PENDAHULUAN
akibat yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum atau diakui oleh negara.
Indonesia adalah negara hukum, dimana hal tersebut telah tercantum pada pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil
dari yang ringan hinga yang berat. Salah satunya adalah memacu kendaraan
dengan kecepatan diatas batas yang diperbolehkan dijalan yang relatif ramai.
fasilitas pun dibangun salah satunya adalah alat pembatas kecepatan, pemasangan
alat penghambat jalan yang berupa alat pembatas kecepatan berfungsi untuk
1
kecepatan dianggap penting untuk mengurangi laju kendaraan serta mengurangi
kendaaraannya demi menjaga kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki dan tak
jarang banyak anak kecil yang melewati jalan tersebut sehingga masyaraat
kecepatan yang dibuat oleh masyarakat tidak sesuai dengan aturannya, tak jarang
sekalipun pendek, tapi jumlahnya banyak dalam satu ruas jalan, serta warna alat
pembatas kecepatan yang serupa dengan warna badan jalan, tentu hal ini bisa
sangat membahayakan. Bahaya alat pembatas kecepatan yang dibuat tidak sesuai
atau as roda rusa, dan ban pecah. Tapi juga membahayakan si pengendara, tinggi
dan sudut kemiringan yang tidak sesuai mengakibatkan beban kejut dan
pengguna jalan, akibat dari pemasangan alat pembatas kecepatan tidak sesuai
perlengkapan jalan huruf e perihal alat pengendali dan pengaman pengguna jalan.
2
perlengkapan jalan dan alat pengaman jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PM 82 Tahun 2018 tentang alat pengendali dan pengaman pengguna jalan dalam
pasal 2 menyatakan bahwa alat pengendali pengguna jalan terdiri atas alat
pembatas kecepatan dan alat pembatas tinggi dan lebar. Alat pembatas kecepatan
badan jalan dengan lebar dan kelandaian tertentu yang posisinya melintang
sebuah isyarat bahwa peraturan dijalan tidak lagi bisa ditegakkan melalui rambu
dan marka serta jalan tidak lepas dari kelemahan penegakan hukum sehingga
yang diperbolehkan. Harus diakui, para pengendara itu sekarang sudah tidak bisa
mematuhi rambu dan marka jalan yang dibuat untuk ketertiban di jalan akibat dari
lemahnya kesadaran hukum masyarakat. Tidak seperti dulu, orang taat dengan
penelitian lebih lanjut terkait dengan judul skripsi yaitu “Kajian Hukum
2
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2018 Tentang Alat Pengendali dan
Pengamaan Pengguna Jalan, hlm 4
3
B. Rumusan Masalah
Dengan Aturan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
umum
D. Kegunaan Penelitian
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
wawasan yang erat kaitannya dengan pemasangan alat penghambat jalan “alat
yang berlaku.
lintas.
E. Kerangka Pemikiran
tonggak dan nafas bagi pembentukan aturan-aturan hukum. Sejalan dengan hal
itu, H.R. Otje Salman S dan Anton F. Susanto menyatakan bahwa, “memahami
pancasila berarti menunjukan kepada konteks historis yang lebih luas. Namun
tetapi lebih jauh mengarah kepada apa yang harus dilakukan pada masa
mendatang”.4
bukan saja untuk masa sekarang tetapi juga masa yang akan datang, termasuk
dalam hal pembentukan dan penegakan hukum. Pancasila sebagai dasar dan
4
Otje Salman dan Anton f. Susanto, Teori Hukum Mengingat Mengumpulkan Dan Membuka
Kembali. PT Refika Aditama: Bandung, 2004, hlm 61
5
ideologi bangsa Indonesia yang di dalamnya mencakup peraturan secara umum
“keadilan sosial bagi seluruh Indonesia”, secara singkat sila ini mengandung
makna adanya suatu tata masyarakat adil dan makmur, sejahtera lahiriah, batiniah,
setiap warga telah mendapatkan sesuatu yang menjadi hak dan kewajiban, sesuai
dengan hakikat manusia. Semua manusia wajib bertindak, bersikap secara adil,
hukum dalam tertib lalu lintas harus selaras dengan landasan filosofi pancasila
itikad baik antar kedua belah pihak atau lebih yang mewujudkan keharmonisan
masyarakat, pada semua bidang kehidupan. Dalam hal penegakan hukum, salah
dibuat guna memberi jaminan bagi masyarakat di dalam menggunakan jalan raya.
Selain itu tujuan adanya undang-undang lalu-lintas guna sebagai payung hukum
6
sebagai pengguna jalan wajib mematuhi hukum sebab hukum dibuat bukan untuk
yang dimaksud kesadaran hukum yaitu sebagai kesadaran nilai-nilai yang terdapat
didalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapkan. Sedangkan nilai hukum ialah nilai tentang apa yang adil dan apa yang
untuk menciptakan tatanan kehidupan yang terarah, teratur serta menjamin hak-
hak dari setiap orang yang menjadi subjek dari hukum tersebut. Alat pembatas
kecepatan, polisi tidur atau markah kejut adalah bagian jalan yang ditinggikan
berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan untuk
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, dan hal yang demikian ini bahkan
kecepatan tidak mematuhi aturan dan tata cara pembuatan alat pembatas
alat pembatas kecepatan di jalan umum dengan aturan untuk kepentingan pribadi
mereka.
7
Alat pembatas kecepatan dalam banyak kasus keberadaannya dibuat untuk
tidak proporsional dan tidak sesuai aturan menjadi penyebab kondisi tersebut.
Pasal 2
Pasal 3
roda dua yang mamacu kendaraanya dengan kecepatan diatas batas yang
8
sebagaimana mestinya bahkan alat pembatas kecepatan tersebut dapat menggangu
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
kaidah hukum yang berlaku pada hukum lalu lintas pada umumnya, terutama
9
2. Spesifikasi Penelitian
3. Objek Penelitian
Angkutan Jalan
jalan
Penyelenggaraan Perhubungan
10
2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang menjelaskan bahan hukum
oleh para ahli, artikel, karya ilmiah maupun pendapat para pakar
hukum.
a. Studi Dokumen
b. Wawancara
a. Data Kepustakaan
11
b. Data Lapangan
analisis kualitatif dilakukan dengan cara setiap data yang diperoleh baik dari
data primer atau dari data sekunder kemudian selanjutnya data tersebut
dipahami secara jelas dan terarah untuk menjawab permasalahan yang penulis
teliti.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia sejak tahun 1984. Polisi tidur sudah dicatat Abdul Chaer dalam
Kamus Idiom Bahasa Indonesia pada tahun 1984. Istilah ini diberi makna
polisi tidur sendiri baru diakui dalam KBBI Edisi Ketiga pada tahun 2001.6
polisi tidur adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang digunakan untuk
badan jalan.7 Alat pembatas kecepatan merupakan salah satu alternatif yang
bisa digunakan untuk keselamatan jalan dengan tujuan agar pengendara dapat
6
https://otomotifnet.gridoto.com/read/231149361/asal-mula-istilah-polisi-tidur-ternyata-dari-
bahasa-inggris#!%2F, diakses pada 23 Juni 2019
7
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 82 Tahun 2018 tentang Alat Penendali dan
Pengaman Penguna Jalan
13
disemua jenis jalan, alat pembatas kecepatan hanya boleh diterapkan pada
konsep pembatas kecepatan laju kendaran di tahun 1927, yang hingga kini
(1) “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib
dilengkapi dengan perlengkapan Jalan berupa:
a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. alat penerangan Jalan;
e. alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan;
f. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
g. fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan h.
fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang berada di Jalan dan di luar badan Jalan.”
(2) “Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.”
8
https://docplayer.info/67455583-Pendahuluan-speed-bump-speed-bump-atau-disebut-juga-
sebagai-alat-pembatas-kecepatan.html, diakses pada 8 Juni 2019
9
Ibid, hlm 6
14
Alat pembatas kecepatan merupakan jenis dari alat penggendali
disebutkan dalam pasal 2 bahwa alat pengendali pengguna jalan terdiri dari
a. Speed Bump
b. Speed Hump
c. Speed Table
pada jalan yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan
memasuki suatu ruas jalan tertentu, berupa portal jalan atau sepasang
tiang yang terbuat dari bahan pipa besi dilapisi bahan anti korasi dan
10
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 82 Tahun 2018 Tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan , hlm 4
15
Sedangkan alat pengaman pengguna jalan, terdiri atas:11
a. Pagar pengaman
b. Cermin tikungan
sebagai peringatan bagi pengemudi bahwa di sisi kiri atau sisi kanan
Adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor
e. Pita pengaduh
Adalah jalur yang disediakan pada jalan yang memiliki turunan tajam
16
Adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk
pada jalur atau lajur yang telah ditetapkan dalam kegiatan menejemen
speed bump, speed jump, dan speed table, spesifikasi dari jenis alat pembatas
1) Speed bump
hanya pada area parkir, jalan Privat atau jalan lingkungan terbatas
a. Terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau bahan lainnya yang
sentimeter.
2) Speed hump
17
Speed hump adalah alat pembatas kecepatan yang digunakan
a. Terbuat dari bahan badan jalan atau bahan lainnya yang memiliki
pengaruh serupa;
3) Speed Table
18
c. Memiliki kombinasi warna kuning atau warna putih berukuran 20
puluh sentimeter).
tujuan yang sama, yaitu sama-sama melindungi para pengguna jalan dan
Indonesia sendiri lebih banya dipasang alat pembatas kecepatan yang berupa
speed bump.
alat pembatas kecepatan hanya dipasang di jalan lingkungan, jalan lokal, jalan
adalah jalan yang sangat cocok untuk dipasangkan alat pembatas kecepatan
19
Kedua, Jalan lokal kelas III merupakan jalan yang dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi dari 2.100
terberat yang diizinkan adalah sebesar 8 ton. Sangat diperlukan di jalan lokal
semua jalan yang ada pada suatu daerah dapat dilakukan pemasangan alat
kecepatan dipasangkan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur lalu
20
Penempatan dan pemasangan alat pembatas kecepatan harus pada
ruang manfaaat jalan, kecuali untuk alat pembatas kecepatann berupa jalur
jalur lalu lintas dapat didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan
b. Pemeliharaan, dan
c. Penghapusan
Dalam Pasal 26 ayat (1) huruf d UU Lalu lintas dan angkutan jalan jo.
pada dasarnya tidak ada perizinan untuk masyarakat umum terkait pemasangan
21
pemerintah (khusus untuk jalan tol diselenggarakan oleh badan usaha jalan tol)
perhubungan darat
Alat pembatas kecepatan tidak bisa dipasang oleh sembarangan orang, alat
pembatas kecepatan hanya boleh dipasang apabila telah mendapat perizinan dari
surat permohonan ke pihak yang berwenang agar alat pembatas kecepatan bisa
1. Klasifikasi Jalan
jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
22
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 12 Jalan adalah sarana transportasi
1) Jalan umum
a. Fungsi jalan
1. Jalan arteri
berdaya guna.
2. Jalan kolektor
dibatasi
3. Jalan lokal
12
Witono Hidayat Yuliadi, Undang-undang Lalu Lintas Dan Aplikasinya. Dunia Cerdas: Jakarta
Timur, 2015, hlm 50
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, hlm 6
23
Merupakan jaln umum yang berfungsi melayani
dibatasi
4. Jalan lingkungan
kawasan perkotaan.
c. Status jalan
1. Jalan nasional
24
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
2. Jalan provinsi
strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten
4. Jalan kota
5. Jalan desa
25
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
d. Kelas jalan
jalan
1. Jalan kelas I
2. Jalan kelas II
14
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, hlm 16-17
26
1.200 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan
2) Jalan khusus
15
Ibid, 17
27
Jalan khusus merupakan jalan ynag dibangun dan dipelihara oleh
diperuntukan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan
peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 tahun 2015 mengenai tata cara
tersebut disebutkan bahwa setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi
yang ditetapkan secara nasional dan harus dinyatakan dengan rambu lalu
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 tahun 2015 tentang Tata Cara
16
28
a. Batas kecepatan jalan bebas hambatan, merupakan jalan dengan jalur
ganda untuk lalu lintas dengan kontrol akses penuh untuk keamanan
dan efesiensi gerakan lalu lintas dengan volume yang tinggi, pada
kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan paling tinggi 100
merupakan salah satu bentuk pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam
Jalan;
Pasal 115
Pasal 116
29
a. akan melewati Kendaraan Bermotor Umum yang sedang
menurunkan dan menaikkan Penumpang;
b. akan melewati Kendaraan Tidak Bermotor yang ditarik oleh
hewan, hewan yang ditunggangi, atau hewan yang digiring;
c. cuaca hujan dan/atau genangan air;
d. memasuki pusat kegiatan masyarakat yang belum
dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas;
e. mendekati persimpangan atau perlintasan sebidang kereta
api; dan/atau
f. melihat dan mengetahui ada Pejalan Kaki yang akan
menyeberang.
