Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUSTAFA AL MAHDI

NOTAR : 2201284
KELAS : TD 2.18
DOSEN : SAHAR ANDIKA. MH
MATA KULIAH : PERUNDANG-UNDANGAN TRANSDAR II

PERLINTASAN SEBIDANG JALAN DAN JALUR KERETA API , KECELAKAAN DAN


INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI
1. DASAR HUKUM
a. UU No.23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian
b. PP 62 Tahun 2013 Tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi
c. PP 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, dan perubahannya dengan
PP No 6 tahun 2017
d. PM 94 Tahun 2018 Tentang Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang Antara
Jalur Kereta Api Dengan Jalan
2. PENGERTIAN
 Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi
ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur
kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas
kereta api.(UU NO 23 tahun 2007 Pasal 1 Angka 4)
 Jaringan jalur kereta api adalah seluruh jalur kereta api yang terkait satu dengan yang
lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan satu sistem. .(UU NO
23 tahun 2007 tentang 2007 Pasal 1 Angka 5)
 Investigasi Kecelakaan Transportasi adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab
kecelakaan transportasi dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian
data secara sistematis dan objektif agar tidak terjadi kecelakaan transportasi dengan
penyebab yang sama. ( PP No. 62 Tahun 2013 Pasal 1 Angka 1)
 Kecelakaan Transportasi adalah peristiwa atau kejadian pengoperasian sarana
transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi, korban jiwa, dan/atau
kerugian harta benda. ( PP No. 62 Tahun 2013 Pasal 1 Angka 2)
 Investigasi Kecelakaan Transportasi mengatur tentang jenis kecelakaan transportasi,
kriteria kecelakaan transportasi, pemberitahuan kecelakaan transportasi, pelaksanaan
investigasi, laporan hasil investigasi, dan sistem informasi Investigasi Kecelakaan
Transportasi. ( PP No. 62 Tahun Tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi)
 Perlintasan Sebidang adalah perpotongan antara jalan dengan jalur kereta api. (PM 94
Tahun 2018 Pasal 1 Angka 1)
 Ruang Manfaat Jalur Kereta Api adalah jalan rel dan bidang tanah di kiri dan kanan
jalan rel beserta ruang di kiri, kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi
jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan pelengkap lainnya.
(PM 94 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 4 )
 Ruang Milik Jalur Kereta Api adalah bidang tanah di kiri dan di kanan ruang manfaat
jalur kereta api yang digunakan untuk pengamanan konstruksi jalan rel. ( PM 94 Tahun
2018 Pasal 1 Angka 5)
 Ruang Pengawasan Jalur Kereta Api adalah bidang tanah atau bidang lain di kiri dan
di kanan ruang milik jalur kereta api untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta
api. ( PM 94 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 6 )
 Peralatan Keselamatan Perlintasan Sebidang adalah alat yang digunakan untuk
mengamankan pengguna jalan dan perjalanan kereta api di perlintasan sebidang dengan
menggunakan alat pendeteksi kereta api yang tidak terhubung dengan persinyalan
kereta api, beroperasi secara otomatis, tanpa penjaga perlintasan sebidang kereta api,
dilengkapi dengan portal pengaman pengguna jalan, isyarat lampu peringatan, isyarat
suara, isyarat tulisan berjalan, pengendali utama sistem peralalatan, dan catu daya. (
PM 94 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 8 )
 Nomor Jalur Perlintasan Langsung yang selanjutnya disebut Nomor JPL adalah
identitas bagi perlintasan sebidang yang sudah memenuhi persyaratan teknis dan
keselamatan serta sudah dikelola oleh pemerintah daerah, badan usaha/lembaga,
dan/atau penyelenggara prasarana perkeretaapian. (PM 94 Tahun 2018 Pasal 1
Angka12)
3. SUBSTANSI

Prasarana Perkeretaapian U U No 23 Tahun 2007


BAB VII
Perpotongan dan persinggungan
Jalur kereta api dengan bangunan lain

Pasal 2 (ayat 2 )
Untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta api dan keselamatan masyarakat pengguna
Jalan, Perlintasan Sebidang yang telah beroperasi sebelum Peraturan Menteri ini berlaku dan
belum dilengkapi dengan Peralatan Keselamatan Perlintasan Sebidang, harus
dilakukanpengelolaan oleh:
a. Menteri, untuk Jalan nasional;
b. gubernur, untuk Jalan provinsi;
c. bupati/wali kota, untuk Jalan kabupaten/kota dan Jalan desa; dan
d. badan hukum atau lembaga, untuk Jalan khusus yang digunakan oleh badan hukum atau
lembaga
Pasal 2 (ayat 1 )
Pengelolaan Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk:
a. Perlintasan Sebidang yang telah diberi Nomor JPL oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian
yang belum dijaga dan/atau tidak berpintu;
b. Perlintasan Sebidang yang tidak memiliki Nomor JPL, tidak dijaga, dan/atau tidak berpintu
dengan lebar Jalan lebih dari 2 m (dua meter); dan
c. Perlintasan Sebidang yang telah diberi dan/atau belum diberi Nomor JPL, serta sudah dijaga
yang belum memenuhi aspek keselamatan.
Pasal 2 ( Ayat 3)
Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus ditutup atau dilakukan
normalisasi Jalur Kereta Api oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian.
Pasal 2 ( Ayat 4 )
Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat dalam daftar Perlintasan
Sebidang yang tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 3 ( Ayat 1 )
Perlintasan Sebidang yang belum terdapat dalam daftar Perlintasan Sebidang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dapat dilakukan peningkatankeselamatan Perlintasan Sebidang
Pasal 4
Perlintasan Sebidang yang terdapat dalam daftar Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4) tetap dapat dioperasikan setelah dilakukan: a. evaluasi Perlintasan Sebidang;
dan b. peningkatan keselamatan Perlintasan Sebidang.
Pasal 5 ( Ayat 1 )
Evaluasi Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilaksanakan paling
sedikit 1 (satu) tahun sekali oleh
a. Direktur Jenderal, untuk Perlintasan Sebidang yang berada di Jalan nasional;
b. gubernur, untuk Perlintasan Sebidang yang berada di Jalan provinsi; dan
c. bupati/wali kota untuk Perlintasan Sebidang yang berada di Jalan
kabupaten/kota dan Jalan desa

