Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok : - Devita Fitri Anisa.

- Dwi Wulandari Putri.


- Indri Sri Mulyani.
- Lia Amelia.
- Nabila Latifa Faradiba Maharani.
Judul : Pro ( Setuju ) Transportasi Online.
Tingginya tingkat kemacetan dan polusi udara menjadi alasan utama masyarakat enggan keluar
rumah atau kantor. Padahal di sisi lain, mereka harus mobile untuk memenuhi kebutuhan,
misalnya untuk makan, mengirim barang, atau membeli barang tertentu. Akibatnya, mereka
mencari cara praktis untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan tanpa harus keluar rumah atau
kantor, salah satunya dengan menggunakan jasa transportasi online.

Memang tidak bisa dipungkiri, masyarakat terutama di kota besar sedang menggandrungi 
transportasi online dengan menggunakan aplikasi smartphone. Selain bisa menghemat waktu,
transportasi online juga bisa menghemat uang karena banyaknya promo yang ditawarkan. Cukup
dengan download aplikasi yang ditawarkan dan pesan melalui smartphone, maka dalam hitungan
menit, pelaku jasa transportasi siap mengantarkan pesanan atau mengantar Anda ke tenpat
tujuan. Sangat mudah bukan ?

Christina Mega, warga Tidar Surabaya mengaku sangat terbantu dengan layanan transportasi
online. “Tadinya saya penasaran dengan transportasi online. Tapi setelah mencoba, ternyata
lumayan juga ya. Tidak perlu menunggu lama untuk dijemput, selain itu biayanya juga lebih
murah karena ada promo,” kata mahasiswa Unika Widya Mandala Surabaya yang hampir setiap
hari menggunakan jasa transportasi online roda empat ini.

Tidak hanya itu, transportasi online juga bisa mengurai tingkat kemacetan, terutama di kota-kota
besar. Perubahan gaya hidup inilah yang dimanfaatkan pelaku usaha untuk memulai persaingan
dalam bisnis transportasi online.

Berikut ini ada 4 layanan transportasi online yang sudah beroperasi :

1. Go-Jek

Pada prinsipnya, aplikasi Go Jek bekerja dengan mempertemukan permintaan angkutan ojek dari
penumpang dengan jasa tukang ojek yang beroperasi di sekitar wilayah penumpang tersebut.
Cukup dengan mengunduh aplikasinya dari Google Play Store, maka kita bisa memesan jasa
layanan tersebut. Tarif angkutannya disesuaikan dengan jarak tempuh yang akan dicapai. Selain
jasa angkutan penumpang, ada juga layanan antar barang (kurir) dan belanja.

2. Grabbike
Hampir mirip dengan Go Jek, hanya saja layanan Grabbike belum memiliki layanan antar barang
atau belanja. Saat ini, Grabbike telah beroperasi di 3 kota di kawasan Asia Tenggara yang
mengalami persoalan kemacetan, seperti Ho Chi Min City dan Hanoi di Vietnam, serta di
Jakarta.

3. Grabtaxi

Grabtaxi merupakan aplikasi pemesanan taksi dengan induk perusahaan dari Malaysia. Dengan
aplikasi ini, masyarakat bisa memesan taksi untuk keperluan antar jemput dengan tariff standar
yang ditetapkan sesuai argo. Layanan antar jemput bisa lebih cepat karena pemesanan dilakukan
melalui aplikasi yang sudah diunduh di smartphone.

4. Uber

Uber adalah perusahaan jaringan transportasi dari Amerika yang menggunakan aplikasi di
smartphone untuk pemesanan mobil. Bedanya, armada mobil yang digunakan bukan transportasi
public plat kuning, melainkan mobil pribadi ber plat hitam dengan logo khusus Uber. Jika
menggunakan jasa ini tidak bisa membayar tunai, tapi secara online atau kartu kredit. Tarif yang
ditetapkan adalah Rp 30 ribu sebagai tariff minimal dan selanjutnya dikenakan tariff perjalanan
berdasar waktu dan jarak yang ditempuh. Jenis mobil yang digunakan adalah Toyota Innova,
Alphard dan Hyundai Sonata.

REUTERS Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa Agung H.M Prasetyo anggap wajar masyarakat beralih dari
alat transportasi konvensional menjadi alat transportasi berbasis online.

Ia mengatakan, justru semestinya alat transportasi non-online itu berbenah diri dan mampu
menyesuaikan dinamika tersebut.

"Kami berharap dengan adanya pendatang baru di bidang transport, yang lama berusaha untuk
memperbaiki diri," ujar Prasetyo di kantornya, Kamis (24/3/2016).
Prasetyo mengatakan, masyarakat mulai meninggalkan taksi konvensional karena dianggap saat
ini ada yang lebih mudah dijangkau dan biayanya tidak begitu mahal.

Menurut dia, baik atau buruknya kendaraan tergantung penerimaan masyarakat.

"Jadi tidak ada yang bisa disalahkan. Yang menggunakannya ini kan 'salah' juga dong, kalau
lihat teori sebab-akibat," kata Prasetyo.

Meski begitu, alat transportasi berbasis online ini sudah sepatutnya membayar pajak,
sebagaimana alat transportasi konvensional lainnya.

Oleh karena itu, pemerintah sedang melakukan penertiban dengan memberi waktu dua bulan
kepada perusahaan Uber Taxi dan GrabCar untuk bergabung ke operator resmi angkutan atau
membentuk badan hukum sendiri supaya keberadaannya menjadi resmi sebagai perusahaan
angkutan.

