PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara Hukum, dimana hal tersebut telah tecantum Pasal 1 Ayat 3 dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hasil Amandemn Ke-4.1
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kehancuran.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam suatu
masyarakat. Pada subtansinya bahwa hukum tidak akan bisa lepas dari masyarakat. Adapun
Utrecht dalam bukunya “Pengantar Hukum Indonesia” memberikan pengertian mengenai
hukum, yaitu himpunan peraturan-peraturan
dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena harus ditaati oleh
masyarakat.2 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Alat Pengendali
dan Pengaman Pemakai Jalan, menegaskan bahwa pembuatan speed bumper atau polisi tidur
harus memenuhi segala kriteria yang diatur dalam keputusan tersebut. Sehingga segala hal yang
berkaitan dengan speed bumper yang ada di jalan saat ini, dimulai dari ketinggiannya yang
beragam, penempatannya yang tidak tepat, bentuk dan bahan pembuatan speed bumper yang
bermacam-macam, hingga aspek perizinan terhadap pembangunannya yang harus dipenuhi dan
sanksi hukum yang mengancam para pembuat speed bumper, menjadi menarik untuk dikaji lebih
dalam.
Polisi tidur atau jendulan (road humps) adalah peninggian melintang permukaan jalan yang
digunakan akan untuk mengendalikan kecepatan kendaraan . Fasilitas polisi tidur dikenal dengan
berbagai jenis, diantaranya Speed Flat Bump, Speed humps, dan Speed tables (Flat Top Speed
Hump). Fenomena jendulan melintang pada masyarakat indonesia sudah lama dikenal. Maksud
pembuatan jendulan melintang pada mulanya sebagai pengendali kecepatan bagi kendaraan yang
lewat, Sedangkan tujuannya untuk keselamatan.
Jendulan melintang (road Humps) atau polisi tidur merupakan bagian dari rekayasa lalu lintas
yang berfungsi sebagai alat pengendali kecepatan lalu lintas untuk menurunkan kecepatan pada
daerah yang memiliki kondisi geometrik atau tata guna lahan yang kurang menguntungkan,
sampai 40%. Jendulan melintang berupa peninggian sebagian badan jalan yang melintang
terhadap sumbu jalan dengan lebar, tinggi, dan kelandaian tertentu. Jendulan melintang jalan
adalah peninggian melintang permukaan jalan yang digunakan untuk mengendalikan kecepatan
kendaraan. Fasilitas polisi tidur dikenal dengan berbagai jenis, diantaranya Speed dan Tables
(Flat Top Speed Hump).
Permasalahan dapat terjadi dalam pemasangan fasilitas polisi tidur yang tidak sesuai kriteria,
seperti jalur yang memotong suatu tata guna lahan yang memiliki tingkat aktivitas tinggi dalam
pelaksanaan pada jalan lokal dapat dilaksanakan untuk jalan searah maupun dua arah, baik
terpisah maupun tidak terpisah, mengenai material bahan yang digunakan serta jarak/spasidan
dimensi dari jendulan melintang itu sendiri.
Dalam penelitian ini dilakukan penentuan jarak optimal jendulan melintang berseri dalam
fungsinya sebagai pereduksi kecepatan kendaraan pada suatu ruas jalan, dimana penelitian jarak
optimal tersebut ditinjau dari hasil kecepatan rata-rata yang dihasilkan kendaraan saat berlalu
lintas pada suatu ruas jalan terdapat jendulan melintang. Dari hasil penelitian yang diperoleh
tentu akan diketahui jarak optimal jendulan melintang pada lokasi penelitian.
Penentuan reduksi kecepatan kenderaan di suatu lokasi tertentu, tidak lah cukup hanya
dengan menempatkan sebuah jendulan melintang berseri di lokasi tersebut. Perlu diketahui
hubungan antara jarak jendulan melintang berseri denganbesar penurunan kecepatan. Di duga
bahwa reduksi kecepatan kendaraan lebih tinggi pada jarak jendulan melintang berseri yang lebih
pendek dibandingkan pada jarak yang lebih panjang. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan
diatas, maka dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi legalitas penggunaan speed bumper di Kabupaten Bandung
berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 3 Tahun 1994 Tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan dan peraturan terkait lainnya?
2. Berapa jarak optimal jendulan melintang berseri yang memberikan nilai kecepatan
paling rendah?
Untuk menghindari penelitian terlalu luas dan terbatasnya waktu, maka pembatasan masalah
dalam penelitian ditentukan pada beberapa hal, yaitu:
1. Lokasi penelitian,dilakukan pada 1(satu) ruas jalan dengan jendulan melintang yang ada
di Desa Kaimbulawa, yakni pada jalan Poros Siompu.
