim kitchen dan logistik, di rentang waktu
mana pengunjung paling banyak datang, berapa laba bersih yang didapatkannya, dan lain-lain
hanya melalui sebuah platform.

5) Optimalisasi Sumber Daya

Setiap teknologi pada dasarnya adalah untuk membantu kerja manusia, bukan untuk
menggantikannya secara keseluruhan. Seperti contoh, sistem payroll akan membantu HR untuk
melakukan penggajian secara lebih cepat dan mudah. Dengan demikian, lima orang staf HR yang
sebelumnya harus selalu lembur untuk melakukan penghitungan manual penggajian 150
karyawan kini dapat memanfaatkan alokasi waktu dan tenaganya untuk lebih berfokus pada
tujuan peningkatan mutu SDM itu sendiri seperti pengadaan pelatihan, konsultasi, dan
sebagainya.

Konsep integrasi sistem merupakan konsep satu kesatuan sistem utuh yang terdiri dari berbagai
sistem-sistem kecil di dalamnya yang saling berkaitan satu sama lainnya. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kerja sama antara satu unit kerja dengan lainnya, mempercepat arus informasi dan
pertukaran data antarunit, memungkinkan pengaksesan data secara real time, pengambilan
kebijakan lebih mudah dan praktis, dan mengoptimalkan serta menyederhanakan sumber daya.
Dengan demikian, pada akhirnya sistem yang terintegrasi akan mencapai tujuan utama dari
sebuah sistem informasi, yakni memberi informasi yang benar pada saat yang tepat.

3. Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang menggunakan
pendekatan untuk membuat rancangan dengan cepat dan bertahap sehingga dapat segera
dievaluasi oleh calon pengguna atau klien. Dengan metode prototyping ini, pengembang dan
klien dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan prototype sistem. Terkadang klien
hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendaki tanpa menyebutkan proses masukan
(input) dan keluaran (output) dari sistem yang akan dibuat. Untuk mengatasi ketidakselarasan
tersebut maka dibutuhkan kerja sama yang baik di antara keduanya sehingga pengembang dapat
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh klien. Jika terjalin kerja sama antara pengembang dan
klien, maka akan lebih mudah untuk menghasilkan sebuah rancangan sistem yang interaktif dan
sesuai dengan kebutuhan.

4. COSO 2013 tidak mengubah lima komponen pengendalian intern yang telah dipakai sejak
COSO 1992. Tentu saja penjelasannya tetap mengalami penyempurnaan. Penjelasan singkat dari
komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Merupakan susunan dari standar, proses dan struktur yang menyediakan dasar untuk
terlaksananya pengendalian internal dalam organisasi. Lingkungan pengendalian mencakup
standar, proses, dan struktur yang menjadi landasan terselenggaranya pengendalian internal di
dalam organisasi secara menyeluruh. Lingkungan pengendalian tercermin dari suasana dan kesan
yang diciptakan dewan komisaris dan manajemen puncak mengenai pentingnya pengendalian
internal dan standar perilaku yang diharapkan. Manajemen mempertegas harapan atau ekspektasi
itu pada berbagai tingkatan organisasi. Sub-komponen lingkungan pengendalian mencakup
integritas dan nilai etika yang dianut organisasi; parameter-parameter yang menjadikan dewan
komisaris mampu melaksanakan tanggung jawab tata kelola; struktur organisasi serta pembagian
wewenang dan tanggung jawab; proses untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan
individu yang kompeten; serta kejelasan ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong
akuntabilitas kinerja. Lingkungan pengendalian berdampak luas terhadap sistem pengendalian
internal secara keseluruhan.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk mengidentifikasi
dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO 2013 merumuskan definisi risiko
sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan berdampak merugikan bagi pencapaian
tujuan. Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat internal (berasal dari dalam) ataupun
eksternal (bersumber dari luar). Risiko yang teridentifikasi akan dibandingkan dengan tingkat
toleransi risiko yang telah ditetapkan. Penilaian risiko menjadi dasar bagaimana risiko organisasi
akan dikelola. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko adalah penetapan tujuan yang saling
terkait pada berbagai tingkat organisasi. Manajemen harus menetapkan tujuan dalam katagori
operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan jelas sehingga risiko-risiko terkait bisa diidentifikasi
dan dianalisa. Manajemen juga harus mempertimbangkan kesesuaian tujuan dengan organisasi.
Penilaian risiko mengharuskan menajemen untuk memperhatikan dampak perubahan lingkungan
eksternal serta perubahan model bisnis organisasi itu sendiri yang berpotensi mengakibatkan
ketidakefektifan pengendalian intern yang ada.

3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan dan


prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakan arahan manajemen dalam rangka
meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Kegiatan pengendalian dilaksanakan pada semua
tingkat organisasi, pada berbagai tahap proses bisnis, dan pada konteks lingkungan teknologi.
Kegiatan pengendalian ada yang bersifat preventif atau detektif dan ada yang bersifat manual
atau otomatis. Contoh kegiatan pengendalian adalah otorisasi dan persetujuan, verivikasi,
rekonsiliasi, dan revie kenerja. Dalam memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian,
biasanya melekat konsep pemisahan fungsi (segregation of duties). Jika pemisah fungsi tersebut
dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan mengembangka altenatif kegiatan
pengendalian sebagai kompensasinya.

4. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Organisasi memerlukan informasi demi terselenggaranya fungsi pengendalian intern dalam


mendukung pencapaian tujuan. . Manajemen harus memperoleh, menghasilkan, dan
menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal
maupun eksternal, untuk mendukung komponen-komponen pengendalian internal lainnya
berfungsi sebagaimana mestinya. Komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam kerangka
pengendalian internal COSO adalah proses iteratif dan berkelanjutan untuk memperoleh,
membagikan, dan menyediakan informasi. Komunikasi internal harus menjadi sarana diseminasi
informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, maupun lintas fungsi.

5. Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activites)

Komponen ini merupakan satu-satunya komponen yang berubah nama. Sebelumnya komponen
ini hanya disebut pemantau (monitoring). Perubahan ini dimaksudkan untuk memeprluas
persepsi pemantauan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan sendiri dan juga sebagai bagian
dari masing-masing empat komponen pengendalian intern lainnya. Kegiatan pemantauan
mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya yang
digunakan untuk memastikan masing-masing komponen pengendlaian intern ada dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibagun di dalam proses bisnis pada tingkat yang
berbeda-beda guna menyajikan informasi tepat waktu. Evaluasi terpisah dilakukan secara
periodic, bervariasi lingkup dan frekuensinya tergantung pada hasil penilian risiko, efektivitas
evaluasi berkelanjutan, dan pertimbangan manajemen lainnya.

Anda mungkin juga menyukai