(Baca: Uber dan GrabCar Diberi Waktu Dua Bulan untuk Bentuk Badan Resmi)

Selama dua bulan ke depan, kedua perusahaan angkutan berbasis aplikasi itu diberikan
kesempatan untuk memilih badan hukum yang menaungi bisnisnya.

Mereka diberi pilihan, apakah mau bergabung ke dalam operator angkutan umum yang sudah
ada atau membentuk badan hukum sendiri sebagai operator angkutan umum baru.

Selama dua bulan itu, Uber Taxi dan GrabCar diperbolehkan beroperasi. Namun, keduanya tidak
boleh berekspansi atau menambah unit.

Tidak Mengahapus Penggunaan Aplikasi Dalam Transportasi  

Saat sekarang ini ketertingalan kita dalam hal teknologi informasi dan komunikasi sangatlah
jauh sebagai contoh di negara tetangga singgapura sudah menerapkan 90 persen m-learning
(pembelajaran berbasis mobile phone) sedangan di Indonesia e-learning saja baru 40 persen
yang diterapkan, maka dari pada itu penggunaan aplikasi online kedalam transportasi adalah
bentuk kemajuan kita dan perkembangan negara Indonesia dalam hal teknologi informasi dan
komunikasi, aplikasi online ini adalah buah fikir kreatifitas yang harus dikembangkan sudah
saatnya didukung pemerintah terkhusunya Kemenkominfo.
Bijaksana dan Berlomba dalam Berkreatifitas

Bagi pihak yang kontra dengan transportasi online sebaiknya tidak mempermaslahkan system
online dalam transportasi tersebut karena transportasi non online pun sudah seharusnya
meningkatkan kreatifitas dalam pengelolaan transportasi dengan menerapkan juga system
online dalam perusahaan transportasi yang sebelumnya tidak memakai aplikasi onlne agar
pengguna transportasi lebih mudah dalam menggunakan layanan transportasi. Karena
fonomena pro-kontra ini lebih kepada isu persaingan jadi persaingan tersebut harus
diselesaikan dengan berlomba berkreatifitas, jika hal ini dilakukan maka kota kota di Indonesia
menuju konsep kota Smart City  akan lebih cepat terealisai karena masyarakat butuh pelayanan
yang mudah dalam sebuah kota yang menerapkan Teknologi Informasi dan  Komunikasi dalam
hal sistem informasi terintegrasi.

MENDUKUNG:

1. SINGAPURA

Di  negeri ini orotitas transportasi darat dikendalikan oleh Land Transport Authority (LTA). Saat
ini setidaknya ada lima aplikasi taxi on-line di negeri jiran ini.

2. FILIPINA

Setelah setahun beroperasi, Uber menjadi bisnis yang legal. Departemen Transportasi Filipina
telah melansir peraturan baru yang sesuai dengan klasifikasi Uber bernama Transportation
Network Vehicle Service (TNVS). Peraturan ini mengatur jasa transportasi berbasis aplikasi
dengan beberapa syarat. Uber tidak dilihat sebagai ancaman bagi industri taksi konvensional,
tetapi justru merupakan alternatif pelayanan jasa transportasi yang lebih modern dan inovatif.

3. BRAZIL

Penggunaan Uber terus meningkat sepanjang 2015. Bagi konsumen, Uber menjadi preferensi
bagi mereka yang menghargai keselamatan, keragaman pilihan pembayaran, dan berbagai
promosi.Akhir Juli 2015, terjadi demo besar menentang Uber. Pemerintah kota menanggapi
protes dengan berbeda. Di Sao Paulo dan Brasilia, anggota DPRD setuju untuk melarang Uber.
Tapi Gubernur Brasilia malah memveto larangan tersebut.
4. JERMAN

Seorang hakim di Jerman membatalkan larangan terhadap layanan jaringan berbagi


transportasi Uber beroperasi. Mulai 16 september 2014, Uber diizinkan untuk beroperasi
kembali di Jerman. Hakim pengadilan Frankfurt, Frowing Kurth, menilai layanan Uber
bersaing secara adil dengan layanan taksi setempat. Pihak Uber menyambut baik keputusan
ini karena jika Uber terus beroperasi maka akan mendorong inovasi industri taksi di negara
itu.

5. CANBERRA

Layanan taksi berbagi Uber X secara resmi diluncurkan 30 Oktober 2015 di negara bagian
ACT (Australia Capital Territory) dengan Canberra menjadi kota pertama di Australia yang
mengatur masalah tersebut. Sehari sebelumnya, pemerintah negara bagian ACT meloloskan
peraturan yang mengizinkan layanan berbagi penumpang seperti Uber beroperasi di negara
bagian tersebut.
Daftar Pusaka.

http://iklanpos.co.id/highlights-new-edition/transportasi-online-jadi-alternatif-
karena-praktis-dan-murah/

http://nasional.kompas.com/read/2016/03/25/07231071/Transportasi.Online.Ber
munculan.Jaksa.Agung.Minta.Angkutan.Konvensional.Berbenah

http://kaltim.prokal.co/read/news/261961-ini-dia-pro-kontra-alat-transportasi-
online-di-beberapa-negara.html

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56f129f72489a/transportasi-online-
vs-konvensional

Anda mungkin juga menyukai