Anda di halaman 1dari 30

FHK 220 HUKUM TEKNOLOGI

HUKUM DAN TEKNOLOGI DALAM BIDANG


TEKNOLOGI TRANSPORTASI DARAT
(Ojek/Taksi Online, Kendaraan Listrik)

Materi Kuliah Minggu ke-6


APLIKASI BERBASIS TEKNOLOGI
DI BIDANG TRANSPORTASI DARAT
(SEPEDA MOTOR/OJEK ONLINE)

 OJOL (Ojek Online) sempat dipermasalahkan karena


dianggap ilegal oleh Kementerian Perhubungan.

o Namun akhirnya Kementerian Perhubungan mengeluarkan


peraturan perundang-undangan bagi layanan transportasi
berbasis aplikasi (Gojek, Grab, dll.), yaitu Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.
o Permenhub 32/2016 diganti dgn Permenhub Nomor 108
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek

o Permenhub 108/2017 diganti dgn Permenhub Nomor 12


Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan
Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat.

o Permenhub 18/2020 tentang Pengendalian Transportasi


dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.
o Permenhub 41/2020 tentang Perubahan atas Permenhub.
Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi
dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.
o Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan
untuk Kepentingan Masyarakat.

Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan keselamatan bagi penggunaan sepeda motor yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat yang dilakukan:
a. dengan aplikasi berbasis teknologi informasi; dan
b. tanpa aplikasi berbasis teknologi informasi.

Pasal 3
(2) Penggunaan Sepeda Motor yang digunakan untuk kepentingan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi aspek:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. kenyamanan;
d. keterjangkauan; dan
e. keteraturan.
Pasal 4
Pemenuhan aspek keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf a paling sedikit harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Pengemudi dalam keadaan sehat;
b. Pengemudi menggunakan kendaraan bermotor dengan Surat Tanda
Kendaraan Bermotor yang masih berlaku;
c. Pengemudi memiliki Surat Izin Mengemudi C;
d. Pengemudi memiliki Surat Izin Mengemudi D untuk mengemudikan
kendaraan khusus bagi penyandang disabilitas;
e. Pengemudi mematuhi tata cara berlalu lintas dijalan;
f. Pengemudi tidak membawa Penumpang melebihi dari 1 (satu) orang;
g. Pengemudi menguasai wilayah operasi;
h. Pengemudi menggunakan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. Pengemudi melakukan pengecekan terhadap kendaraan yang akan
dioperasikan;
j. Pengemudi melakukan perawatan kendaraan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan dalam buku perawatan yang dikeluarkan oleh Agen
Pemegang Merek;
k. Pengemudi mengendarai Sepeda Motor dengan wajar dan penuh
konsentrasi.
l. Pengemudi:
1. memakai jaket dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya
disertai dengan identitas pengemudi;
2. menggunakan celana panjang;
3. menggunakan sepatu;
4. menggunakan sarung tangan; dan
5. membawa jas hujan; dan
m. Pengemudi dan Penumpang menggunakan helm standar nasional
Indonesia.

Pasal 6
Pemenuhan aspek kenyamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf c paling sedikit harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Pengemudi menggunakan pakaian sopan, bersih, dan rapi;
b. Pengemudi berperilaku ramah dan sopan; dan
c. Pengemudi dilarang merokok dan melakukan aktifitas lain yang
mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai sepeda motor.
BAB IV
MEKANISME PENGHENTIAN OPERASIONAL PENGGUNAAN SEPEDA
MOTOR YANG DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN MASYARAKAT
YANG DILAKUKAN DENGAN APLIKASI
Pasal 14
(1) Perusahaan Aplikasi harus membuat standar, operasional dan prosedur
dalam penghentian operasional sementara (suspend) dan putus mitra
terhadap pengemudi.
(2) Standar, operasional, dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat:
a. jenis sanksi penghentian operasional sementara (suspend) dan
putus mitra;
b. tingkatan pemberian sanksi penghentian operasional sementara
(suspend) dan putus mitra;
c. tahapan pemberian sanksi penghentian operasional sementara
(suspend) dan putus mitra; dan
d. pencabutan sanksi penghentian operasional sementara (suspend).
(3) Standar, operasional, dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebelum ditetapkan terlebih dahulu dilakukan dengan mitra kerja.
(4) Standar, operasional, dan prosedur yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) harus disosialisasikan kepada mitra kerja oleh
Perusahaan Aplikasi.
APLIKASI BERBASIS TEKNOLOGI
DI BIDANG TRANSPORTASI DARAT
ANGKUTAN SEWA KHUSUS (TAKSI ONLINE)

 TAKSI ONLINE sempat dipermasalahkan karena dianggap


ilegal oleh Kementerian Perhubungan.

 Namun akhirnya Kementerian Perhubungan mengeluarkan


peraturan perundang-undangan bagi layanan taksi berbasis
aplikasi, yaitu Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus.

 Permenhub Nomor 17 Tahun 2019 tentang Perubahan atas


Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018
Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018
menggantikan Permenhub. Nomor 108 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, dan Permenhub.
Nomor 26 Tahun 2017 sebagai revisi dari Permenhub. Nomor
32 Tahun 2016 tentang Angkutan Orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.

 Permenhub tersebut mengatur angkutan tidak dalam trayek,


seperti taksi, angkutan sewa, carter, pariwisata dan
sebagainya.

BAB VI
PENGGUNAAN APLIKASI BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
Pasal 26
Perusahaan Angkutan Sewa Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) dapat menyelenggarakan aplikasi di bidang
transportasi darat secara mandiri atau bekerjasama dengan
Perusahaan Aplikasi.
Pasal 27
Perusahaan Aplikasi dilarang:
a. menetapkan tarif; dan
b. memberikan promosi tarif di bawah tarif batas bawah yang telah
ditetapkan.
Pasal 28
(1) Perusahaan Aplikasi wajib:
a. berbadan hukum Indonesia;
b. mengutamakan keselamatan dan keamanan transportasi;
c. memberikan perlindungan konsumen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. memberikan akses Digital Dashboard kepada Menteri atau Gubernur
sesuai dengan kewenangan;
e. memberikan akses aplikasi kepada Pengemudi yang kendaraannya
telah memiliki izin penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus berupa
Kartu Elektronik Standar Pelayanan;
f. bekerja sama dengan Perusahaan Angkutan Sewa Khusus yang
telah memiliki izin penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus dalam
merekrut pengemudi; dan
g. kantor cabang dan menunjuk penanggung jawab kantor cabang di
kota sesuai dengan wilayah operasi.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 29
(1) Pengawasan Angkutan Sewa Khusus dilaksanakan oleh
petugas pengawas kendaraan bermotor.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menggunakan peralatan secara
manual dan/atau elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di ruas jalan Kawasan Perkotaan dan simpul
transportasi sesuai dengan wilayah operasi.
(4) Petugas pengawas kendaraan bermotor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Petugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang lalu
lintas dan Angkutan jalan; dan/atau
b. Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 30
(1) Pengawasan Angkutan Sewa Khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dilakukan terhadap
pemenuhan:
a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) yang
masih berlaku;
b. Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih berlaku;
c. Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih
berlaku;
d. Tarif Angkutan Sewa Khusus; dan
e. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Sewa Khusus.
(2) Pengawasan terhadap pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal Angkutan Sewa Khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. Pengemudi; dan
b. Kendaraan Bermotor Umum Angkutan Sewa Khusus.
BAB VIII
PERLINDUNGAN MASYARAKAT
Pasal 31
Perusahaan Aplikasi dan Perusahaan Angkutan
Sewa Khusus harus:
a. menerapkan perlakuan yang adil, transparan,
handal;
b. menjamin kerahasiaan dan keamanan data
Pengguna Jasa; dan
c. menjamin kesesuaian pengemudi dan kendaraan