2. Jenis jendulan melintang yang diteliti adalah speed bump.
3. Subjek penelitian yaitu kendaraan roda dua.
4. Pengumpulan data pada penelititan ini dilakukan berdasarkan Panduan Survei dan
perhitungan waktu perjalanan lalu Lintas Tahun 2021 tentang metode kecepatan
pengendara setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai bahan referensi, peneliti mengemukakan beberapa contoh studi terdahulu yang juga
membahas tentang polisi tidur:
1. Aditya Muhammad Universitas Sumatra Utara (2018). Melakukan penelitian tentang
polisi tidur dengan tujuan mengetahui kecepatan rata-rata kendaraan di Jalan T.Amir
Hamzah adalah 38,768 km/jam dan pembangunan 35,023 km/jam.
2. Prismawati (2010). Dalam analisisnya ditunjukan bahwa semakin lambat kecepatan
kendaraan yang melintasi speed bump maka kecepatan turun yang dihasilkan akan
semakin besar.
Jendulan melintang adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat
pengemudi kendaraan bermotor mengurangi kecepatan kendaraannya, kelengkapan tambahan
antara lain berupa peninggian sebagian badan jalan yang melintang terhadap sumbu jalan
dengan lebar, tinggi dan kelandaian tertentu yang dikenal sebagai polisi tidur. Jendulan
melintang jalan (road humps) adalah fasilitas yang dirancang untuk memberikan efek paksaan
bagi pengemudi menurunkan kecepatan dalam berkendara.
Dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 3Tahun 1994 Tentang Alat
pengendali pemakai jalan disebutkan peraturantentang alat pengendali atau pembatas kecepatan
(road humps) bahwa alat pengendali atau pembatas kecepatan (road humps) adalah kelengkapan
pada jalan yang berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi
kecepatannya. Alat pengendali atau pembatas kecepatan (road humps) berupa peninggian
sebagian badan jalan yang melintang terhadap sumbu jalan dengan lebar, tinggi dan kelandaian
tertentu.
Speed hump memiliki spesifikasi ukuran tinggi antara 5-9 cm, lebar total antara 35-90 cm
dan kelandaian maksimal 50 persen. Dibuat dengan warna kuning atau putih dengan ukuran 20
cm, dan warna hitam 30 cm. Speed hump dibuat untuk jalan lokal dengan laju kendaraan
maksimal 20 km per jam. Fungsinya yakni untuk mengatur kecepatan kendaraan pada jalan
operasional yang bisa diseberangi oleh pejalan kaki semacam zebra cross. Bentuknya memiliki
tonjolan dan permukaannya lebih luas dari speed bump. Jenis ini sering dipasang di jalan lokal
dan jalan lingkungan.
2.4 Efektifitas
Penempatan fasilitas pengendali kecepatan ini haruslah didasarkan kepada pertimbangan adanya
kebutuhan dan perencanaan fasilitas dengan memperhatikan hal - hal sebagai berikut.
Beberapa dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh fasilitas polisi tidur yaitu:
1. Dampak positif
2. Dampak negatif
Adanya aintenance cost (biaya pemeliharaan) kendaraan yang besar diakibatkan fasilitas
polis tidur apabila pengendara tidak menurunkan kecepatannya.
Adanya potensi kecelakaan lalu lintas atau kerusakan kendaraan apabila tidak dirancang
dan dilaksanakan sesuai standar yang disyaratkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi peneltian dijadikan objek penelitian adalah jalan poros siompu (Desa Kaimbulawa)
dan waktu penelitian atau pengambilan data dilaksanakan selama satu minggu. Desa kaimbulawa
merupakan Kabupaten Buton Selatan tepatnya di kecamatan Siompu. Sebagian penduduknya
bekerja sebagai petani.
Data yang diperlukan pada penelitian ini terbagi atas dua jenis yaitu data primer dan
sekunder.
Data primer dilakukan survei langsung ke lokasi penelitian di jalan poros Siompu Desa
Kaimbulawa. Pengamatan di lakukan pada Hari Senin sampai hari minggu yaitu pada tanggal 14
juni – 20 juni selama 2 jam yaitu dari pukul 07.00 – 09.00 wita, dan 17.00 – 19.00. Data yang
didapat yaitu berdasarkan hasil pengamatan berdasarkan :
1. Kecepatan
2. Geometrik jalan
Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat bantu dan juga pengolaan data, peralatan
tersebut adalah sbb:
1. Stop watch, untuk menghitung waktu tempuh kendaraan.
2. Alat tulis untuk mencatat data kecepatan kendaraan yang lewat
Mulai
Surfei Pendahuluan
Pengumpulan Data
Analisis Data:
1. Kecepatan waktu tempuh
2. Melakukan analisis penurunan
kecepatan dan efektifitas polisi
tidur
Analisis Data