Pasal 8
Peningkatan keselamatan Perlintasan Sebidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b meliputi kegiatan:
a. pelebaran Jalan di Perlintasan Sebidang; dan
b. pemasangan Peralatan Keselamatan Perlintasan Sebidang.
Pasal 47
Perawatan Perlintasan Sebidang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan
keandalan Perlintasan Sebidang agar tetap laik operasi.
Pasal 52
1. Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan peningkatan
keselamatan Perlintasan Sebidang.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara berkala atau
sewaktu-waktu sesuai dengan keperluan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan pemantauan,
evaluasi, dan tindakan korektif

PP 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI

Pasal 2
Investigasi Kecelakaan Transportasi diselenggarakan berdasarkan prinsip:
a. tidak untuk mencari kesalahan (no blame);
b. tidak untuk memberikan sanksi/hukuman (no judicial); dan
c. tidak untuk mencari siapa yang bertanggung jawab menanggung kerugian (noliability).
Pasal 3
Investigasi Kecelakaan Transportasi diselenggarakan untuk mengungkap suatu peristiwa
kecelakaan transportasi secara profesional dan independen guna memperoleh data dan fakta
penyebab terjadinya kecelakaan transportasi.
Pasal 4
Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan Transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan
oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Pasal 5
Kedudukan, Tugas, dan Organisasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi diatur
dengan Peraturan Presiden.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2013 dinyatakan bahwa


Investigasi Kecelakaan Transportasi adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab kecelakaan
transportasi dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data secara sistematis
dan objektif agar tidak terjadi kecelakaan transportasi dengan penyebab yang sama. Kecelakaan
transportasi merupakan peristiwa atau kejadian pengoperasian sarana transportasi yang
mengakibatkan kerusakan sarana transportasi, korban jiwa, dan/atau kerugian harta benda.
Berdasarkan Pasal 2 dinyatakan bahwa Investigasi Kecelakaan Transportasi diselenggarakan
berdasarkan prinsip:
a. tidak untuk mencari kesalahan (no blame);
b. tidak untuk memberikan sanksi/hukuman (no judicial); dan
c. tidak untuk mencari siapa yang bertanggung jawab menanggung kerugian (no liability)

Pada Pasal 3 dinyatakan bahwa Investigasi Kecelakaan Transportasi diselenggarakan untuk


mengungkap suatu peristiwa kecelakaan transportasi secara profesional dan independen guna
memperoleh data dan fakta penyebab terjadinya kecelakaan transportasi. Pelaksanaan investigasi
kecelakaan transportasi sesuai dengan Pasal 4 dilakukan oleh Komite Nasional keselamatan
Transportasi.

Investigasi kecelakaan transportasi berdasarkan pasal 6 di lakukan terhadap :


1. Kecelakaan kereta api
2. Kecelakaan kapal
3. Kecelakaan pesawat udara
Pesawat udara kecelakaan yang terdiri dari pesawat jatuh pada saat tanggal landas,lepas landas
atau selama penerbangan

4. Kesimpulan
Perlintasan Sebidang adalah perpotongan antara jalan dengan jalur kereta api ,
dalam menjamin keselamatan perjalanan kereta api dan keselmaatan masyrakat di lakukan
oleh mentri untuk jalan nasional, gubernur untuk jalan provinsi, bupati untuk jalan
kabupaten dan badan hukum atau Lembaga untuk jalan khusus. Jalur kereta api adalah
salah satu prasarana perkeretaapian yang mana ialah jalur yang terdiri atas rangkaian petak
jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan
ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api. Jalur kereta api meliputi rumija, rumaja dan
ruwasja. oleh beberapa penyelenggara prasarana perkeretaapian dapat saling
bersambungan, bersinggungan, atau terpisah. Investigasi kecelakaan transportasi di
selenggarakan berdasarkan prinsip tidak untuk mencari kesalahan,tidak untuk meberi
sanki/hukum dan tidak untuk mencari siapa yang bertanggung jawab, investigaso
kecelakaan di selenggarakan untuk mengungkap fakta dalam keselakaan transportasi.
Inverstigasi di lakukan oleh komite nasional serta di atur oleh peraturan presiden.
Investigasi kecelakaan di lakukan pada kecelakaan kereta api, kecelakaan kapal pada saat
tanggal landas,lepas landas atau selama penerbangan kecelakaan pesawat udara di mana
pesawat udara yang terdiri dari kecelakaan pesawat jatuh

Anda mungkin juga menyukai