dengan identitas pengemudi dan data kendaraan
yang tertera di aplikasi.
Pasal 32
(1) Perlindungan masyarakat dalam pelayanan
Angkutan Sewa Khusus diberikan terhadap:
a. penumpang; dan
b. pengemudi.
(2) Perlindungan terhadap penumpang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit
meliputi:
a. keselamatan dan keamanan;
b. kenyamanan;
c. layanan pengaduan dan penyelesaian
permasalahan penumpang;
d. kepastian mendapatkan layanan angkutan; dan
e. kepastian tarif Angkutan Sewa Khusus sesuai
dengan tarif yang telah ditetapkan per kilometer.
BAB X
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 34
(1) Pelanggaran diklasifikasikan menjadi:
a. pelanggaran ringan;
b. pelanggaran sedang; dan
c. pelanggaran berat.
(2) Pelanggaran ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. tidak melaporkan apabila terjadi perubahan kepengurusan perusahaan
dan/atau koperasi;
b. tidak melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan dan/atau
koperasi;
c. tidak melaporkan kegiatan operasional Angkutan Sewa Khusus secara
berkala;
d. pengurangan atau penambahan identitas Kendaraan;
e. tidak memelihara kebersihan dan kenyamanan Kendaraan yang
dioperasikan;
f. tidak mengumumkan tarif berlaku; dan
g. tidak mencantumkan besaran tarif pada aplikasi.
(3) Pelanggaran sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pelanggaran besaran tarif Angkutan;
b. belum melunasi iuran wajib pertanggungan kecelakaan dan tanggungjawab
pengangkut memberikan pelayanan tidak sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal yang telah ditetapkan;
(3) Pelanggaran sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pelanggaran besaran tarif Angkutan;
b. belum melunasi iuran wajib pertanggungan kecelakaan dan
tanggungjawab pengangkut memberikan pelayanan tidak sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan;
c. memberikan pelayanan tidak sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal yang telah ditetapkan;
d. tidak mengembalikan surat keputusan izin penyelenggaraan
dan/atau Kartu Elektronik Standar Pelayanan setelah terjadi
perubahan izin penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus;
e. mempekerjakan awak kendaraan yang tidak memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan bukan merupakan pengemudi dari Perusahaan
Angkutan Sewa Khusus yang bersangkutan;
f. mengoperasikan kendaraan tidak sesuai dengan jenis pelayanan
berdasarkan izin penyelenggaraan yang dimiliki;
g. tidak mematuhi ketentuan waktu kerja dan waktu istirahat bagi
pengemudi;
h. mengangkut penumpang melebihi kapasitas yang ditetapkan; dan
i. tidak melakukan pembayaran denda administratif atas
pelanggaran ringan.
(4) Pelanggaran berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. menggunakan Kartu Elektronik Standar Pelayanan ganda;
b. mengoperasikan kendaraan melampaui wilayah operasi
yang telah ditetapkan;
c. memalsukan Surat Tanda Nomor Kendaraan, Kartu
Elektronik Standar Pelayanan, buku perawatan berkala
kendaraan dari Agen Pemegang Merek (APM);
d. mengoperasikan kendaraan tidak dilengkapi Surat Tanda
Nomor Kendaraan, Kartu Elektronik Standar Pelayanan,
dan buku perawatan berkala kendaraan bermotor sesuai
dengan standar dari Agen Pemegang Merek (APM);
e. mengoperasikan kendaraan yang telah habis masa
berlaku izin penyelenggaraannya;
f. melakukan kelalaian pengoperasian kendaraan sehingga
menimbulkan kecelakaan yang mengakibatkan korban
jiwa; dan
g. tidak melakukan pembayaran denda administratif atas
pelanggaran sedang.
KENDARAAN LISTRIK

 Pemerintah telah menyiapkan beberapa regulasi


menyambut era kendaraan listrik di Indonesia.