Pasal 117
melanggar batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah yakni kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 (lima ratus
ribu rupiah).
jalan, jadi satu cara mencegah angka kecelakaan. Kecepatan yang tinggi
mengantisipasi dalam waktu yang tepat bahaya yang datang tiba-tiba dan juga
kecepatan kendaraannnya.
30
1. Pengertiaan Pelanggaran
Mengenai kejahatan itu sendiri di dalam KUHP diatur di dalam Buku II yaitu
tentang Kejahatan. Sedangkan pelanggaran diatur pada Buku III yaitu tentang
recht delicten yang berarti sesuatu yang dipandang sebagai perbuatan yang
dari kejahatan.
sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada
kejahatan.18 Hal ini dapat diketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran
17
Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonedia, 2001, Yrama Widya: Bandung, hlm 280
18
Wirjono Prdjodikoro, 2003,Asas-asas Hukum Pidana, Bandung, Refika Aditama, hlm.33
31
tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana
pidana penjara.19
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 1 didefinisikan sebagai
gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan, sebagai prasarana yang
lintas diatas, maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran
lalu lintas adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
19
Ibid, hlm 123-124
20
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
32
lalu lintas yang berlaku. Pelanggaran lalu lintas merupakan jenis tindak
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai
ketentuan hukum berlalu lintas. Di dalam pengertian umum yang diatur oleh
lalu lintas.
lalu lintas, marka dan lain-lain (Pasal 275 Undan-Undang Lalu Lintas
Angkutan Jalan);
33
5. Mengemudikan kendaran bermotor yang dipasangi perlengkapan yang
Jalan);
laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, dll (Pasal 285 Undang-
Jalan);
34
13. Mengemudikan kendaraan bermotor tidak dilengkapi Surat Tanda
dan tidak dilengkapi surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji
Jalan);
pada siang dan malam hari dalam kondisi tertentu (Pasal 293 Undang-
19. Mengemudikan kendaraan bermotor yang akan belok atau balik arah,
tanpa beri isyarat dengan lampu atau tangan (Pasal 294 Undang-
35
20. Mengemudikan kendaraan bermotor yang akan pindah lajur atau
Api dan jalan yang tidak berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang
lampu isyarat peringatan bahaya atau isyarat lain pada saat berhenti
Jalan);
25. Tidak menggunakan lajur yang telah ditentukan lajur kiri, tidak
36
27. Mengendarai kendaraan bermotor umum berhenti selain di tempat
Angkutan Jalan);
28. Mengemudikan mobil barang untuk angkut orang (Pasal 299 Undang-
tidak patuhi tata cara muatan, daya angkut dan dimensi kendaraan
izin, angkutan orang dalam trayek, angkutan orang tidak dalam trayek,
angkutan barang khusus dan alat berat, dan menyimpang dari izin
37
34. Tidak asuransikan tanggung jawabnya untuk ganti rugi penumpang,
Angkutan Jalan);
E. Kesadaran Hukum
kata “kesadaran” berasal dari kata “sadar”, yang berarti insyaf, merasa, tahu
dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah keinsyafan atau merasa mengerti atau
tidak akan terlepas dari masalah psikis. Berbicara mengenai kesadaran akan
38
Menurut Utrecht hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.23 Di dalam
hukum individu adalah dasar atau pokok terpenting dari kesadaran hukum
di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapkan ada.24
sepantasnya.25
23
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Adtya Bakti, 2005, hlm 38
24
Achmad Ali dan Wiwie Heryani. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana,
Jakarta, 2012, hal 141
25
Marwan Mas. Pengantar Ilmu Hukum. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hal 88
39
tersebut dipengaruhi oleh akal, agama, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Bisa juga dikatakan bahwa kesadaran hukum merupakan kesadaran dari diri
seseorang yang tanpa tekanan, perintah atau pun paksaan dari luar agar
hukum secara teoritis membicarakan daya kerja hukum untuk mengatur atau
26
Otje Salman dan Anton f. Susanto, Op. Cit, hlm 153-154
40
2. Identification, terjadi apabila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada
dari pribadi yang bersangkutan atau oleh karena dia mengubah nilai-
27
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum. Sinar Grafika, Jakarta, 2014, Jakarta, hlm 63
41
seyogianya petugas memiliki pedoman tertulis untuk mengatur ruang
lingkup tugas.
pendukung.
1. Pengetahuan hukum
3. Ketaatan hukum
28
Ibid , hlm 66-69
42
BAB III
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
disingkat Dishub daerah Kota Cirebon, provinsi Jawa Barat. Dinas perhubungan
perhubungan atau transportasi untuk daerah Kota Cirebon, Jawa Barat. Adapun
fungsi dari Dinas perhubungan atau biasa disingkat Dishub adalah merumuskan
Tinggi Transportasi Darat (STTD) dan lainnya. Melalui kantor ini juga aturan
terkait transportasi dimusim-musim padat seperti mudik hari raya diatur. Dishub
rutin membuat program mudik gratis baik mudik jalur perhubungan darat, laut dan
transportasi dan perhubungan seperti urus izin usaha angkutan, izin angkutan
penumpang umum, izin angkutan barang, penerbitan Izin Trayek dan Kartu
izin Operasi Angkutan Sewa, izin Operasi Angkutan Pariwisata, Surat Persetujuan
43
Izin Trayek (SPIT), Izin Operasi (SPIO) Angkutan Taksi Antar Kota Dalam
Visi
Ramah”.
penyeleng,garaan transportasi;
Misi
44
2. Peningkatkan ketertiban berlalu lintas dititik beratkan pada penurunan
kedudukan, struktur organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja dinas
1. Tugas pokok
2. Fungsi
45
d. Pelaksaan administrasi dinas dalam pelaksanaan urusan pemerintahan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh wali kota terkait dengan
daerah kota
7. Persetujuan hasil analisis dampak lalu lintas untuk jalan daerah kota
11. Penetapan rencana umum jaringan trayek Daerah dalam 1(satu) Daerah
Kota
46
12. Penetapan wilayah operasi angkutan orang dengan menggunakan taksi
Kota
13. Penerbitan izin penyelenggaraan taksi dan angkutan kawasan tertentu yang
14. Penetapan tarif kelas ekonomi untuk angkutan orang yang melayani
seluruh wilayah di Daerah Kota dan antara daerah dengan daerah lainnya.
perhubungan disebutkan mengenai alat pelengkap jalan atau prasarana lalu lintas
yang meliputi:
1. Rambu peringatan
2. Rambu larangan
3. Rambu perintah
4. Rambu petunjuk
terdiri dari:
47
1. Marka membujur
2. Marka melintang
3. Marka serong
5. Marka lainnya.
pemakai jalan
g. Fasilitas pendukung kegiatan LLAJ yang berada dijalan dan diluar badan
jalan.
48
pemasangan prasarana lalu lintas jalan dapat dilakukan oleh badan usaha atau
dengan baik. Yang termasuk ke dalam SKPD yakni Sekretariat Daerah, Staf-staf
lembaga daerah lain yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah,
penyediaan perlengkapan jalan atau prasarana lalu lintas, karena alat pembatas
jalan merupakan alat pelengkapan jalan jasi yang berwenang memasang alat
29
Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan,
hlm 17
49
BAB IV
Tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan di Kota Cirebon sudah
diterapkan sejak disahkannya Peraturan ini, bahkan dinas perhubungan pun telah
kecepatan tidak sesuai dengan aturan yang ada mulai dari tidak memiliki izin
dinas perhubungan kota Cirebon hingga alat pembatas kecepatan atau polisi tidur
macam bentuk dan memiliki ketinggian dan kelandaian yang berbeda. Tentu saja
alat pembatas kecepatan yang dimaksud bukanlah alat pembatas kecepatan yang
dibuat sendiri oleh masyarakat. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan tentang
aturan. Seperti halnya yang terdapat dalam ruas Jalan kelurahan yang ada di kota
beraneka ragam bentuk yang membuat pengendara merasa tidak nyaman bila
melewati daerah tersebut. Terlebih warna alat pembatas kecepatan yang terdapat
50
di kelurahan tersebut menyerupai warna dengan badan jalan, hal tentu sangat
berbahaya apabila jalan tersebut dilewati pada malam hari apalagi jika kurangnya
Kecamatan Kesambi, terdapat jalan yang memiliki alat pembatas kecepatan yang
Tahun 2018 seperti di jalan Menara Kelurahan Pekiringan yang memiliki alat
pembatas kecepatan sebanyak 18 (delapan belas) dalam satu ruas jalan yang
jaraknya berdekatan selain itu alat pembatas kecepatan yang terdapat di jalan
dengan alat pembatas kecepatan yang ada dijalan lainnya. Kemudian di jalan
terate juga tedapat polisi tidur sebanyak 8 (delapan) yang sangat tajam apabila
membahayakan. Tidak hanya itu, jalan tersebut juga memiliki polisi tidur yang
warnanya sama dengan warna badan jalan sehingga tidak akan kelihatan jika tidak
diperhatikan dengan baik. Dari segi bahan dalam pembuatan alat pembatas
banyaknya pengendara yang ugal-ugalan dan tidak hanya itu masyarakat juga
merasa kesal dan marah ketika ada pengendara yang membawa kendaraan dengan
tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dijelaskan dalam Pasal 115 yang
berbunyi:
51
“Pengemudi Kendaraan Bermotor di Jalan dilarang:
a. Mengemudikan Kendaraan melebihi batas kecepatan paling tinggi yang
diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan/atau
b. Berbalapan dengan Kendaran Bermotor lain”.
