KAJIAN PUSTAKA
Dalam pembahasan, terutama dalam proses analisis yang akan diuraikan nantinya
tentu harus berdasarkan landasan hukum dan pedoman teori yang sudah
ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan yang dilakukan tidak
menyimpang dari aturan yang berlaku.
a. Keamanan;
b. Keselamatan;
c. Kenyamanan;
d. Keterjangkauan;
e. Kesetaraan;
d. Angkutan perkotaan
e. Angkutan pedesaan
Jaringan Trayek adalah kumpulan dari Trayek yang menjadi satu kesatuan
jaringan pelayanan Angkutan orang.
Pasal 1
Pasal 2
1) Penyelenggaraan Angkutan Massal Berbasis Jalan dilakukan di
Kawasan Perkotaan meliputi Kawasan Megapolitan, Kawasan
Metropolitan dan Kawasan Perkotaan Besar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Kawasan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Kota sebagai daerah otonom;
b. Bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
c. Kawasan yang berada dalam bagian dari dua atau lebih daerah
yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan; atau
d. Kawasan aglomerasi perkotaan.
3) Penyelenggaraan Angkutan Massal Berbasis Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus didukung dengan:
a. Mobil bus yang berkapasitas angkut massal;
b. Lajur khusus;
c. Trayek angkutan umum lain yang tidak berhimpitan dengan trayek
angkutan massal; dan
d. Angkutan penumpang.
Pasal 3
Pasal 7
III.1.5.SUBSIDI
Menurut Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan pada pasal 185 ayat 1 disebutkan bahwa angkutan
penumpang umum dengan tarif kelas ekonomi pada trayek tertentu dapat
diberi subsidi oleh Pemerintah dari/atau Pemerintah Daerah.
3. Angkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
daerah kota atau dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus umum
dan/atau mobil penumpang yang terikat dalam tayek tetap dan teratur.
(SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum).
8. Rit adalah satu kali perjalanan kendaraan dari tempat asal ke tempat
tujuan. (SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum).
9. Jarak tempuh per rit adalah jarak km yang ditempuh untuk satu kali jalan
dari tempat asal ke tempat tujuan. (SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum).
10. Waktu tempuh per rit adalah lama perjalanan dalam satu rit.
(SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum).
14. Alat produksi adalah sarana angkutan umum yang digunakan untuk
memproduksi jasa angkutan penumpang dengan atau tanpa fasilitas tambahan.
(SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum).
15. Biaya pokok adalah besarnya pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu jasa angkutan. (SK.687/AJ.2016/DRJD/2002
Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum).
16. Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan kepada setiap penumpang
kendaraan angkutan umum yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
(SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum).
17. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jenis
atau produk jasa yang dihasilkan. (SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum).
18. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung
berhubungan dengan jenis atau produk jasa yang dihasilkan.
(SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum).
20. Biaya tidak tetap adalah biaya yang selalu berubah apabila terjadi
perubahan pada volume produksi. (SK.687/AJ.2016/DRJD/2002 Tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum).
24. Rute tumpang tindih adalah adanya beberapa rute angkutan umum yang
beroperasi bersamaan pada ruas-ruas jalan tertentu. (SPT 3 Pengelolaan dan
Administrasi Angkutan Umum)
25. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari Trayek yang menjadi satu kesatuan
jaringan pelayanan Angkutan orang.(Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2014 Tentang Angkutan Jalan).
26. Indikator Kinerja Angkutan Umum
PARAMETER REKOMENDASI
Rata-rata 3-6
Minimum kendaraan/jam
Frekuensi Minimum 1,5-2
kendaraan/jam
Rata-rata 5-10 menit
Waktu Tunggu
Maksimum 5-10 menit
Tingkat Rata-rata 0-1
Perpindahan maksimum 2
Rata-rata 1-1,5 jam
Waktu Berjalan
maksimum 2 jam
b) Keterandalan (reliability)
c) Keselamatan
Sumber utama data keselamatan adalah data kecelakaan, sehingga kota
dapat mengukur dan/atau mengkuantifikasi aspek kualitas pelayanan dari
pengumpulan dan analisis data kecelakaan.
2) Produksi rit
METODOLOGI
IDENTIFIKASI MASALAH
PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER :
PETA JAR.TRAYEK
DATA PRIMER :
DATA INVENTARISASI ANGKUTAN
SURVAI WAWANCARA KOMPONEN BOK
PERKOTAAN
ANALISIS KINERJA ANGKUTAN PERKOTAAN
ANALISIS PERMASALAHAN
ANALISIS KELAYAKAN
INVESTASI
ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
REKOMENDASI
SELESAI
2. Metode Kepustakaan
Data Sekunder
Cara mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi
yang terkait sepeti, Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru. Data sekunder yang
didapat antara lain :
1. Peta jaringan trayek
2. Jumlah trayek
3. Jumlah angkutan yang diijinkan.
Lf 1+ Lf 2+ Lf 3+…+ Lfn
LF=
n
Keterangan :
Lf = Perbandingan jumlah penumpang yang diangkut
oleh kendaraan dengan kapasitas kendaraan yang
tersedia.
Lf 1, Lf 2, Lf 3 = Faktor muat paad ruas 1, ruas 2, ruas 3.
Lf n = Faktor muat pada ruas ke - n.
KAJIAN TRANS METRO PEKANBARU 2019 35
n = Jumlah ruas yang dilalui
Keterangan :
A = Umur rata – rata kendaraan
A1 = Umur kendaraan 1
(4) BBM
(5) Ban
Untuk angkutan perkotaan, jumlah ban yang digunakan
adalah sebanyak 4 (empat) buah dengan perincian 2 (dua)
buah untuk ban depan dan 2 (dua) buah untuk ban
belakang, dengan daya tahan ban rata – rata adalah 25.000
km.
(13) KIR
Kir dilakukan pada setiap 6 (enam) bulan sekali, kir ini
dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa keadaan
kendaraan tersebut apakah masih laik jalan atau tidak.
Untuk besarnya biaya KIR tergantung juga dengan
kebijakan yang berlaku pada daerah serta dinas yang terkait
di daerah tersebut.
(14) Asuransi
Asuransi kendaraan terdiri dari 2 (dua) macam yaitu :
(a) Asuransi kendaraan
b. Pendapatan
Pendapatan operator adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh
operator dalam memberikan jasa angkutan umum kepada pengguna jasa
yang merupakan pendapatan kotor yang diperoleh selama kendaraan
dioperasikan. Pada analisis perhitungan pendapatan tidak dilakukan
pemisahan antara pendapatan pengusaha yaitu berupa setoran dan
pendapatan yang diterima oleh awak kendaraan, hal ini pada dasarnya
dengan sistem setoran bukan berarti pengemudi yang menghidupi
pengusaha, tetapi secara bersama–sama kedua belah pihak menanggung
biaya pengoperasian kendaraan.
Keterangan :
PDr = Pendapatan yang diterima per rit
Pgr Umum = Jumlah penumpang umum yang diangkut per rit
Pgr Pelajar = Jumlah penumpang pelajar yang diangkut per rit
Tr Umum = Tarif (harga karcis) umum per penumpang
Tr Pelajar = Tarif (harga karcis) pelajar per penumpang
Keterangan :
Pdt = Pendapatan yang diterima per tahun
Pdh = Pendapatan yang diterima per hari
Ho = Hari operasi selama satu bulan
c. Untung/Rugi Operator
Keuntungan dan kerugian dapat dihitung dengan menggunakan rumus
besarnya pendapatan operator per hari dikurangi biaya operasi kendaraan
per hari.
Secara matematis dapat digunakan rumus :
Tingkat
Kepentinga Definisi Keterangan
n
Dimana:
CI : Rasio Penyimpanan Konsistensi
λmax : Nilai Eigen Terbesar
n : Jumlah Kriteria
CI
CR=
RI
Dimana:
CR : Rasio Konsistensi
Untuk kriteria yang konsisten maka nilai CR harus lebih kecil dari 0,1
(10%). Nilai RI telah diketahui dalam table yang menunjukan nilai RI
berdasarkan jumlah kriteria (n). Berikut ini adalah table daftar Indeks
Radom Konsistensi yang ditulis oleh Thomas L. Saaty:
3. Subsidi BBM
Subsidi BBM adalah pemberian subsidi oleh pemerintah dengan memberi
subsidi hanya pada BBM yg digunakan pada kendaraan dalam masa waktu dan
besaran yang ditentukan.
Skema pembiayaan dengan mekanisme subsidi BBM ini sebenarnya cara yang
aman untuk menghindari gejolak tarif akibat fluktuasi harga BBM, karena
komponen terpenting dalam operasional angkutan umum ini dikeluarkan dari
penghitungan BOK.
Keterangan :
i1 = Tingkat bunga pertama saat NPV positif
i2 = Tingkat bunga kedua saat NPV negatif
Kriteria IRR ini memberikan pedoman bahwa jika nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut sebaiknya tidak
dilaksanakan atau ditunda.
Kriteria BC Ratio ini jika Net BC Ratio > 1. Maka usaha tersebut dapat
diterima atau menguntungkan dan sebaliknya jika Net BC ratio < 1, maka
usaha tersebut tidak dapat diterima atau tidak menguntungkan.
Standar
N Frekuensi
Koridor Bank KETERANGAN
O (Kend/jam)
Dunia
01 (PANDAU-
1 RAMAYANA) 8 12 TIDAK MEMENUHI
1A (BANDARA-AWAL
2 BROS SUDIRMAN) 8 12 TIDAK MEMENUHI
7B (PUJASERA ARIFIN
TIDAK
11 AHMAD-PSKMS SIMP 19 5 MEMENUHI
TIGA)
8A (KANTOR WALIKOTA- TIDAK
12 UNILAK) 19 5 MEMENUHI
TIDAK
13 8B (UNILAK-PALAS) 51 5 MEMENUHI
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa angkutan massal Trans
Metro Pekanbaru di Kota Pekanbaru tidak terdapat trayek yang headway
memenuhi standar bank dunia. Headway terkecil dimiliki oleh koridor 01
dan 1A yaitu sebesar 7 menit.
S
V =
T
UMUR STANDAR
N
Koridor KENDARAAN BANK DUNIA KETERANGAN
O
(Tahun) (Tahun)
1 01 (PANDAU-RAMAYANA) 3 5 MEMENUHI
1A (BANDARA-AWAL BROS
2 3 5 MEMENUHI
SUDIRMAN)
3 02 (BRPS-KULIM) 3 5 MEMENUHI
03 (AWAL BROS SUDIRMAN-UIN
4 3 5 MEMENUHI
SUSKA)
9 06 (BRPS-PANDAU) 3 5 MEMENUHI
7A (TRI BAKTI-PUJASERA ARIFIN
10 2 5 MEMENUHI
AHMAD)
Lf 1 + Lf 2 + Lf 3 +….+ Lf n
Load Faktor =
N
Keterangan :
Lf = Faktor muat rata-rata
Lf 1 = Faktor muat pada ruas 1
Lf 2 = Faktor muat pada ruas 2
Lf 3 = Faktor muat pada ruas 3
Lf N = Faktor muat pada ruas n
N = Jumlah ruas yang dilalui
Tabel V.5 Hasil Analisis Faktor Muat Berdasarkan Standar Bank DuniaX
STANDAR
N FAKTOR
Koridor BANK KETERANGAN
O MUAT
DUNIA
1 01 (PANDAU-RAMAYANA) 46% 70% TIDAK MEMENUHI
1A (BANDARA-AWAL
2 BROS SUDIRMAN) 5% 70% TIDAK MEMENUHI
3 02 (BRPS-KULIM) 20% 70% TIDAK MEMENUHI
03 (AWAL BROS
4 SUDIRMAN-UIN SUSKA) 12% 70% TIDAK MEMENUHI
4A (RAMAYANA-PASAR
5 TANGOR) 35% 70% TIDAK MEMENUHI
6 4B (BRPS-RAMAYANA) 18% 70% TIDAK MEMENUHI
4C (KANTOR WALIKOTA-
7 KOMP. PERKANTORAN 2%
TENAYAN 70% TIDAK MEMENUHI
05 (PELABUHAN SEI
8 DUKU-BNI SUDIRMAN) 4% 70% TIDAK MEMENUHI
9 06 (BRPS-PANDAU) 17% 70% TIDAK MEMENUHI
7A (TRI BAKTI-
10 PUJASERA ARIFIN 6%
AHMAD) 70% TIDAK MEMENUHI
7B (PUJASERA ARIFIN
11 AHMAD-PSKMS SIMP 8%
TIGA) 70% TIDAK MEMENUHI
8A (KANTOR WALIKOTA-
12 UNILAK) 24% 70% TIDAK MEMENUHI
13 8B (UNILAK-PALAS) 7% 70% TIDAK MEMENUHI
JUMLAH JUMLAH
JUMLAH
KORIDOR HARGA TIKET PENUMPAN PENDAPATAN PER
PENDAPATAN
G TAHUN
K 01 UMUM (Rp. 4.000) 3117 Rp 12,468,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 508 Rp 1,524,000 Rp 4,197,600,000
JUMLAH PENDAPATAN K 01 Rp 13,992,000
K 1A UMUM (Rp. 4.000) 130 Rp 520,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 0 Rp - Rp 156,000,000
JUMLAH PENDAPATAN K 1A Rp 520,000
K 02 UMUM (Rp. 4.000) 1108 Rp 4,432,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 378 Rp 1,134,000 Rp 1,669,800,000
JUMLAH PENDAPATAN K 02 Rp 5,566,000
K 03 UMUM (Rp. 4.000) 2151 Rp 8,604,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 274 Rp 822,000 Rp 2,827,800,000
JUMLAH PENDAPATAN K 03 Rp 9,426,000
K 4A UMUM (Rp. 4.000) 622 Rp 2,488,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 522 Rp 1,566,000 Rp 1,216,200,000
JUMLAH PENDAPATAN K 4A Rp 4,054,000
K 4B UMUM (Rp. 4.000) 320 Rp 1,280,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 37 Rp 111,000 Rp 417,300,000
JUMLAH PENDAPATAN K 4B Rp 1,391,000
K 4C UMUM (Rp. 4.000) 77 Rp 308,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 43 Rp 129,000 Rp 131,100,000
JUMLAH PENDAPATAN K 4C Rp 437,000
K 05 UMUM (Rp. 4.000) 58 Rp 232,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 30 Rp 90,000 Rp 96,600,000
JUMLAH PENDAPATAN K 05 Rp 322,000
K 06 UMUM (Rp. 4.000) 528 Rp 2,112,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 171 Rp 513,000 Rp 787,500,000
JUMLAH PENDAPATAN K 06 Rp 2,625,000
K 7A UMUM (Rp. 4.000) 72 Rp 288,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 16 Rp 48,000 Rp 100,800,000
JUMLAH PENDAPATAN K 7A Rp 336,000
K 7B UMUM (Rp. 4.000) 64 Rp 256,000
PELAJAR (Rp. 3.000) 43 Rp 129,000 Rp 115,500,000
JUMLAH PENDAPATAN K 7B Rp 385,000
Darat No : SK.687/AJ.206/DRJD/2002.
Pendapatan Per
No Koridor Pendapatan Per Tahun BOK Per Tahun Utung Rugi per Tahun
Hari
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh Koridor bus TMP
dan Feeder memperoleh pendapatan lebih kecil dari biaya operasional yang
dikeluarkan dalam pelayanan angkutan umum, dengan kata lain operator
mendapatkan kerugian.
Koridor
No Komponen
1 1A 2 3 4A 4B 4C
1 Kilometer Tempuh:
a. Per Rit 32.40 8.80 46.00 42.00 24.00 22.40 34.40
b. Per Hari 226.80 123.20 276.00 294.00 192.00 179.20 240.80
c. Per Bulan 6,804.00 3,696.00 8,280.00 8,820.00 5,760.00 5,376.00 7,224.00
d. Per Tahun 82,782.00 44,968.00 99,360.00 107,310.00 70,080.00 65,408.00 87,892.00
Jumlah Rit On Peak 7 14 6 7 8 8 7
Jumlah Kendaraan 13 2 10 11 8 6 3
2 BOK per km:
Subsidi Penuh 8,332.35 6,293.11 8,346.20 8,575.24 6,208.69 6,283.62 8,360.34
3 Kebutuhan anggaran per tahun
Subsidi Penuh 7,012,943,072.00 657,006,984.00 6,388,527,094.86 5,685,747,562.00 3,976,171,777.14 2,295,900,552.00 1,364,037,576.00
4 Subsidi Pemerintah per tahun:
Subsidi Penuh 7,012,943,072.00 657,006,984.00 6,388,527,094.86 5,685,747,562.00 3,976,171,777.14 2,295,900,552.00 1,364,037,576.00
Feeder
No Komponen Jumlah Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Kilometer Tempuh:
a. Per Rit 18.80 21.90 25.12 14.40 10.80 33.84 20.19 15.32 26.84 187.21 Km
b. Per Hari 131.60 131.40 150.72 115.20 108.00 135.36 141.33 122.56 140.69 1,176.86 Km
c. Per Bulan 3,948.00 3,285.00 3,768.00 2,880.00 2,700.00 3,384.00 3,533.25 3,064.00 3,517.18 30,079.43 Km
d. Per Tahun 48,034.00 39,420.00 45,216.00 34,560.00 32,400.00 40,608.00 42,399.00 36,768.00 42,206.17 361,611.17 Km
Jumlah Rit On Peak 7 6 6 8 10 4 7 8 5 61 Rit
Jumlah Kendaraan 11 12 13 9 7 17 11 9 14 103 Kendaraan
2 BOK per km:
Subsidi Penuh 5,166.88 6,136.52 5,442.80 6,900.22 7,314.00 5,977.96 5,755.93 6,527.95 5,778.91 55,001.16 Rp/km
3 Kebutuhan anggaran per tahun
Subsidi Penuh 2,190,314,933.02 2,346,863,048.06 2,573,466,477.41 1,742,133,492.59 1,348,765,788.89 3,333,040,188.99 2,164,786,762.39 1,750,317,509.56 2,754,071,354.24 20,203,759,555.15 Rp
4 Subsidi Pemerintah per tahun:
Subsidi Penuh 2,190,314,933.02 2,346,863,048.06 2,573,466,477.41 1,742,133,492.59 1,348,765,788.89 3,333,040,188.99 2,164,786,762.39 1,750,317,509.56 2,754,071,354.24 20,203,759,555.15 Rp
Sumber: Hasil Analisis Data Tahun 2018
Presentase Subsidi
No Feeder Subsidi Selisih
Subsidi Penuh Subsidi BBM
BOK
1 1 100% 78% 9%
2 1A 100% 86% 7%
3 2 100% 87% 8%
4 3 100% 75% 7%
5 4A 100% 59% 6%
6 4B 100% 93% 8%
7 4C 100% 82% 8%
8 5 100% 75% 7%
9 6 100% 89% 8%
Total 100% 83% 8%
Dari hasil perhitungan diatas, mekanisme subsidi BOK selisih biaya operasi dan
subsidi BBM mempunyai kecenderungan untuk diterapkan pada angkutan
perkotaan, karena pemerintah menangggung biaya yang lebih rendah dari skema
pembiayaan yang lain. Namun mekanisme subsidi selisih merupakan skema
subsidi yang sangat baik diterapkan untuk mengatasi masalah kinerja angkutan
perkotaan bus massal Trans Metro Pekanbaru di Kota Pekanbaru.
Penuh
1 UPT Subsidi Selisih Pendapatan
BBM
Headway
2 SWASTA SPM Faktor Muat
Rit
Pengeluaran
3 BUMD Fleksibilitas Pemasukan
Pengelolaan Keuangan
Sumber: Hasil Analisa
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk kondisi saat ini usaha bus
massal Trans Metro Pekanbaru menunjukkan nilai NPV negatif yang
menandakan bahwa usaha tersebut memperoleh kerugian.
BCR =
n t t
∑ C(1+−B
i)t
t =1
Rp - 158,738,102,849
=
Rp -15,405,000,000
= 10.30
NPV 1
IRR = i 1+ x (i 2- i 1)
NPV 1 - NPV 2
Rp - 174,143,102,849
= 4.75% +
x (15% - 4,75%)
Rp - 174,143,102,849 – Rp - 144,261,822,051
Dari hasil analisis diatas diketahui bahwa nilai IRR lebih kecil dari nilai suku
bunga yang ditetapkan yaitu 4.75 %.
TMP dan
1 Rp -151,977,688,253 4.38 4% TIDAK LAYAK
Feeder
Sumber: Hasil Analisis
Dari hasil analisis diatas stelah penyesuaian dari langkah 1, dapat diketahui bahwa
langkah 1 tetap membuat usaha dari bus Trans Metro Pekanbaru dan Feeder
mengalami kerugian.
TMP dan
1 Rp 481,592,738 1.03 17% LAYAK
Feeder
Sumber: Hasil Analisis
Rp 312,485,279,066
PBP = x 60 bulan
Rp 316,287,038,061
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa dana yang di tanamkan selama jangka
waktu 5 (lima) tahun atau 60 (enam puluh) bulan dapat diperoleh kembali dalam
waktu 4,9 tahun.
VI.1. KESIMPULAN
Dari hasil analisis pada bab sebelumnya maka analisis bus Trans Metro Pekanbaru
dan Feeder dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
VI.2. SARAN
Berdasarkan hasil analisis, maka disarankan beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian sebagai upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, nyaman,
aman, dan terjangkau yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Adapun saran yang dapat diberikan
berdasarkan hasil analisis sebagai berikut :