 Regulasi berupa Peraturan Pemerintah,


Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dll.

 Peraturan pertama yang diundangkan yaitu


Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun
2019 tentang Percepatan Program Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai  12 Agustus
2019  peraturan awal  payung hukum
kendaraan listrik Indonesia.
Selanjutnya ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
73 tahun 2019 tentang Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang
Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).

Pada aturan PPnBM tersebut pengenaan pajak tidak


lagi berdasarkan bentuk kendaraan seperti peraturan
sebelumnya  tetapi berdasarkan emisi gas buang
yang dihasilkan kendaraan.

Semakin besar emisi yang dikeluarkan maka


semakin besar pula pajaknya  hal ini
menguntungkan kendaraan listrik.
Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 45
Tahun 2020 Tentang Kendaraan Tertentu dengan
Menggunakan Penggerak Motor Listrik.

Kendaraan tertentu yang dimaksud antaranya skuter


listrik, sepeda listrik, hoverboards, sepeda roda satu listrik,
dan otopet listrik.

Permen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor


13 Tahun 2020 Tentang Penyediaan Infrastruktur
Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Berbasis
Baterai.

Salah satu hal penting dalam menciptakan ekosistem


kendaraan berbasis listrik adalah infrastruktur yang
meliputi stasiun pengecasan baterai/stasiun pengisian
kendaraan listrik umum (SPKLU).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun
2020 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Tahun 2020.

Permenperin Nomor 27 Tahun 2020 Tentang


Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan
Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen
Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis
Baterai (KBLBB).

Permenperin Nomor 28 Tahun 2020 Tentang


Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dalam
Keadaan Terurai Lengkap dan Keadaan Terurai
Tidak Lengkap.
Daftar regulasi pendukung ekosistem kendaraan
listrik di Indonesia:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2019
2. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019
3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 13 Tahun 2020
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun
2020
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun
2020
6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun
2020
7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 28 Tahun
2020
8. dll.
Perpres 55/2019 tentang Percepatan Program
kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
merupakan wujud nyata pemerintah untuk memacu
industri otomotif nasional, agar segera merancang dan
menyiapkan era kendaraan listrik di Indonesia, beserta
ekosistemnya.

Pengembangan ekosistem kendaraan listrik, dibagi


menjadi dua hal :
Pertama, pembagian tugas-tugas bagi kementerian,
antara lain penyediaan infrastruktur, penelitian dan
pengembangan (R & D), serta regulator.
Kedua, mendukung implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 2013 yang terkait dengan
sistem fiskal perpajakan yang akan mengacu pada
tingkat emisi kendaraan.
Kendaraan listrik memiliki sejumlah kelebihan
dibandingkan dengan kendaraan konvensional yang
menggunakan BBM, antara lain, lebih ekonomis
(biaya operasionalnya lebih murah), ramah
lingkungan, serta lebih aman bagi pengendara
maupun penumpang.

Dalam mempersiapkan payung hukum kendaraan


listrik agar dapat digunakan untuk berlalu lintas di
jalan raya/umum, Kementerian Perhubungan
menggeluarkan dua peraturan (regulasi) :
1. Peraturan Menteri Perhubungan No. 44 Tahun
2020 tentang Pengujian Tipe Fisik.
2. Peraturan Menteri Perhubungan No. 45 Tahun
2020 tentang Kendaraan Tertentu dengan
Menggunakan Penggerak Motor Listrik.
Kedua Permenhub. tsb. dipersiapkan sebagai
landasan hukum yang mengatur sejumlah
ketentuan/prasyarat penggunaan kendaraan
bermotor dengan penggerak listrik dalam beroperasi
di jalan raya/umum sebagai salah satu moda
transportasi darat.

