Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Komang Intan Lioni

NIM : 042274253
Jurusan : S1 Akuntansi

Tugas 1 Sistem Informasi Akuntansi

1. Dalam suatu bisnis, value chain akan membentuk suatu kerangka yang tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan juga menginventarisasi berbagai area fungsi bisnis. Pengelompokkan ini
dilakukan berdasarkan kegiatan utama dan juga pendampingan. Dalam kegiatan utama dan
pendampingan ini terdapat beberapa kategori yang bisa dimasukkan, seperti logistik. Sedangkan
untuk contoh kategori pendamping bisa dari pengembangan teknologi. Berikut ini adalah
penjelasan lengkapnya.
1) Kegiatan Utama (Primary Activities)
Kegiatan utama dalam value chain adalah seluruh kegiatan bisnis yang mampu menciptakan
nilai ataupun manfaat untuk para pelanggan dalam menyajikan sesuatu yang mampu
menunjukkan keistimewaan perusahaan di dalam pasar. Kegiatan utama ini dinilai sebagai
kegiatan yang penting dalam menjalankan bisnis.
Beberapa kegiatan perusahaan yang termasuk dalam kategori utama adalah sebagai berikut:
 Inbound logistics, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan penyimpanan,
penerimaan dan juga menyebarkan produk.
 Operation, yakni suatu kegiatan yang merubah produk bahan baku menjadi produk akhir.
 Outbound logistic, adalah suatu kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan menyebarkan
produk ataupun jasa kepada pelanggan.
 Marketing and sales, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran dan juga
penjualan seperti promosi, dll.
 Service, adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan menyediakan layanan agar bisa lebih
meningkatkan pemeliharaan suatu produk, seperti perawatan, perbaikan, dan juga pelatihan.
2) Kegiatan Pendukung (Support Activities)
Kegiatan pendukung dalam value chain adalah suatu kegiatan perusahaan yang bertujuan
dalam memberikan aktivitas guna mencapai kegiatan utama perusahaan. Dalam hal ini,
kegiatan pendukung adalah penunjang dari kegiatan utama, yang mana tanpa adanya kegiatan
ini maka akan membuat kegiatan utama menjadi kurang maksimal atau tidak bisa berjalan
sama sekali.
Beberapa contoh kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pendukung adalah sebagai berikut:
 Infrastruktur perusahaan (firm infrastructure), adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan
biaya dan juga aset yang berkaitan dengan manajemen umum, keuangan, akuntansi,
keamanan, dan juga keselamatan sistem informasi.
 Manajemen sumber daya manusia (SDM) (human resources management), adalah suatu
kegiatan pelatihan, pengembangan, dan juga kompensasi untuk seluruh jenis personel yang di
dalamnya termasuk mengembangkan tingkat keahlian pekerja.
 Pengembangan teknologi (technology development), adalah kegiatan yang berhubungan
dengan perbaikan proses, produk, pengembangan software, perancangan alat, sistem
telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, sampai membangun dukungan sistem yang
terkomputerisasi.
 Pengadaan (procurement), adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan cara mendapatkan
sumber daya, seperti fungsi pembelian yang digunakan di dalam value chain
2. Pada dasarnya sebuah sistem yang terintegrasi ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pekerjaan. Mengingat semakin kompleksnya kebutuhan koordinasi antarunit di sebuah instansi atau
organisasi, maka kehadiran integrasi sistem pun semakin krusial kehadirannya.
Adapun rincian alasan pentingnya integrasi sistem adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan Kerja Sama Antarbagian Sebuah badan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri dan selalu ada
bagian-bagiannya yang berkaitan antara satu dan lainnya. Seperti contoh, untuk melakukan penggajian
seorang karyawan marketing, bagian HR akan membutuhkan beberapa data pendukung dari divisi
pemasaran mengenai target yang dicapai, divisi personalia mengenai kehadiran, dan sebagainya.
2) Mempercepat Proses Komunikasi Antarunit Integrasi sistem akan memudahkan pertukaran data antara
satu bagian dengan bagian lainnya pada sebuah organisasi atau instansi. Dalam sebuah rumah sakit
misalnya, petugas kasir dapat segera melakukan rekap total tagihan pasien sejak di IGD, rawat inap, dan
farmasi hanya dalam hitungan menit saja. Pun dalam instansi pemerintahan misalnya, antara kantor
instansi yang satu dengan yang lainnya juga dapat berkomunikasi lebih mudah. Seperti misal, RSD
membutuhkan data-data pasien baru. Cukup dengan memasukkan nomor KTP pasien, maka data
kependudukan (sesuai keperluan) di Dinas Kependudukan pun dapat secara otomatis tercatat ke sistem di
rumah sakit dalam waktu singkat.
3) Akses Data Secara Real Time Sebuah sistem informasi dibuat untuk memungkinkan pengguna
mengakses data secara real time. Seperti contoh adalah petugas Dinas Perhubungan dapat memantau
secara langsung kondisi ruas jalan raya dari ruangan command center kantornya melalui integrasi antara
CCTV di jalan tersebut dan sistem monitoring di kantor.
4) Kemudahan Pengambilan Kebijakan Hal ini banyak dibutuhkan oleh pihak manajemen atau pengambil
kebijakan. Seperti contoh adalah pemilik restoran dapat mengetahui dengan praktis menu apa yang
menjadi favorit pelanggan sehingga perlu mengondisikannya dengan tim kitchen dan logistik, di rentang
waktu mana pengunjung paling banyak datang, berapa laba bersih yang didapatkannya, dan lain-lain
hanya melalui sebuah platform.
5) Optimalisasi Sumber Daya Setiap teknologi pada dasarnya adalah untuk membantu kerja manusia,
bukan untuk menggantikannya secara keseluruhan. Seperti contoh, sistem payroll akan membantu HR
untuk melakukan penggajian secara lebih cepat dan mudah. Dengan demikian, lima orang staf HR yang
sebelumnya harus selalu lembur untuk melakukan penghitungan manual penggajian 150 karyawan kini
dapat memanfaatkan alokasi waktu dan tenaganya untuk lebih berfokus pada tujuan peningkatan mutu
SDM itu sendiri seperti pengadaan pelatihan, konsultasi, dan sebagainya. Konsep integrasi sistem
merupakan konsep satu kesatuan sistem utuh yang terdiri dari berbagai sistem-sistem kecil di dalamnya
yang saling berkaitan satu sama lainnya. Hal ini menyebabkan meningkatnya kerja sama antara satu unit
kerja dengan lainnya, mempercepat arus informasi dan pertukaran data antarunit, memungkinkan
pengaksesan data secara real time, pengambilan kebijakan lebih mudah dan praktis, dan mengoptimalkan
serta menyederhanakan sumber daya. Dengan demikian, pada akhirnya sistem yang terintegrasi akan
mencapai tujuan utama dari sebuah sistem informasi, yakni memberi informasi yang benar pada saat yang
tepat.
3. Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang menggunakan
pendekatan untuk membuat rancangan dengan cepat dan bertahap sehingga dapat segera dievaluasi oleh
calon pengguna atau klien. Dengan metode prototyping ini, pengembang dan klien dapat saling
berinteraksi selama proses pembuatan prototype sistem. Terkadang klien hanya mendefinisikan secara
umum apa yang dikehendaki tanpa menyebutkan proses masukan (input) dan keluaran (output) dari
sistem yang akan dibuat. Untuk mengatasi ketidakselarasan tersebut maka dibutuhkan kerja sama yang
baik di antara keduanya sehingga pengembang dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh klien. Jika
terjalin kerja sama antara pengembang dan klien, maka akan lebih mudah untuk menghasilkan sebuah
rancangan sistem yang interaktif dan sesuai dengan kebutuhan.

4. COSO 2013 tidak mengubah lima komponen pengendalian intern yang telah dipakai sejak COSO
1992. Tentu saja penjelasannya tetap mengalami penyempurnaan.
Penjelasan singkat dari komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Merupakan susunan dari standar, proses dan
struktur yang menyediakan dasar untuk terlaksananya pengendalian internal dalam organisasi.
Lingkungan pengendalian mencakup standar, proses, dan struktur yang menjadi landasan
terselenggaranya pengendalian internal di dalam organisasi secara menyeluruh. Lingkungan
pengendalian tercermin dari suasana dan kesan yang diciptakan dewan komisaris dan manajemen
puncak mengenai pentingnya pengendalian internal dan standar perilaku yang diharapkan.
Manajemen mempertegas harapan atau ekspektasi itu pada berbagai tingkatan organisasi. Sub-
komponen lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut organisasi;
parameter-parameter yang menjadikan dewan komisaris mampu melaksanakan tanggung jawab
tata kelola; struktur organisasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab; proses untuk
menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten; serta kejelasan ukuran
kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. Lingkungan pengendalian
berdampak luas terhadap sistem pengendalian internal secara keseluruhan.
2) 2. Penilaian Risiko (Risk Assessment) Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan
berulang (iterative) untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan.
COSO 2013 merumuskan definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan
berdampak merugikan bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat
internal (berasal dari dalam) ataupun eksternal (bersumber dari luar). Risiko yang teridentifikasi
akan dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan. Penilaian risiko menjadi
dasar bagaimana risiko organisasi akan dikelola. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko
adalah penetapan tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkat organisasi. Manajemen harus
menetapkan tujuan dalam katagori operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan jelas sehingga
risiko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan dianalisa. Manajemen juga harus mempertimbangkan
kesesuaian tujuan dengan organisasi. Penilaian risiko mengharuskan menajemen untuk
memperhatikan dampak perubahan lingkungan eksternal serta perubahan model bisnis organisasi
itu sendiri yang berpotensi mengakibatkan ketidakefektifan pengendalian intern yang ada.
3) Kegiatan Pengendalian (Control Activities) Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan
yang ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakan
arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Kegiatan
pengendalian dilaksanakan pada semua tingkat organisasi, pada berbagai tahap proses bisnis, dan
pada konteks lingkungan teknologi. Kegiatan pengendalian ada yang bersifat preventif atau
detektif dan ada yang bersifat manual atau otomatis. Contoh kegiatan pengendalian adalah
otorisasi dan persetujuan, verivikasi, rekonsiliasi, dan revie kenerja. Dalam memilih dan
mengembangkan kegiatan pengendalian, biasanya melekat konsep pemisahan fungsi (segregation
of duties). Jika pemisah fungsi tersebut dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan
mengembangka altenatif kegiatan pengendalian sebagai kompensasinya.
4) Informasi dan komunikasi (information and communication) Organisasi memerlukan informasi
demi terselenggaranya fungsi pengendalian intern dalam mendukung pencapaian tujuan. .
Manajemen harus memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan
berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal, untuk mendukung
komponen-komponen pengendalian internal lainnya berfungsi sebagaimana mestinya.
Komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam kerangka pengendalian internal COSO adalah
proses iteratif dan berkelanjutan untuk memperoleh, membagikan, dan menyediakan informasi.
Komunikasi internal harus menjadi sarana diseminasi informasi di dalam organisasi, baik dari
atas ke bawah, dari bawah ke atas, maupun lintas fungsi.
5) Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activites) Komponen ini merupakan satu-satunya komponen
yang berubah nama. Sebelumnya komponen ini hanya disebut pemantau (monitoring). Perubahan
ini dimaksudkan untuk memeprluas persepsi pemantauan sebagai rangkaian aktivitas yang
dilakukan sendiri dan juga sebagai bagian dari masing-masing empat komponen pengendalian
intern lainnya. Kegiatan pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau
kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk memastikan masing-masing komponen
pengendlaian intern ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibagun di
dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda-beda guna menyajikan informasi tepat waktu.
Evaluasi terpisah dilakukan secara periodic, bervariasi lingkup dan frekuensinya tergantung pada
hasil penilian risiko, efektivitas evaluasi berkelanjutan, dan pertimbangan manajemen lainnya.
Sumber Referensi :
Buku Modul Sistem Informasi Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai