Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM PERMATA SAKTI

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA

TUGAS 2

SISTEM TRANSPORTASI

Dosen Pengajar :

Dr. Dra. ELLY ADRIANI SINAGA ,MSc

Oleh :
Wan Azizah Sri Nuraini (20B505085041)

PROGRAM PERMATA SAKTI


INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA
2020

Page | 1
1. Undang-Undang Mengenai Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas
Undang-Undang yang membahas mengenai rencana induk adalah Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum
bab VI pasal 14 – 18. Isi dari Undang-Undang tersebut adalah:

Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 14
1) Untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu dilakukan
pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk
menghubungkan semua wilayah di daratan.
2) Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan sesuai dengan kebutuhan.
3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional;
b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan
c. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kabupaten/Kota.

Pasal 15
1) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf a disusun secara berkala
dengan mempertimbangkan kebutuhan transportasi dan ruang kegiatan
berskala nasional.
2) Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional memuat:
a. Prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan lingkup nasional;
b. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan nasional
dalam keseluruhan moda transportasi;
c. Rencana lokasi dan kebutuhan Simpul nasional; dan
d. Rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas nasional.

Pasal 16
1) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf b disusun secara berkala
dengan mempertimbangkan kebutuhan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan
ruang kegiatan berskala provinsi.

Page |2
PROGRAM PERMATA SAKTI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA

2) Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan
c. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional.
3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi memuat:
a. Prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan lingkup provinsi;
b. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi
dalam keseluruhan moda transportasi;
c. Rencana lokasi dan kebutuhan Simpul provinsi; dan
d. Rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas provinsi.

Pasal 17
1) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf c disusun secara berkala
dengan mempertimbangkan kebutuhan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta
ruang kegiatan berskala kabupaten/kota.
2) Proses penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
3) Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten/Kota
memuat:
a. Prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan lingkup kabupaten/kota;
b. Arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
kabupaten/kota dalam keseluruhan moda transportasi;
c. Rencana lokasi dan kebutuhan Simpul kabupaten/kota; dan
d. Rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas kabupaten/kota.

Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dan penetapan Rencana Induk Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dengan peraturan pemerintah.

Page | 3
2. SISTRANAS (Sistem Transportasi Nasional)
SISTRANAS merupakan suatu tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman yang terdiri dari transportasi jalan, kereta api, sungai dan danau,
penyeberangan, laut, udara, dan pipa, dimana masing-masing transportasi terdiri dari
sarana dan prasarana kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan perangkat lunak
dan perangkat pikir untuk membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang
efektif dan efisien. Sistranas berfungsi untuk melayani perpindahan orang dan atau
barang yang terus berkembang secara dinamis.
Sistranas disusun berdasarkan landasan:
 Pancasila
Sesuai pada Pancasila sila kelima”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”, maka pembangunan pemerataan pelayanan transportasi dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berkeadilan.
 Undang-Undang Dasar 1945
Penataan sistem transportasi dapat memenuhi tujuan nasional yang tercantum
pada UUD 1945 yaitu mencapai cita-cita nasional yaitu negara Indonesia yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
 Wawasan Nusantara
Sistem transportasi dapat berperan sebagai urat nadi kehidupan politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
 Ketahanan Nasional
Peranan transportasi sangat penting dalam mengembangkan kekuatan nasional
melalui pendekatan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang.
 UU di Bidang Transportasi dan Peraturan Perundangan Terkait
Pembangunan transportasi dilakukan dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku.
Tujuan dari sistranas adalah agar terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien,
yang dapat menunjang dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia,
barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional dan dinamis,
membantu pengembangan wilayah serta memantapkan perkembangan kehidupan
dalam masyarakat. Sedangkan fungsinya adalah:
 Ship follows the trade (sebagai penunjang) : untuk memenuhi kebutuhan
transportasi masyarakat, biasanya di daerah yang padat penduduk (Indonesia
bagian barat).
 Ships attracts the trade (sebagai pendorong) : untuk menghubungkan suatu
daerah yang masih terisolasi dengan daerah yang sudah berkembang, biasanya
di daerah yang jarang penduduk (Indonesia bagian timur).
Sasaran sistranas adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan
efisien. Efektif yang dimaksud adalah dalam arti keselamatan, aksebilitas tinggi,
terpadu, kapasitas tercukupi, teratus, lancar, cepat, mudah dicapai, tepat waktu,
nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, dan polusi rendah. Efisien adalah beban publik
rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional.

Page |4
PROGRAM PERMATA SAKTI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA

3. Contoh Pelanggaran di Jalan


 Bonceng tiga, tidak memakai helm, serta masih dibawah umur

Untuk mengatasi pelanggaran di atas adalah dengan memberikan sosialisasi


pada anak sekolah bahwa untuk mengendarai kendaraan harus berusia lebih
dari sama dengan 17 tahun, serta sosialisasi mengenai standar keamanan saat
mengendarai sepeda motor. Selain itu juga memberikan fasilitas angkutan
umum seperti bus sekolah khusus untuk para pelajar.

 Mengendarai kendaraan di trotoar

Untuk mengatasi pelanggaran di atas seharusnya pengemudi sadar bahwa


trotoar adalah jalan yang digunakan oleh pejalan kaki, bukan untuk kendaraan.
Kendaraan seharusnya menggunakan sarana yang telah diberikan yaitu jalan
raya. Pengemudi harus dibuat jera baik dari adanya sanksi yang tegas atau
adanya pengawasan yang berkala, ada bainya bila terdapat pengawasan
CCTV.

Page | 5
 Kendaraan melanggar rambu lalu lintas

Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mematuhi rambu lalu lintas yang
telah diterapkan dan memahami apa arti pada setiap rambu. Selain itu juga
adanya pengawas CCTV akan membuat jera pengemudi bila akan melanggar
rambu lalu lintas.

Page |6
PROGRAM PERMATA SAKTI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA

 Bermain handphone saat di jalan

Untuk mengatasi hal tersebut, seharusnya pengemudi berhenti terlebih dahulu


saat akan bermain handphone agar tidak berbahaya untuk dirinya karena akan
menghilangkan konsentrasi saat mengemudi.

Page | 7

Anda mungkin juga menyukai