Kendaraan motor listrik yang dimaksud dalam


Permenhub. No. 44 dan Permenhub. No. 45 Tahun
2020 selain kendaraan roda dua (sepeda motor),
kendaraan roda empat (mobil, dan juga bus) dengan
tenaga penggerak listrik, juga berlaku buat
kendaraan bermotor listrik tertentu yang digunakan
di kawasan terbatas (tidak di jalan raya/umum)
seperti sepeda listrik, skuter listrik, hoverboard,
sepeda roda satu (unicycle), dan otopet listrik.
Untuk penggunaannya di jalan raya/umum, pemerintah
daerah Kabupaten/Kota dapat menetapkan lajur khusus
atau lajur sepeda untuk kendaraan tertentu ini.

Beberapa pertanyaan masyarakat ttg kendaraan listrik 


pengurusan surat-surat kendaraan listrik  Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (TNKB) dan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK).

Pengurusan STNK kendaraan listrik sama dengan


kendaraan biasa lainnya  mekanisme registrasi dll.
sama  yang menjadi perbedaan kendaraan listrik dan
konvensional  penulisan kapasitas mesin, dari cc
dikonversi menjadi kWh.

Berdasarkan Pasal 64 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009


 semua kendaraan yang beroperasi dijalan wajib
didaftarkan oleh pemilik.
Peraturan biaya STNK motor listrik diatur dalam Peraturan
Pemerintah N0. 60 Tahun 2016 mengenai PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak).

Usulan untuk revisi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009


tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan  mengatur
tentang motor berpedal (sepeda motor listrik).

Jika nantinya sepeda motor listrik berpedal sudah


termasuk dalam kategori kendaraan bermotor maka
penggunaannya harus mengikuti UU Lalin-AJ.

Kendaraan harus memiliki surat-surat seperti BPKB dan


STNK yang terdaftar di Samsat dan penggunanya wajib
memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
 Kepolisian dalam hal ini Korps Lalu Lintas (Korlantas) juga turut menyambut era
kendaraan listrik di Indonesia, salah satunya berupa persiapan dalam hal
dokumen resmi yang dikeluarkan agar kendaraan listrik dapat sah digunakan
untuk berkendara di jalan raya.

 Kepala Sub Direktorat STNK Registrasi dan Identifikasi Korps Lalu Lintas Polri
menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan besar antara kendaraan
listrik dengan kendaraan konvensional. Hanya besaran kubikasi cc kendaraan
konvensional dikonversikan ke daya listrik, menjadi daya kWh. Dan sumber
bahan bakar yang pada kendaraan konvensional tertulis bensin atau diesel ,
pada kendaraan listrik diganti menjadi listrik.

 Mekanisme dan cara registrasi STNK dan TNKB (Tanda Nomor Kendaraaan
Bermotor) antara kendaraan listrik dengan kendaraan berbahan bakar
konvensional tidak ada perbedaan.
 Proses perpanjangan serta tarif penerbitan STNK dan TNKB antara kendaraan
listrik dengan kendaraan berbahan bakar konvensional tidak ada perbedaan.

 Hal tersebut berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016


tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yang beberlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
 Pemerintah menerbitkan peraturan mengenai pemberian
bantuan subsidi (insentif) untuk pembelian Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yakni motor listrik
dan mobil listrik yang dimulai pada 20 Maret 2023.

 Insentif tersebut bertujuan untuk mempercepat industri


KBLBB di Indonesia, dalam rangka mendorong efisiensi dan
ketahanan energi, serta terwujudnya kualitas udara yang
bersih dan ramah lingkungan.

 Pemerintah akan memberikan bantuan subsidi (insentif) untuk


motor listrik roda dua sebesar Rp 7 juta per unit (untuk
200.000 unit) dan untuk mobil listrik roda empat sebanyak
39.900 unit kendaraan. Ex: motor Gesits, Selis, Viar, Polytron,
dll. Mobil Hyunday Ioniq 5 (Rp 70 – 80 juta), Wuling Air ev (Rp
25 - 35 juta), dll. Syaratnya produk motor/mobil TKDN min.
40%.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai