Anda di halaman 1dari 4

Nama : Raditya Nur Sya’bani

NIM : 215010100111030
Mata Kuliah : PHI
Kelas : C
No Absen : 3

TUGAS MENULIS 1, PENGANTAR HUKUM, SISTEM DAN SISTEM HUKUM

Hukum sebagai pranata sosial memiliki pengertian/maksud bahwa, hukum


merupakan suatu norma, pedoman, atau aturan-aturan yang dimaksudkan untuk
mengatur segala bentuk tindakan, perilaku, maupun segala bentuk kegiatan guna
menjaga ketentraman, ketertiban, dan kenyamanan dalam kehidupan masyarakat.
Pada hakikatnya manusia memanglah terlahir sebagai makhluk sosial. Mengapa
demikian? karena sudah merupakan hak dan hakikat yang dibawa dari lahir bahwa
setiap manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan sesamanya. Menurut Aristoteles di
samping karena memang sudah hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial manusia
juga mempunyai tujuan mengapa mereka harus hidup bersama manusia yang lain.
Pertama, untuk memenuhi/mencukupi kebutuhan hidup seperti sandang,
pangan, dan papan. Kedua, untuk menghindarkan diri dari ancaman atau bahaya,
karena dengan berkelompok ancaman-ancaman atau bahaya yang sekiranya dapat
mungkin terjadi akan lebih mudah untuk diatasi. Ketiga, untuk melanjutkan
keturunan, karena memang sudah hakikat sebagai makhluk hidup untuk
berkembangbiak dan melanjutkan keturunan.
Dalam pengklasifikasiannya kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi dua
macam, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer
merupakan kebutuhan paling mendasar yang dibutuhkan manusia dan wajib
terpenuhi. Kebutuhan yang pertama adalah makan dan minum, karena untuk tetap
bertahan hidup manusia harus tetap makan dan minum. Kebutuhan yang kedua
adalah tempat tinggal atau yang biasa kita sebut “papan”, karena manusia butuh
tempat tinggal sebagai tempat berlindung dari marabahaya. Dan yang ketiga adalah
pakaian, manusia membutuhkan pakaian sebagai pelindung bagi bagian tubuh
mereka dari suhu yang ekstrim, hujan, dan berbagai ancaman yang sekiranya dapat
melukai bagian tubuh yang sensitif. Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan
kebutuhan manusia yang tidak wajib terpenuhi seperti televisi, mainan, radio, dan
lain-lain.
Dalam perkembangannya kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat menjadi
sebuah alat ukur terhadap kualitas hidup seseorang. Sehingga semakin terpenuhi
kebutuhan-kebutuhan orang tersebut maka semakin tinggi juga tingkat
kehidupannya. Sebaliknya makin tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut,
maka semakin rendah juga tingkat kualitas kehidupannya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut manusia secara tidak langsung diharuskan berhubungan dengan
manusia lainnya, karena tanpa mengadakan interaksi dengan manusia lainnya tidak
akan mungkin kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan baik.
Dalam hubungan sosial interaksi antar manusia ini, tidak menutup suatu
kemungkinan akan terjadinya suatu perselisihan dan konflik dengan manusia yang
lain. Dikarenakan adanya perbedaan kepentingan serta pola pikir antar manusia itu
sendiri, dan mengingat kembali pada dasarnya manusia juga merupakan suatu
makhluk individu yang dimana akan selalu mendahulukan kepentingan pribadinya
terlebih dahulu diatas kepentingan bersama dan orang lain. Bahkan juga tidak
menutup kemungkinan dalam proses memenuhi kebutuhan tersebut manusia yang
satu dapat merugikan manusia yang lainnya. Oleh karena itu, maka dibuat
serangkaian petunjuk yang berisi pedoman/aturan mengenai bagaimana seorang
bertingkah laku dan berbuat pada orang lain yang biasa disebut dengan
norma/hukum.
Norma atau hukum ini memberikan suatu informasi yang dapat berupa
perintah atau larangan yang bersifat memaksa dan mengikat dan berisi tentang apa
yang seharusnya diperbuat dan tidak diperbuat kepada orang lain. Sehingga
diharapkan dapat terciptanya suatu ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan dalam
kehidupan di masyarakat. Dari tingkat kepatuhan sesorang dapat diukur mengenai
tingkat ketertiban, ketentraman, dan kedamaian dalam masyarakat. Semakin tinggi
tingkat kepatuhan masyarakat terhadap norma/hukum semakin tinggi juga tingkat
ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan dalam masyarakat. Begitu juga sebaliknya,
semakin rendah tingkat kepatuhan masyarakat terhadap norma/hukum semakin
rendah juga tingkat ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan dalam masyarakat.
Berdasar sumbernya norma dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Norma Agama/Ketuhanan : suatu perintah/aturan yang asalnya langsung
dari tuhan dan apabila kita melanggarnya kita akan mendapat balasan ketika
di akhirat nanti.
2. Norma kesusilaan : suatu perintah/aturan yang asal muasalnya dari dalam diri
manusia itu sendiri dan apabila melanggar akan mengalami kerisauan batin
dari manusia itu sendiri.
3. Norma kebiasaan/adat : suatu perintah/ aturan yang pada umumnya berasal
dari kebiasaan dari masyarakat itu sendiri dan diterima melalui kesadaran
masing-masing manusia sendiri. Apabila melanggar hukum ini akan dikenai
sanksi dari pemangku adat atau ketua masyarakat setempat.
4. Norma hukum : suatu perintah/aturan yang dibuat oleh suatu lembaga dari
suatu masyarakat atau lembaga pemerintahan yang memang memiliki
wewenang untuk membuat suatu hukum/perundang-undangan dalam suatu
lingkup masyarakat tersebut baik dalam bentuk kerajaan atau negara. Apabila
kita melanggar hukum perundang-undangan tersebut maka kita akan
mendapat hukuman/saknsi sesuai dengan aturan yang berlaku
Secara umum hukum biasa disebut dengan norma, aturan, undang-undang,
kaidah, dan lain-lian. Namun, secara definisi hukum kurang dapat diartikan dengan
jelas, karena hukum merupakan suatu hal yang abstrak karena hukum bukanlah
suatu hal yang dapat ditelaah dengan panca indera seorang manusia. Bahkan diantara
para ahli-pun masih banyak terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian
hukum.
Pada umumnya dalam perancangan dan pembuatan suatu hukum memiliki
beberapa unsur, diantaranya seperti aturan-aturan, Mengatur tingah laku manusia
dalam masyarakat, bersifat konkrit, dibuat oleh badan pemerintah yang memang
memiliki wewenang dalam perancangan suatu undang-undang, dapat berbentuk
secara tertulis maupun tidak tertulis, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi bagi
pelanggarnya.
“Pengertian Hukum Indonesia” sesuai namanya adalah suatu dasar keilmuan
dalam proses mempelajari ilmu hukum yang berisi pembahasan mengenai ilmu
hukum di Indonesia secara garis besar sehingga kita yang ingin mempelajarinya telah
mendapat dasar atau suatu pengantar apabila ingin mendalami suatu ilmu hukum
atau cabang ilmu hukum lainnya. Sedangkan “Pengantar Tata Hukum Indonesia”
berisi tentang aturan-aturan dalam penyusunan suatu hukum sehingga ditata atau
diatur sedemikian rupa agar memudahkan dalam menemukannya sebagai dasar
penyelesaian suatu peristiwa hukum yang sekiranya terjadi di masyarakat.
Pengantar Tata Hukum Indonesia hanya mengambil objek studi pada hukum
atau perundang-undangan yang sedang berlaku di Indonesia. Dengan tujuan, untuk
mempelajari tentang kerangka dalam penulisan hukum di Indonesia, apa saja bentuk
perbuatan yang melanggar hukum dan bagimana cara pemberian sanksinya,
perbuatan apa saja yang wajib dilakukan berdasar hukum yang berlaku, dan
mengenai apa saja yang merupakan kedukan, hak, dan yang merupakan kewajiban
bagi masyarakat. Di Indonesia hukum dibedakan menjadi tiga.
Pertama, hukum masa lalu atau bisa kita sebut sebagai sejarah hukum. Dalam
hal ini objek yang akan dibahas adalah mengenai hukum-hukum yang pernah berlaku
di Indonesia dan bagaimana proses pembuatan hukum/perundang-undangan
tersebut di masa lampau. Kedua hukum masa kini atau yang bisa kita sebut hukum
positif (ius constitutem). Tujuan atau objek dari hukum positif adalah mengenai
tentang hukum hukum yang sedang terjadi atau berlaku di masa sekarang dan
bagiamana terlaksananya hukum tersebut di dalam lingkup suatu masyarakat di
suatu negara. Ketiga, hukum masa yang akan datang. Di situ kita mempelajari
mengenai hukum-hukum yang masih dalam bentuk rancangan, ide-ide, atau usul
yang masih belum disahan dan masih dalam pembahasan oleh lembaga yang
memang berwenang yang kalau di Indonesia bernama Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
Sistem berasal dari kata systema yang berarti suatu kumpulan dari komponen-
komponen yang ditata atau dibentuk sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang
saling berhubungan sehingga menciptakan suatu sinergi atau keselarasan untuk
mencapai suatu tujuan/hasil. Sedangkan sistem hukum memiliki pengertian yang
sangat banyak dan berbeda dari masing-masing ahli. Namun dari banyaknya
pendapat para ahli tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sistem hukum
merupakan satu kumpulan dari komponen-komponen hukum yang ditata atau
dibentuk secara teratur sesuai asas atau aturan aturan yang sudah berlaku untuk
mencapai suatu tujuan atau hasil yang berbentuk suatu ketertiban, kenyamanan, dan
rasa aman dalam lingkungan masyarakat.
Dalam lingkup dunia internasional, sistem hukum masing masing
daerah/negara memiliki sejarah, sumber, dokrin, metode, dan unsurnya masing
masing yang berbeda-beda. Seperti sistem hukum eropa kontinental yang
menggunakan doktrin bahwa tidak ada peraturan lain selain undang-undang dan
menggunakan prinsip “res ajudica”, kemudian sistem hukum anglo-saxon yang
menggunakan doktrin “stare decisis/the doctrine of precedent” dan dalam
pandangan mereka peran hakim sangat berperan penting dalam membentuk tata
kehidupan dalam masyarakat, dan masih banyak lagi perbedaan antar sistem di tiap
tiap negara.
Sistem hukum di Indonesia menggunakan sistem hukum positif atau yang
biasa disebut “ius constitutum”. Dalam sistem hukum ini terdapat komponen-
komponen yang saling berhubungan. Yang pertama adalah hukum
tertulis/peraturan perundang-undangan yang diciptakan oleh badan atau lembaga
pemerintahan yang memang berwenang dalam membuat peraturan perundang-
undangan. Kedua adalah yurisprudensi, yaitu hukum yang diciptakan oleh putusan
dari pengadilan. Dan yang ketiga adalah hukum kebiasaan atau biasa kita sebut
hukum adat.

Anda mungkin juga menyukai