tata cara penetapan batas kecepatan kendaraan bermotor yang mana dalam
peraturan tersebut disebutkan bahwa setiap jalan memiliki batas kecepatan paling
tinggi yang ditetapkan secara nasional, batas kecepatan yakni paling tinggi 30
(tiga puluh) kilometer per jam pada kawasan permukiman. peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 111 tahun 2015 mengatur pula mengenai sanksi bagi
pengemudi kendaraan yang melanggar batas kecepatan paling tinggi atau paling
rendah yakni kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp
lemah di Indonesia.
Dan Angkutan Jalan). pelanggaran lalu lintas adalah suatu tindakan atau perbuatan
52
namun pemasagan portal alat pembatas kecepatan yang dibuat oleh masyarakat
tersebut tidak sesuai dengan aturan yang ada yang mana telah dijelaskan pada bab
pengguna jalan disebutkan bahwa jalan yang dapat dipasangi alat pembatas
kecepatan hanya pada Jalan kolektor, jalan lokal, area parkir, jalan Privat atau
intersection).
Alat pembatas kecepatan terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau bahan
sentimeter, lebar bagian atas antara 30 (tiga puluh) sampai dengan 90 (sembilan
puluh) sentimeter dengan kelandaian paling banyak 15 (lima belas) persen untuk
alat pembatas kecepatan yang berupa speed bump. Memiliki ukuran tinggi antara
atas 660 cm (enam ratus enam puluh) sentimeter dengan kelandaian paling tinggi
15% (lima belas persen) untuk speed hump, dan untuk speed table memiliki
sentimeter), lebar bagian atas 660 cm (enam ratus enam puluh) sentimeter dengan
kelandaian paling tinggi 15% (lima belas persen). Selain ukuran yang harus sesuai
standar juga alat pembatas kecepatan yang dibuat harus memiliki kombinasi
warna kuning atau warna putih berukuran 20 cm (dua puluh sentimeter) dan
30
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 82 Tahun 2018 Tentang Alat Pengendali Dan
Pengaman Pengguna Jalan
53
warna hitam berukuran 30 cm (tiga puluh sentimeter). Semua jenis dan klasifikasi
alat pembatas kecepatan diatas memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama
dan juga kenyamanan dalam berlalu-lintas khususnya pada jalan-jalan dan lokasi-
lokasi tertentu. Di jalan kota Cirebon sendiri lebih banyak masyarakat yang
Selain tidak sesuai dengan spesifikasinya, polisi tidur yang dibuat oleh
masyarakat juga tidak memiliki izin dari Dinas Perhubungan Kota Cirebon, hal ini
tentu sangat bertentangan dengan peraturan daerah kota Cirebon nomor 9 tahun
(d) yakni;
Dari hasil wawancara peneliti dilapangan mengenai polisi tidur atau alat
pembatas kecepatan yang dibuat sendiri oleh masyarakat banyak yang tidak sesuai
masyarakat yang ingin membuat polisi tidur karena itu merupakan inisiatif dari
masyarakat asal telah mendapat pengesahan dari dinas perhubungan agar tidak
54
melakukan kegiatan wawancara kepada narasumber tentang bagaimana proses
harus dengan izin dari Dinas Perhubungan melalui mekanisme antara lain sebagai
berikut:31
ingin dipasang alat pembatas jalan atau polisi tidur didaerah tersebut
pembatas kecepatan.
Staff lapangan atau Staff LLAJ (Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)
ugalan, dan juga survei lapangan untuk mengetahui berapa panjang dari
4. Setelah melakukan survei, Staff lapangan atau Staff LLAJ (Lalu Lintasdan
hendak dipasang.
55
Prosedur mekanisme tersebut diatas harus dilakukan agar pemasangan
Alat pembatas kecepatan terdata dan tercatat dikantor Dinas perhubungan Kota
Cirebon.
kesenjangan berada pada tahap penegakan hukum yang belum efisien dalam
atau fasilitas, karena belum ada pemahaman hukum pada masyarakat, sosialisasi
yang tingkat kesadaran tentang hukum masih rendah ini terbukti bahwa tidak ada
upaya yang nyata untuk memahami hukum atau peraturan yang dibuat oleh
kecepatan tidak sesuai dengan aturannya. Kesadaran hukum itu sendiri merupakan
pandangan hidup masyarakat atas apa sebenarnya hukum itu dimana pandangan-
pandangan tersebut dipengaruhi oleh akal, agama, politik, ekonomi dan lain
dari diri seseorang yang tanpa tekanan, perintah atau pun paksaan dari luar agar
tunduk serta patuh terhadap hukum. Selain kesadaran hukum masyarakat yang
56
B. Upaya Dinas Perhubungan Kota Cirebon Mengenai Pemasangan Alat
bahwa pengertian alat pembatas kecepatan adalah merupakan salah satu alat
kelengkapan pada jalan yang digunakan untuk menghambat laju kendaraan. Alat
pembatas kecepatan berperan penting dalam lalu lintas di jalan. Pemasangan alat
pembatas kecepatan tidak boleh dipasang asal-asalan karena sudah ada aturan
dilakukan oleh peneliti ke Dinas Perhubungan dibidang Lalu Lintas dan Angkutan
pembatas kecepatan yang sesuai dengan aturan tersebut adalah alat pembatas
kecepatan yang ketinggiannya tidak boleh lebih dari 15 sentimeter. Jikalau polisi
tidur tersebut lebih dari 15 cm, akan dapat membuat pengendara marah dan kesal
dikarenakan alat pembatas kecepatan yang terlalu tinggi, yang mana sudahh diatur
didalam peraturan menteri. Dengan standar yang telah ditetapkan tersebut, akan
Alat pembatas kecepatan yang tidak sesuai aturan misalnya alat pembatas
kecepatan yang memiliki bentuk yang besar dan tinggi serta warna yang sama
dengan badan jalan, tentu akan sangat menggangu terutama bagi pengendara.
Ketika alat pembatas kecepatan yang dibangun tidak sesuai maka itu akan
32
Asep Sudrajat, Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas, di Kantor Dinas Perhubungan Kota Cirebon,
wawancara Tanggal 13 Juni 2019
57
tidur tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu tajam karna akan dapat
membahayakan pengendara.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa alat pembatas kecepatan atau polisi
tidur yang ada di kota Cirebon memiliki banyak sekali bentuk yang tidak sesuai
dengan sistem aturan dan bisa dikatakan ilegal. Hal tersebut membuat pengendara
merasa tidak nyaman, bahkan tidak sedikit juga pengendara yang merasa kesal
dengan adanya alat pembatas kecepatan tersebut. Setelah mengetahui adanya alat
tanggapan yang sangat bagus dan menerima dengan baik dari Lurah
33
Asep Sudrajat, Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas, di Kantor Dinas Perhubungan Kota Cirebon,
wawancara Tanggal 13 Juni 2019
58
3. Kemudian setelah mendapatkan persetujuan dari Lurah kelurahan, Dinas
kegunaan dan fungsi polisi tidur dan diharapkan masyarakat juga dapat
memahami.
perhubungan.
bahwa mereka melakukan upaya dengan koordinasi terlebih dahulu kepada Lurah
bukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang dibuat sendiri oleh masyarakat.
Oleh karena itu mereka harus melakukan upaya koordinasi terlebih dahulu kepada
Lurah setempat. Apabila alasannya tepat, maka mereka dapat memaklumi alasan
Polisi Pamong Praja terpaksa harus membongkar secara paksa alat pembatas
ditentukan, itu sudah tidak sesuai lagi dengan ketentuan yang berlaku.
bentuk apapun kepada masyarakat, karena hal itu dilakukan juga untuk kebaikan
59
menghargai inisiatif dari masyarakat yang membuat alat pembatas kecepatan
sendiri, walaupun alat pembatas kecepatan tersebut tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Dalam UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
sebenarnya telah tertuang terkait sanksi terhadap masyarakat yang membuat alat
pembatas kecepatan yang tidak sesuai dengan aturan, ada dua pasal yang
mengakibatkan kerusakan dan atau gangguan fungsi jalan seperti yang dimaksud
dalam pasal 28 ayat 1 dapat dipidana penjara paling lama satu tahun atau denda
Sedangkan dalam pasal 275 ayat 1, disebutkan bahwa setiap orang yang
Lintas, Marka Jalan, Alat pemberi isyarat lalu lintas, fasilitas pejalan kaki dan alat
kurungan paling lama satu bulan dan denda paling banyak Rp 250.000.
sebuah isyarat bahwa peraturan dijalan tidak lagi bisa ditegakkan melalui rambu
dan marka jalan tidak lepas dari kelemahan penegakan hukum sehingga orang
bertindak sendiri membuat rintangan di jalan dengan tujuan agar pengendara tidak
sudah tidak bisa mematuhi rambu dan marka jalan yang dibuat untuk ketertiban di
60
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
pembatas kecepatan tidak sesuai dengan aturan yang ada mulai dari tidak
Seperti yang terdapat dalam ruas Jalan kelurahan yang ada di kota
(delapan belas) dalam satu ruas jalan yang jaraknya berdekatan selain itu
kecepatan yang ada dijalan lainnya. Kemudian di jalan terate juga tedapat
polisi tidur sebanyak 8 (delapan) yang sangat tajam. Dari segi bahan dalam
61
pembuatan alat pembatas kecepatan masyarakat kelurahan Pekiringan
Tidak hanya itu, jalan tersebut juga memiliki polisi tidur yang warnanya
sama dengan jalan sehingga tidak akan kelihatan jika tidak diperhatikan
dengan baik.
Selain tidak sesuai dengan spesifikasinya, polisi tidur yang dibuat oleh
Cirebon, hal ini tentu sangat bertentangan dengan peraturan daerah kota
spesifikasi teknis dari SKPD dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan.
dengan ketentuan yang berlaku yang dibuat sendiri oleh masyarakat. Oleh
62
memaklumi alasan tersebut, kalau tidak, maka mereka terpaksa harus
apabila ketinggiannya melebihi batas yang telah ditentukan, itu sudah tidak
bentuk apapun kepada masyarakat, karena hal itu dilakukan juga untuk
B. Saran
1. Adanya alat pembatas kecepatan yang dibuat oleh masyarakat tidak sesuai
lalu lintas harus selaras dengan landasan filosofi pancasila sila kelima
63
2. Dalam memberikan upaya-upaya informasi kepada masyarakat, lembaga
untuk lebih memberikan sanksi yang lebih tegas kepada masyarakat yang
64
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Achmad Ali dan Wiwie Heryani. 2012, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap
Hukum. Jakarta: Kencana
Marwan Mas, 2014, Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Otje Salman dan Anton f. Susanto, 2004, Teori Hukum Mengingat Mengumpulkan
dan Membuka Kembali. Bandung: PT Refika Aditama
Satjipto Raharjo, 2005, Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Surayin, 2001, Kamus Umum Bahasa Indonedia. Bandung: Yrama Widya
PERUNDANG-UNDANGAN
65
INTERNET
https://docplayer.info/67455583-Pendahuluan-speed-bump-speed-bump-atau-
disebut-juga-sebagai-alat-pembatas-kecepatan.html, (diakses pada Tanggal 8
Juni 2019)
https://otomotifnet.gridoto.com/read/231149361/asal-mula-istilah-polisi-tidur-
ternyata-dari-bahasa-inggris#!%2F, (diakses pada Tanggal 23 Juni 2019)
WAWANCARA
Asep Sudrajat, Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas, di Kantor Dinas Perhubungan
Kota Cirebon, wawancara Tanggal 13 Juni 2019
66